Dilarang meniru cerita ini!!!
Cerita ini hanya FIKSI Mohon maaf jika ada kesamaan karakter dan latar belakang.
Semenjak kejadian di Rumah sakit sebulan lalu Lei malas sekali berurusan dengan resepsionis. Entah, trauma atau apa.
"Permisi, Mba Tuan Jarvis sedang di kantor atau tidak ya?" Ucap Lei sejujurnya ia bingung harus bertanya seperti apa.
"Maaf sebelumnya apakah adik sudah buat janji dengan beliau?"
"Em... belum tapi tadi pagi saya sudah bertemu dengan beliau heheh..."
"Tadi pagi? Baik, saya akan tanyakan pada sekertarisnya apakah Tuan Jarvis bersedia menemui adik." Ucap resepsionis siap menelfon pada Sekertaris Jarvis. "Maaf sebelumnya dengan Adik siapa?"
"Leeshia, tolong bilang kalo ini 'penting' banget 0kak." Ucap Lei sedikit memasang wajah melas nya.
Lei menunggu sambil melihat sekeliling Loby Kantor ini yang sangat luas dan megah, saat ini Lei sadar jika Keluarga Om Jarvas sangatlah kaya pantas saja semua Abangnya vibes OldMoney sekali.
"Dek, silakan ke lantai 76 keluar Lift belok kanan, lalu nanti diantarkan oleh Sekertaris Tuan Jarvis ikuti saja dan ini akses untuk ke lantai 76." Ucap Resepsionis sambil memberikan kartu kecil. "Nanti kamu tap kartu ini ketika pintu lift itu ke tutup dan berikan lagi ke sini ketika kamu selesai."
"Terimakasih, Kak." Ucap Lei setelah itu mengikuti arahan resepsionis itu.
Lei menunggu Lift yang sedang berada dilantai 32 bersama beberapa pegawai yang seperti baru saja selesai makan siang.
Tak butuh waktu lama Lei sampai di lantai paling atas di gedung ini, tak kalah terkejut lagi dengan interior lantai ini yang super elagan modern dengan beberapa Anggur mewah.
"Mari ikuti saya, Tuan Jarvis sudah menunggu anda di dalam." Ucap Sekertaris itu dengan ramah.
Lei sampai di depan Pintu besar seperti di Mansion tapi versi agak kecil sedikit. Ketika handak dibukakan pintu Lei menahan Sekertaris itu.
"Sebentar, Kak." Ucap Lei menarik nafas dalam dalam sekarang ia menyesali telah datang ke sini.
Pintu perlahan lahan terbuka menampilkan Jarvis yang sedang sibuk dengan berkas berkas di depannya.
Lei melangkah perlahan masuk ke ruangan super megah ini, Sekertaris mendadak berhenti membuat Lei tak sengaja menabrak.
"Silakan duduk," ucap Sekertaris itu lalu meninggalkan Lei sendiri, Lei tersenyum sebagai ucapan terimakasih.
Menunggu Jarvis yang masih berkutik dengan lembaran berkas di depannya, Lei membuka Handphone dan mendapatkan beberapa pesan dari Sahabatnya.
Setelah membuka dan membalas pesan yang masuk diponselnya kini pandangnya kembali kepada sang Kakak yang masih fokus pada berkas di depanya.
Jika boleh jujur Lei paling tidak suka jika harus menunggu seperti ini.
"Kamu sudah makan?" Tanya Jarvis pada Lei.
"Belum." Jawab Lei dengan malas tujuan nya kesini bukan itu.
"Linda, tolong pesankan makan siang bawa kesini." Ucap Jarvis pada telfon di meja kerjanya. "Kamu ingin makan apa?" Tanya Jarvis pada Lei.
"Seterah... eh! Mau Korean Food boleh?"
"Korean Food apapun itu, tolong antar ke ruangan saya." Lanjut Jarvis pada telfon di tanganya.
"Bang, Lei boleh ngomong sekarang?" Tanya Lei dengan hati hati.
"Nanti, masih ada yang harus saya baca dan tanda tangan... kita bicara sambil makan." Ucap Jarvis tanpa melihat kearah Lei.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEESHIA
Teen FictionCerita hidup Leeshia yang harus tinggal bersama kelima abang tiri yang baru saja ia kenal, Bunda yang pergi bersama suaminya untuk perjalanan bisnis membuat Lei harus menghadapi kenyataan bahwa hidup bersama abang tiri tidak sebaik atau seburuk itu...