59. Pemberitahuan ke Orang Tua

2.1K 450 146
                                    

Asem berhasil ya bikin kalian setrust issue itu sama Jerry??

Omong-omong kasian, Jelya jadi anak broken home😭✋️
.
.
.

Pagi ini, orang tua Kalya dan Raihan nampak sibuk mencari keberadaan Jelya. Sadi yang sudah rapih memakai kemeja kerjanya diminta sang istri turun tangan membantu mencari keberadaan kucing putih tersebut. “Coba Ma, tanya Teteh. Semalam Jelya tuh masih di rumah.” Raihan keluar dari kolong kasurnya setelah memeriksa keberadaan Jelya di sana.

“Iya ya, coba Mama bangunin dulu.” Dewi hampir mengetuk pintu kamar Kalya, namun si pemilik membukanya lebih dulu. Ibu anak dua tersebut terkejut melihat wajah sembab Kalya. “Teteh kenapa?” Lupa tujuan utamanya mencari Jelya, Dewi mendadak khawatirkan kondisi Kalya. Raihan dan Sadi yang mendengar pun bergegas menghampiri.

“Nonton drama lagi Teh?” tanya Raihan.

“Drama apa? Kok bisa sampai senangis ini?” Sadi menimpali.

Raihan mengedikkan bahu. “Sebelum ke Jogja juga Teteh nangis begini Pa, katanya habis nonton drama.”

Kalya memaksakan tersenyum. “Ada yang mau aku omongin Pa, Ma. Papa sama Mama ada waktu?”

Sadi melihat jam tangannya. “Papa mau berangkat sih bentar lagi.”

“Eum yaudah nanti aja, setelah Papa pulang kerja.”

Sadi mengamati wajah putrinya. Sepertinya Kalya ingin membicarakan hal yang serius. “Kalau Teteh gak bisa nahan, sekarang aja gak apa-apa. Papa gak usah berangkat dulu.”

Kalya nampak menimbang. Dia memang tak bisa menahannya, Kalya merasa semua ini harus segera diselesaikan. Akhirnya wanita itu mengajak keluarganya duduk di sofa. Sebelum membuka suara, Kalya terlihat mengatur napasnya berulang kali. Gestur tubuhnya yang gelisah, tak bisa ditutupi dari kedua orang tuanya. Sadi, Dewi, dan Raihan saling melirik, ketiganya sadar ada hal besar yang sedang coba Kalya ingin sampaikan. “Kenapa Teh? Jangan bikin Mama penasaran.” Dewi mulai mendesak.

“Sebelumnya, aku mau minta maaf sama Mama, Papa, Raihan, dan keluarga besar kita. Hal yang mau aku sampaikan ini mungkin bakal nyakitin atau mempermalukan kalian. Tapi tetep, aku harus sampaikan.” Kalya meremat celananya, berusaha mencari kekuatan untuk melanjutkan ucapannya. “Aku mau menyudahi hubungan aku dan Mas Jerry. Aku mutusin buat membatalkan pernikahan kami berdua.”

Terkejut keluarga Kalya mendengarnya.

“Teteh ngomong apa sih? Kenapa tiba-tiba gini?” Dewi masih belum percaya dengan yang diucapkan putrinya. “Jangan bercanda ya Teh, bentar lagi kamu dan Jerry nikah, persiapan juga udah hampir selesai.”

“Sayangnya aku gak bercanda Ma.” Kalya melihat satu persatu keluarganya. Raihan, dia menunjukkan wajah tak percayanya pada Kalya, Dewi, jelas matanya meminta penjelasan lebih, dan Sadi, dia terdiam menatap Kalya sendu. Melihat wajah orang tuanya, Kalya merasa sangat bersalah. Bahkan sejak kemarin, orang tuanya menjadi pikiran terbesar Kalya sebelum mengambil keputusan sulit ini. Kalya paling tidak mau membuat kedua orang tuanya sakit dan terluka karena ulahnya.

“Kasih tau kami alasannya, Teh. Jangan ada yang ditutupi supaya kami ngerti kenapa Teteh bisa ambil keputusan sebesar ini padahal sebentar lagi kamu dan Jerry resmi jadi suami istri.” Sadi meminta.

“Mas Jerry udah banyak bohong ke aku.” Kalya mulai menjelaskan permasalahan yang terjadi antara dirinya dan Jerry secara runtut. Dari mulai Jerry yang masih sering mengunjungi makam Tari tanpa bilang pada Kalya, sampai Jerry yang tak jujur mewujudkan keinginan Tari dengan melibatkan Kalya, seolah-olah Jerry melakukan itu semua demi membahagiakan Kalya, padahal semuanya dilakukan untuk mengabulkan keinginan mendiang Tari. Tak ada satupun yang Kalya tutupi dari kedua orang tuanya seperti permintaan Sadi, dengan harapan kedua orang tuanya akan mengerti perasaannya dan memahami mengapa Kalya mengambil keputusan besar tersebut. Sepanjang putrinya bercerita, kepalan tangan Sadi mengeras. Dia tak bisa membayangkan betapa tersiksanya Kalya menahan semuanya sendiri selama beberapa waktu ini demi menjaga perasaannya dan Dewi. Pun dengan Raihan, adik bungsu Kalya itu langsung berpindah ke sisi Kalya dan mengusap punggung kakaknya saat tangis Kalya pecah. Padahal sebelumnya, dia berniat untuk tidak menangis dan beruaha kuat di depan keluarganya. Nyatanya, Kalya tak sekuat itu. Dia menjadi sosok yang rapuh dan hancur di depan keluarganya. “Maafin Teteh Ma, Pa, Han. Sebagus apapun aku ngerangkai kata-kata buat menyampaikan ini, aku tau itu percuma dan kalian pasti tetep kecewa sama keputusan aku.”

“Ya Gusti, kenapa jadi gini...?” Dewi masih sulit menerima. Ketakutannya mengenai Jerry yang belum usai dengan masa lalunya, benar terjadi. “Mama, 'kan udah bilang dari awal ke Teteh, pastiin dulu gimana Jerry dan masa lalunya, pastiin Jerry beneran sayang dan cinta ke Teteh atau enggak.”

“Mas Jerry bilang sayang dan cinta sama aku Ma, tapi cintanya gak lebih besar dari cinta dia ke Tari dan aku gak bisa nerima itu. Maafin aku.”

“Yaampun Teh, kalau udah gini gimana coba? Semua orang udah tau kamu dan Jerry bakal nikah, terus mendadak dibatalin. Mama bingung harus gimana, harus ngomong apa sama keluarga besar kita.”

Kepala Kalya hanya bisa tertunduk. Dia semakin merasa bersalah dan disudutkan.

“Coba Teh, dipikirin lagi, apa gak ada kemungkinan buat maafin Jerry terus pernikahannya tetap lanjut?” Pertanyaan Dewi membuat Kalya mendongak.

“Ma, ngomong apasih?” Raihan bertanya tak suka. “Jelas-jelas Teteh udah disakitin sama Jerry, udah banyak dibohongin. Masa Mama mau Teteh nikah sama cowok yang banyak bohongnya gitu sementara hubungan itu salah satu dasarnya kepercayaan dan kejujuran. Kepercayaan Teteh udah dirusak Jerry, kalau dipaksain lanjut yang ada mereka bakal saling curiga terus. Kita juga gak bisa mastiin, sampai kapan Jerry bakal keinget-inget istrinya yang udah meninggal. Aku gak mau kalau Teteh lanjut, aku gak setuju. Teteh itu orang baik, aku gak sudi dia dapet cowok brengsek kayak Jerry.”

“Tapi–”

“Gak ada tapi.” Sadi menyela. Dia menatap Dewi. “Papa juga gak setuju kalau Teteh nerusin hubungannya dan Jerry. Kalya kita besarin dengan penuh cinta Ma, masa mau kita lepas ke laki-laki yang gak bisa mencintai dia sepenuh hati.”

Mulut Dewi terkatup, ucapan suaminya sepenuhnya benar.

Sadi tiba-tiba berpindah ke samping Kalya, membelai rambut putrinya. “Dibanding kecewa sama keputusan Teteh, Papa lebih kecewa sama diri Papa sendiri yang udah sebegitu mudahnya ngelepasin Teteh buat Jerry. Papa harusnya bisa lebih menilai Jerry dan gak gampang kasih izin ke dia buat jalin hubungan sama Teteh. Maafin Papa ya Teh.” Sadi meneteskan air matanya. Dia merasa sangat bersalah pada putri kesayangannya.

Kalya menyeka air mata Sadi dengan ibu jarinya. “Papa jangan nangis, jangan merasa bersalah gitu. Kalau Papa nangis, siapa orang yang nguatin aku? Biar aku aja yang hancur Pa, jangan Papa juga.”

Tangis Sadi justru semakin keras. Dia membawa Kalya ke dalam pelukannya. “Maafin Papa, maaf...” Tak ada satupun orang tua yang rela melihat putrinya disakiti, bahkan sampai pernikahannya batal, termasuk Sadi. Namun, jika ini jalan untuk kebaikan putrinya, Sadi mencoba menerima. “Nanti biar Papa yang ngomong ke keluarga Jerry.”





Jerrrrr gara gara lo liaaaaaaat!😭

Spoiler part selanjutnya cek di tiktok postingan terbaru hehe

BAD JERRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang