Dilarang meniru cerita ini!!!
Cerita ini hanya FIKSI Mohon maaf jika ada kesamaan Karakter dan Latar belakang.
Hari terus berjalan namun Lei masih enggan untuk menyalakan Ponsel miliknya. Kini ia hanya ingin ketenangan dalam dirinya, bahkan Yana pun tidak ingin menggangu Lei. Yana sibuk dengan kuliahnya dan Lei diam di Penthouses milik Yana, dia hanya sendiri di sini.
Yana memilik dua Abang dan Orang tua yang masih lengkap. Namun Penthouses super besar ini hanya di isi oleh Yana seorang, semua Keluarga sibuk di luar negeri. Mereka akan kumpul ketika hari-hari penting. Lei kenal baik dengan Keluarga Yana, walaupun Yana dan Lei berjarak 3 tahun mereka berteman baik sejak kecil.
Beberapa keperluan dapur sudah habis, kebetulan Mba yang membantu membersihkan Penthouses sedang cuti. Jadi Lei menawarkan diri untuk ia yang pergi belanja, walaupun Yana meminta untuk menunggu ia pulang dan belanja bersama. Lei tetaplah Lei.
Lei turun dari taxi dengan tenang dan berjalan memasuki supermerket. Ia melihat beberapa list yang akan ia beli. "Oke, pertama kita mulai di sayuran." Gumam Lei pada dirinya sendiri.
Mendorong troli belanja secara perlahan, melihat dan membandingkan barang mana yang lebih bagus dan terjamin kualitas barangnya, Sudah hampir sepuluh menit Lei berada di sana. Lei terus melihat kanan dan kiri karna merasa ada yang terus mengawasinya.
Tak hanya selama di supermarket, Lei sudah merasakan ini beberapa hari ke belakang. Namun, berusaha mengabaikan semuanya. Entah, hanya perasaanya atau memang benar ada yang mengawasi dirinya.
Bagian terakhir yang ia harus datangi adalah bagian persabunan, Yana menitip Shampo karna miliknya sudah habis. Setelah menyelesaikan pembayaran Lei berhenti booth makanan tak jauh dari posisinya saat ini.
Sambil menunggu makanan yang ia pesan jadi Lei memesan Taksi agar tak perlu menunggu lama lagi. Jalanan cukup ramai di sore hari. Menatap lampu lampu kendaraan dan gedung pencakar langit yang terlihat indah namun tidak dengan macetnya.
Sudah hampir tujuh hari Keberada di Penthouses milik Yana, selama itu juga ia tak pernah menghidupkan ponsel miliknya. Hidup tujuh hari tanpa ponsel tak semenyeramkan itu ternyata. Selama di penthouses milik Yana ia hanya membantu sedikit sedikit membersihkan tempat tinggal temannya.
Tidak ada satu pun orang terdekatnya yang mencarinya, bahkan Dipta sekalipun. Menatap langit yang perlahan menjadi gelap ditambah angin yang berhembus kencang ketika Lei membuka jendela mobil itu.
Sudah tidak berada di jalan utama mobil berjalan lebih cepat, Lei pun kembali menutup kaca mobil itu. Namun, tiba tiba saja mobil yang ia naiki berhenti secara mendadak membuat Lei terbentur bangku di depannya. Lei yang penasaran dengan apa yang terjadi dengan cepat bangkit dan melihat ada dua mobil yang sedang menghadang Taxi yang ia naiki.
Melihat ke belakang mobil, ada sebuah mobil hitam yang tampak tak asing dipenglihatan Lei. Mengingat kembali mobil itu membuat Lei menunduk ke bawah menghindari kontak mata dengan seseorang di dalam mobil hitam itu.
Mobil Porsche 911 berwarna hitam doff membuatnya terlihat lebih elegan. Lei menunduk menutup kupingnya erat-erat. Ia tak ingin melihat Jarvis marah, semuanya masih tercetak jelas dalam ingatan Lei malam itu.
"Pak— bisa lanjutin aja gak mobilnya." Ucap Lei dengan suara gemetaran nya.
"Gak bisa, mobil kita dihadang!" Ucap Bapak paruh baya dengan suara panik.
Mobil mereka bener-bener tidak bisa keluar, segala sisi sudah di blokir bodyguard. Terlihat jelas diwajah pria paruh baya itu tampak shock dan khawatir terjadi apa-apa. Lei mengumpat di balik kursi supir itu berharap Jarvis tak berhasil menemukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEESHIA
Novela JuvenilCerita hidup Leeshia yang harus tinggal bersama kelima abang tiri yang baru saja ia kenal, Bunda yang pergi bersama suaminya untuk perjalanan bisnis membuat Lei harus menghadapi kenyataan bahwa hidup bersama abang tiri tidak sebaik atau seburuk itu...