31. Malam Minggu

2.3K 476 62
                                    

Soreeee guys!!!
.
.
.

“Shaa!” Ansha yang tengah asik menggulir layar ponselnya di kasur sambil mencemili ciki, berdecak ketika mendengar panggilan Aya dari kamar sebelah. Ansha tak langsung bangun ataupun merespon panggilan sang kakak, dia melanjutkan aksinya bermain ponsel, melihat satu persatu aktifitas teman-temannya di malam minggu ini melalui media sosial. “Deeek!”

Panggilan itu kembali terdengar.

“Ah apasih?!” Ansha menaruh ponselnya asal lantas beringsut turun menghampiri Aya ke kamar sebelah. “Apasih Mbak panggil-panggil?” Ansha melihat kakaknya yang sedang membaca buku dengan masker yang menempel di wajah.

“Tolong nyalain ac dong.”

“Ish gak jelas!” Ansha misuh-misuh. Menyebalkan sekali Aya, menganggu waktunya yang berharga hanya untuk menyuruhnya menyalakan pendingin ruangan.

“Males bangun gue.”

“Mentang-mentang jadi Mbak seenaknya nyuruh.” Meski mengeluh, Ansha tetap melakukan permintaan Aya. Dia menyalakan ac kemudian akan meninggalkan kamar Aya jika sang kakak tak memanggilnya lebih dulu, membuat Ansha kembali berdecak. “Apa lagi?”

“Sini bentar.”

Ansha berjalan gontai, dia duduk di samping Aya. “Opo toh?

“Lo tau Mbak Kalya mau berhenti ngajar?”

“Hah? Emang iya? Mbak tau dari mana? Jangan sotoy deh. Mama Kalya gak ada ngomong apa-apa tuh.”

Aya merotasikan bola matanya malas. “Harus banget apa manggilnya Mama Kalya?”

“Suka-suka gue lah. Mulut-mulut gue, mau manggil Mama kek, Bunda kek, gak ada ruginya buat Mbak.”

“Iya iya.” Aya malas berdebat. “Sukurin lo mau ditinggalin Mbak Kalya. Gue sih enak, bentar lagi mau lulus. Lo masih setahun lagi, masih harus les.”

“Ah gak mau gue kalau ada yang gantiin Mama Kalya. Mama tuh ngejelasinnya enak. Malah kalau bisa, Mama Kalya yang harusnya ngajar gue di sekolah biar gue makin pinter. Ini malah mau berhenti. Mbak tau alasan Mama mau berhenti ngajar?”

“Katanya mau kerja di perusahaan atau apa gitu. Gak tau deh, gak perduli juga.”

“Ish Mbak gak mau! Mama gak boleh berhenti ngajar sampai gue lulus.”

“Ya ngapain bilang ke gue?”

Ansha cemberut. Dia sangat keberatan jika harus melepaskan Kalya.

“Siap-siap aja lo dapet guru les baru.”

“Gak! Gak mau!”

“Terus lo mau gimana? Percuma kalau bilang gak maunya di depan gue.”

“Gue bakal bujuk Mama Kalya biar gak pergi.” Salah satu ujung bibir Aya naik, misi tersembunyinya berhasil dia lakukan, memanas-manasi sang adik perihal pemberhentian Kalya sebagai guru les. Ansha tiba-tiba berdiri. “Ayo Mbak!”

“Hah? Ke mana?”

“Ke rumah Mama Kalya, sekalian malam mingguan di sana.”

“Dih males.”

Ansha berdecak. Dia menarik tangan Aya. “Ayolah Mbak, bantuin. Emang gak kasian sama Adeknya? Gue mau bujuk Mama Kalya.”

“Terus gue harus apa?”

BAD JERRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang