Besok semangat puasa yaw semoga pada bisa puasa sebulan penuh tahun ini. Oh iya, maafin juga kalo aku selalu buat kalian nangis dan kesel terus selama baca cerita Leeshia😁✌🏼
Maafin Aria, Jarvas dan keluarga juga ya...🤭
🎀🪞🩰🦢🕯️
Sudah lebih dari tiga kali Lei menyambungkan panggilan luar negeri tapi ia hanya bisa diam tidak bicara apapun saat panggilan itu terhubung. Lei masih ragu haruskah ia berbiacara, apakah saat nanti ia bicara nomer nya akan di blokir dari pihak sana karna mereka tahu kalau yang menelfon adalah Lei, pikiran buruk terus berputar di kepala Lei.
Lei baru saja nemu nomer telfon rumah Aria yang ada di Amerika, Lei ingin interaksi dengan Aria tapi mengingat berbulan-bulan lalu Aria yang mengusirnya mentah-mentah dari rumah. Tapi jujur saja walaupun Aria jahat rasa sayang Lei sebagai anak ke ibu tidak pernah hilang.
Setelah mengurus berkas-berkas warisan Papah nya Lei baru sempat kembali buka Kafé miliknya, ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan setelah mendapatkan semua ini. Apalagi saat tahu perusahaan pusat milik Juano juga jatuh ke tangan Lei karna posisi pemegang saham terbesar, Lei semakin pusing dengan semua ini. Ia hanya ingin mengurus kafé miliknya dengan tenang tanpa masalah apapun.
Kafè hari ini lumayan ramai Mahesa juga bantu Lei beberapa hari ini, alasannya dosen di kampusnya sibuk liburan karna tanggal merah bulan ini berjejer menyala.
"Dari tadi sibuk nelfon, nelfonin siapa si Lei?" Tanya Mahesa.
"Keeeepo, ini rahasia!" Ujar Lei suara lonceng pintu kafé Lei bunyi dengan cepat Lei berdiri siapa menyambut pelanggan. "Sore, ingin pesan-"
"Mau... vanila coffe dan satu brownis." Ujar pembeli setelah melihat menu.
Lei menggelengkan kepala agar kembali fokus pada pekerjaannya. "Baik, satu vanila coffe dan satu brownis. Itu saja?" Tanya Lei memastikan kembali pesanan.
Lei tidak benar-benar memasukan pesanan itu ke dalam data pembelian.
"Jadi berapa?" Tanya pria di depan Lei.
"Gausah, anggap aja hidangan bertamu dari gua." Balas Lei.
"Gausah, lo jualan biar gua bayar." Bian memberikan kartu nya kepada Lei.
Lei mengabaikan begitu saja kartu di tangan Bian.
"Lei kita bisa ngobrol, ga?" Tanya Bian menatap penuh harapan pada Lei.
"Sekarang masih jam kerja," jawab Lei sambil melihat jam tangannya.
Dari kejauhan Mahesa memperhatikan Lei segara menghampiri Lei. "Kenapa, Lei?" Tanya Mahesa memastikan keadaan Lei tapi sebelum itu ia melemparkan tatapan waspada pada Bian.
"Gapapa, Mahes gua bisa minta tolong ambil alih ini sebentar?" Pinta Lei kepada Mahesa. Ia ingin memberi kesempatan untuk Bian berbicara padanya.
"Boleh, dia ada mesen gak? Biar gua buatin sekalian."
"Ada, tapi biar gua yang buat aja, setelah ini tolong ambil alih, ya, Hes." Ujar Lei segara membuatkan pesanan milik Bian dan ia bawa sekalian ke meja yang Bian duduki.
Mereka berdua duduk berhadapan Lei menatap Bian yang tampak sedikit lebih kurus tidak seperti terakhir mereka bertemu. Kedua nya hanya diam tidak ada yang memulai pembicaraan. Entah kenapa rasanya jadi canggung sekali duduk berdua seperti ini.
Bian menatap kagum Lei, akhirnya ia bisa kembali melihat Lei. Tapi kali ini versi jauh lebih bahagia kalau di lihat dari raut wajah perempuan di depannya. "Gua suka banget mandangin ciptaan tuhan yang satu ini." Gumam Bian yang tidak bisa berpaling dari Lei.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEESHIA
Teen FictionCerita hidup Leeshia yang harus tinggal bersama kelima abang tiri yang baru saja ia kenal, Bunda yang pergi bersama suaminya untuk perjalanan bisnis membuat Lei harus menghadapi kenyataan bahwa hidup bersama abang tiri tidak sebaik atau seburuk itu...