37. Fitnah

35.2K 2.2K 321
                                    

Tidak semua orang bisa memanusiakan manusia.

Leeshia terkejut dengan kepulangan Aria dan Jarvas yang mendadak ini. Saat ini ia sedang dalam perjalanan bersama Galaksi dan Dipta, karna Jarvas meminta mereka semua pulang lebih awal termasuk ketiga abang tertuanya.

Dipta, Galaksi dan Lei selama perjalanan hanya bingung kenapa Jarvas berbicara seperti menahan emosi ketika di telfon. Apa ada masalah besar? Jarang sekali Papahnya seperti ini.

Ketika mobil milik Galaksi memasuki area Mansion di sana sudah berjajar mobil ketiga abangnya, sudah di pastikan mereka mendapatkan kabar lebih dahulu dari pada ketiga adiknya.

Ketiganya berlari agar cepat masuk ke dalam, semakin penasaran dengan yang terjadi dalam.

Brak!

Setumpuk kertas menimpa wajah Lei dengan kencang. Kejadian itu jelas membuat Galaksi dan Dipta yang berada di belakang Lei berhenti, begitu juga dengan Lei.

"Belum puas kamu membuat saya hancur?!" Teriakan lantang keluar dari mulut Aria.

Lei mengambil selembar kertas yang berserakan di lantai.

"Apa itu?! Kamu masih berani datang ke tempat itu?"

"Bun—"

"Jangan panggil saya seperti itu! Saya jijik mendengar panggilan itu keluar dari mulut sampah mu!" Aria mendorong tubuh Lei dengan kuat membuat Lei hampir jatuh.

Sakit. Hati Lei seperti di tusuk parang.

"Bunda dapat foto ini dari mana?" Selembar kertas yang menampar wajahnya adalah foto dirinya ketika di club malam.

"Kamu tidak perlu tau itu, anak sialan!" Sarkas Aria menjambak rambut Lei.

"Ah!" Rintih Lei ketika Aria menarik rambutnya dengan kuat.

"Bun, stop! Kasihan Lei." Dipta mencoba memberhetikan tindakan Aria.

Galaksi menarik Dipta. Memberi kode agar tidak ikut campur dengan urusan ibu dan anak di depannya.

Dipta terus mencoba melepaskan diri dari genggaman erat Galaksi, ia tidak bisa melihat Lei seperti ini. Cukup dengan Jarvis saja, tidak dengan Aria.

"Bang! lepasin gua, lo gak kasihan sama Lei?"

"Dipta, diem gausah ikut campur. Lo mau kena marah abang?"

Dipta menggelengkan kepala, ia juga takut Jarvis marah padanya.

Aria semakin beringas, seperti mengeluarkan seluruh emosi yang telah lama ia pendam.

"Keluar masuk club seperti ini, saya pikir kejadian ini tidak akan pernah terjadi lagi setelah satu tahun berlalu. Ternyata kamu diam-diam tetap pergi, sampai abangmu pun tidak tau ini terjadi. Pintar sekali kamu berbohong Leeshia!"

"Belum puas kamu membuat saya malu?!"

"Bunda stop! Dengerin Lei sebentar," Lei mencoba melepaskan tangan Aria dari rambutnya. "Ini memang Lei, tapi aku punya alasan kenapa Lei ada di sana..."

"Apa saya perlu mendengar seluruh karangan cerita mu?!" Ujar Aria semakin menarik rambut lebat Lei.

"Sudah Bunda, biar Jarvis yang mengurus Lei." Ucap Jarvis maju melerai ia tidak ingin Aria terlalu lelah dan jatuh sakit.

"Sudah sayang, biarkan Jarvis yang mengurusnya." Jarvas kini menarik Aria agar menjauh dari Lei.

Aria melepaskan genggam tangannya pada rambut sang anak. Ia masih tidak puas memarahi anak perempuannya yang sudah kelewatan batas. Jika saja tidak ada mereka Lei pasti sudah habis di tangannya.

LEESHIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang