24. Lari

36K 1.8K 16
                                    

Dilarang meniru cerita ini!!!

Cerita ini hanya FIKSI Mohon maaf jika ada kesamaan Karakter dan Latar belakang.

Seusai kejadian itu membuat Lei sulit untuk bergerak. Kaki dan seluruh tubuhnya terasa sangat nyeri, untuk menggosokan sabun pada tubuhnya saja terasa nyeri. Perlahan Lei keluar dari kamar mandinya dengan rambut yang di gulung handuk karna ia baru saja keramasan.

Sebelum memakai baju Lei melihat bayangan tubuhnya di cermin besar, mentap naas tubuhnya dengan banyaknya memar karna ulah Jarvis semalam. dipunggung dan bagian lengan belakang yang paling banyak tercetak memar.

Lei berusaha seperti tak terjadi apa apa semalam, turun menggunakan seragam dengan bawahan celana olahraga. Ini sudah menjadi hal biasa di sekolahnya. Asal pakaian yang di kenakan masuk ke dalam golongan sopan.

"Hari ini tidak ada jadwal sekolah." Tutur Jarvis ketika melihat Lei turun sudah mengenakan seragam.

Lei melirik ke aras Jarvis dengan penuh dendam. "Hari ini ulangan." Lei dengan tenang dan melanjutkan jalannya menuju dapur.

"Ulangan akan ditunda sampai kamu bener-bener sembuh."

"Udahlah, temen-temen pasti seneng juga kok kalo ulangan di tunda terus. Termasuk gua." Ujar Dipta yang sedang merapihkan dasi pada seragamnya.

Lei menggelengkan kepalanya cepat, bisa gila jika ia berada di rumah. Lebih baik pusing dengan ujian matematika di sekolah dan bertemu dengan sahabatnya.

Setelah makan dua lembar roti Lei berjalan menuju mobil yang sudah siap untuk mengantarnya ke sekolah.

Selama perjalan Lei terus memikirkan Aria yang sudah hampir dua bulan semenjak ia kembali ke Amerika, beliau belum pernah sama sekali menelfon Lei. Seperti seolah olah Bunda nya menghindari dirinya, ketika Lei menelfonnya tapi tidak pernah menjawab sama sekali.

Lei melamun ditemani dengan lagu di telinganya. Bayangan Jarvis yang memukuli Lei terus terulang di otaknya, bahkan Jarvis tak memberinya kesempatan untuknya berbicara. Tak pernah sedikitpun ada di bayangan Lei Jarvis akan sejahat dan sekejam itu padanya.

Sampai di sekolah Lei langsung menuju kelas, pagi ini diawali dengan ujian matematika. Semua berjalan lancar, karna ini kelas unggulan tidak ada murid yang mengeluh jika ini sulit. Mereka tampak nyaman mengerjakan soal ujian di depannya.

Jam kedua kosong, beberapa murid keluar kelas untuk mencari udara segar. Dipta sudah keluar sejak bell jam kedua berbunyi. Lei pun ikut keluar tapi tak berbarengan, karna sahabatnya sedang ada guru Lei memilih berjalan jalan.

Melihat peluang besar gerbang samping tak terkunci Lei melihat sekitar yang tampak sepi tak ada orang dan penjaga. Lei segera keluar, dengan tenang dan sedikit berlari takut ada yang melihatnya.

Terus berjalan sampai jauh dari jarak pandang orang, Lei berjalan perlahan di tempat sepi ini. Tenang, itulah perasaaan Lei saat ini. Berjalan lurus tanpa melihat ke belakang. Tanpa ia sadar kini posisinya sudah terlalu jauh dengan sekolah, ia di sadarkan dengan bisingnya suara lalu lalang kendaraan.

Lei menaiki kendaraan umum yang berhenti tepat di depan nya. Tanpa tau tujuan mana kendaraan umum ini akan pergi. Mungkin ia akan turun ketika mobil ini berhenti, untungnya saja ia membawa dompet dan handphone.

Sedangkan di sekolah. Dipta, Selen, Lena, dan Sera sedang ke bingungan dengan kehilangan Lei yang tiba tiba. Sekolah ini sangat luas mereka mencari berpencar di bantu dengan penjaga sekolah dan teman teman Dipta.

"Lo gimana si, Dip! Seharian duduk bareng, lo bisa kehilangan gini. Dia gak izin ke lo kemana?" Tanya Sera yang tampaknya sudah lelah mencari keberadaan Lei.

LEESHIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang