74. Wanita Terakhir

2K 444 70
                                    

Malaaaam!!
.
.
.

Kalya serius ingin melanjutkan pendidikannya di Jepang. Sambil mengumpulkan uang untuk pendidikannya, Kalya juga menyempatkan waktunya sepulang bekerja untuk belajar dan mempersiapkan diri masuk ke perguruan tinggi. Seperti sekarang, setelah makan malam, tanpa mengganti kemeja kerjanya lebih dulu, Kalya bersiap membedah materi di meja belajarnya yang kecil. Kacamata sudah bertengger di hidung mancungnya, segelas boba berada di sisi kiri menemaninya. Baru beberapa menit dia belajar, ponsel Kalya berdering. Wanita itu tersenyum saat tahu Ansha mengajaknya melakukan panggilan vidio. “Mama!

“Iya, ada apa? Eh, kamu lagi belajar?” Kalya melihat beberapa buku yang terbuka di depan Ansha.

Iya dong, biar pinter kayak Mama.

Kalya tersenyum mengejek. “Belajar kok main hp?”

Bosen. Lagian aku kangen Mama banget banget banget. Udah satu tahun kita gak ketemu.

“Udah setahun ternyata...” Kalya menggumam. Tak menyangka sudah selama itu dirinya berada di Jepang.

Pulang dong Ma, pingin peluk. Mana bentar lagi aku ada tes masuk perguruan tinggi, aku pingin disemangatin.

“Mama juga pingin pulang. Tapi di sini Mama juga lagi berjuang, sama kayak kamu. Mama juga calon maba tau.”

Mama kuliah lagi?

Kalya mengangguk. “Doain aja.”

Ah, Mama di sana makin keren. Aku bakal ngos-ngosan ini buat jadi kayak Mama.

“Gaklah, kamu pasti bisa lebih dari Mama suatu hari nanti.”

Aku beneran jadiin Mama panutan tau. Aku bahkan pilih jurusan yang sama kayak Mama, padahal aku gak tau otak aku sampai apa enggak ke IT.

“Bisa, Ansha pasti bisa. Mama percaya itu. Asal Ansha rajin dan gak mudah teralihkan waktu belajar.”

Nah itu dia masalahnya. Mana bisa aku belajar lama-lama, Mama tau sendiri aku gimana.

“Belajarnya gak harus lama, Sayang. Baca lima belas menit juga cukup, asal kamu serius.”

Iya nanti aku coba, kalau gak males hehe.

Kalya menggelengkan kepala lelah.

Sha!” Suara Jerry terdengar memanggil Ansha.

“Sha, vidio callnya lanjut nanti ya? Mama mau rangkum materi dulu.” Kalya langsung menutup panggilannya tanpa menunggu izin Ansha. Padahal Ansha tahu, Kalya sedang menghindari Jerry. Sebetulnya Ansha belum sepenuhnya menerima pernikahan sang papa dan Kalya yang batal. Tapi kenyataan menyadarkan Ansha, bahwa tidak semuanya bisa berjalan sesuai keinginannya. Ansha pikir, sudah nasibnya besar tanpa seorang ibu.

“Apa Pa?” Ansha bertanya saat Jerry masuk ke dalam kamarnya.

Jerry mendekati Ansha. “Habis teleponan sama Kalya ya?”

“Vidio call.”

Jerry tersenyum tipis. Dibelainya rambut lebat Ansha. “Papa boleh minta sesuatu gak sama kamu?”

BAD JERRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang