Ini cerita hanya fiksi ya gais gak perlu di pikir ke dunia nyata!
Kini di dalam ruangan bernuansa putih, seorang anak perempuan tengah tertidur lelap karna obat bius yang masih aktif di dalam tubuhnya.
Operasi berjalan selama tiga jam dan kini Lei telah kembali di dalam kamar rawatnya. Untungnya semua berjalan lancar. Walaupun hanya Operasi kecil Jeff meminta agar Lei di bius total saja.
Mata Lei lahan-lahan terbuka, membiasakan dengan cahaya di dalam ruangan ini. Matanya melihat sekelilingnya yang tampak sepi tidak ada siapapun disini selain dirinya, yang Lei ingat hanya pagi sebelum ia melakukan Operasi, di sini ia ditemani oleh Dipta.
Melihat jarinya yang dibalut Gips, rasa sakitnya masih terasa. Bahkan sekarang ketika tangannya bergerak untuk pindah posisi saja itu sangat menyakitkan. Lei harus sangat pelan memindahkan tangannya ke sisi lain.
Lei mencoba untuk berjalan menuju kursi di dekat jendela kamar, rasa pusing obat bius belum sepenuhnya menghilang. Tapi, ia tidak lelah mencoba untuk berjalan ke tujuannya.
Memandang hujan yang masih deras mengguyur tanah, ia pastikan jika saat ini ia bisa berlari keluar, ia sudah berlari hanya untuk mencium aroma tanah. Salah satu wangi kesukaan Lei adalah bau tanah kering yang terguuyur air hujan.
Juano pasti akan meliburkan diri dari meeting jika tau Lei sakit, ia akan menemani Lei sampai putrinya benar-benar sembuh. Tapi, sayangnya sekarang sisa kenangan. Bahkan kini hanya tersisa Lei sendirian di dalam ruangan yang membuat Lei trauma, tidak ada siapapun di sini selain dirinya.
Hujan yang meninggalkan banyak cerita dalam hidup Lei, senang dan sedih semua terkumpul di dalam hujan.
Pintu kamar Lei terbuka, menunggu siapa yang akan masuk ke dalam kamarnya. Hatinya berdegup kencang berharap bukan Jarvis yang datang ke sini, ia tidak bisa membayangkan jika Jarvis yang menjaganya malam ini.
"Sore, gimana kondisi kamu? Apa ada keluhan?" Dokter memasuki kamar rawat Lei bersama beberapa suster di belakangnya.
"Sore, Dok, sejauh ini gak ada si... tapi apa rasa sakit ini wajar?" Tanya Lei ia khawatir dengan jari telunjuknya.
"Itu hal wajar, kamu hanya perlu pemulihan dan banyak latihan agar jari mu tidak kaku." Jawab Dokter menjelaskan dengan singkat agar pasien nya tidak khawatir dengan kendala yang terjadi.
"Baik, saya izin pamit... jika ada masalah bisa kamu tekan tombol darurat ini untuk memanggil perawat." Jelas Dokter.
"Terimakasih, Dokter," tukas Lei apapun itu harus diakhir dengan mengucap terimakasih untuk menghargai mereka yang sudah membantu kita.
Setelah kepergian Dokter dan Perawat dari kamar, Lei baru merasa jika tempat ini sangat tenang. Ponsel miliknya sepertinya tertinggal di Rumah kemarin, yang Lei lakukan hanya diam kembali melamun karna tidak tahu harus melakukan apa lagi.
Tiga hari berlalu, Lei masih berada di dalam ruang rawat. Sesekali Dipta datang bersama temannya untuk menenami Lei, Dipta sengaja membawa beberapa temannya agar adiknya tidak merasa sendirian. Karna waktu Dipta datang sendirian ke sini Lei masih enggan untuk bicara dengan dia.
Flasback
Dipta datang membawa beberapa makan kesukaan Lei, ia tau adiknya tidak akan pernah menolak jika ia membawakan ini. Satu-satunya cara ketika Lei marah padanya cukup membawakan makanan ini.
Membuka bungkus nya lalu menuangkan ke piring putih yang sudah di sediakan di setiap kamar, wangi makanan itu langsung mengisi seluruh ruangan. Lei memperhatikan Dipta dari kejauhan ia hafal dengan wangi makanan ini.
Creamy Garlic Prawn Pasta sudah siap Dipta berikan pada Lei. Ini makanan paling Lei suka yang Dipta tahu, tapi sayangnya kali ini Dipta tidak mengetahui jika Lei alergi pada Udang.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEESHIA
Teen FictionCerita hidup Leeshia yang harus tinggal bersama kelima abang tiri yang baru saja ia kenal, Bunda yang pergi bersama suaminya untuk perjalanan bisnis membuat Lei harus menghadapi kenyataan bahwa hidup bersama abang tiri tidak sebaik atau seburuk itu...