46. Tak Ada Kabar

1.8K 352 167
                                    

Subuh subuh update yekan wkwk

.
.
.


“Kampungan kamu, pulang dari luar negeri malah sakit.” Dewi mencibir sambil menempelkan plester penurun demam di kening putrinya yang kini terbaring di kasur. Kalya jatuh sakit setelah sampai di Indonesia kemarin malam karena perbedaan cuaca yang signifikan antara Indonesia dan Eropa. Tubuh wanita itu menggigil di dalam selimut, hidungnya memerah dan terus mengeluarkan cairan bening.

“Gak apa-apa kampungan, yang penting udah ke Eropa.”

“Ngapain aja sama Jerry di sana?”

“Bikinin Mama cucu.” Tangan Kalya langsung menjadi sasaran pukulan Dewi. “Aduh Ma, udah tau badan aku lagi linu malah digeplak.”

“Kamu ya! Apa susahnya sih nunggu empat bulanan lagi?! Kasian cucu Mama kalau beneran jadi nanti, gak dapet warisan dari Bapaknya.”

“Buset, ternyata udah kepikiran sampai sana.” Kalya terkekeh.

“Yang bener dong Kal kamu.”

“Gak Ma, aku gak segegabah itu. Aku sama Mas Jerry di sana ya liburan, keliling sana sini, main ski, sewajarnya liburan aja.”

“Selama kamu di sana, Mama kepikiran tau, takut beneran kamu sama Jerry kebeblasan. Soalnya gak ada yang ngawasin, bener-bener pergi berdua.”

“Tenang, semua aman.”

Dewi berdiri dari posisi duduknya. “Mau makan pakai apa hari ini?”

“Tenggorokan aku rada sakit, mau yang kuah-kuah atau gak bubur kacang hijau deh Ma.”

“Yaudah, Mama buatin dulu.”

Sepeninggalnya Dewi, Kalya menyalakan ponsel dan mengirimkan pesan pada Jerry, mengabari kekasihnya jika dia sedang tidak enak badan. “Ceklis satu, masih tidur apa ya gara-gara kecapekan?”

Kalya menyimpan kembali ponselnya. Dia menarik selimut semakin tinggi, matanya terasa berat setelah minum obat penurun demam, padahal ini masih pagi. Akhirnya Kalya tertidur, lagi.

“Mama.”

Kelopak mata Kalya terbuka ketika sayup-sayup dirinya mendengar suara Ansha. Wanita itu agak kaget mendapati Ansha yang sudah duduk di sampingnya, dan Aya yang berdiri di dekat ranjang. Kalya merubah posisinya menjadi duduk. Tubuhnya sudah tidak semenggigil sebelumnya, dia merasa lebih baik setelah minum obat. “Ansha sama Aya kok pagi-pagi udah di sini?” Kalya bertanya.

“Pagi gimana? Udah jam tiga sore lho Ma.”

“Hah?” Kalya melihat ke arah jam dinding, benar ternyata sudah pukul tiga. Kalya tak tahu sudah berapa jam dirinya terlelap di kasur.

“Aku sama Mbak pulang dari sekolah langsung ke sini begitu dikabarin Nini kalau Mama sakit.”

Kalya menjadi agak panik mendengarnya, sebab tak ada satupun anak-anak Jerry yang diberitahu mengenai liburannya tempo hari. “Nini bilangnya gimana? Tiba-tiba chat kamu?”

“Enggak, Nini pasang status whatsapp foto Mama yang lagi tiduran gini. Waktu aku tanya kenapa, katanya Mama sakit, kecapekan. Emang Mama habis ngapain sih? Mana les kemarin kita online terus, Mama cuma kirim materi.”

“Mama habis bantu Tante Clara, salonnya lagi ada problem, makanya dari kemarin kita lesnya online terus.”

Ansha meletakkan telapak tangannya di pipi Kalya. “Udah gak panas banget. Mama mau makan gak? Biar aku suapin.”

“Gak ngerepotin Ansha?”

“Gaklah, bentar ya aku keluar ambil makanannya dulu.”

Ansha keluar dari kamar, meninggalkan Kalya dan Aya.

BAD JERRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang