Malam ini Lei bersama yang lain memutuskan untuk tidur bersama. Ini semua jelas ide Lei sedangkan abang-abangnya hanya bisa menuruti keinginan adiknya. Tapi seperti ini juga mengingatkan pada Karine sang Ibunda yang selalu menyuruh mereka untuk tidur bersama setiap malam. Setelah sekian lama mereka tidur bersama kembali, entah udah berapa belas tahun mereka tidur terpisah.
Mereka berkumpul di ruang keluarga, menggelar empat kasur besar dan satu kasur sedang untuk Lei sendiri. Di temanin film horror malam mereka terasa semakin seru. Sampai tidak terasa fajar akan segera datang tapi keseruan antara mereka balum juga pudar seperti tidak ada rasa ngantuk untuk malam ini.
Malam ini terasa sangat menyenangkan, pagi tadi pun sangat seru, selama seminggu ini Lei dipenuhi kebahagian tiada henti. Tawa Lei pun bisa sangat lepas. Sampai Lei berfikir ternyata dekat abang tidak semenyeramkan itu.
Jam sudah menunjukan 05.13 yang lain sudah mulai tertidur sedangkan Lei hanya diam menatap seluruh abangnya. Air mata perlahan menetes membasahi selimut dipaha Lei hatinya bahagia tapi entah kenapa air mata yang keluar. "Ternyata kebahagian yang gua cari selama ini sebenernya ada di depan gua." Lirih Lei.
Ucapan Papah dimimpi saat itu benar, kalau Lei buka hati menerima semuanya pasti lebih bahagia. Selama seminggu ini tidak ada sama sekali bayang-bayang Juano padahal setiap kegiatan Lei selalu dibayang-bayangi dengan Juano dan Aria saat mereka masih bahagia layaknya keluarga di rumah lain.
"Kamu belum tidur?" Tanya Ian dengan suara khas bangun tidur.
"Baru mau tidur." Ujar Lei membaringkan tubuhnya dan menarik selimut sampai leher.
Lei memang mengalami insomia beberapa bulan ini, ia selalu sulit untuk tidur sekalipun saat ia merasa tubuhnya sedang lelah. Lei menatap langit-langit mansion yang super tinggi ini. Melamum seperti ini membuat ia ingat semua cerita hidupnya yang aneh dan menyedihkan, ternyata dia telah banyak melewati berbagai masalah dalam hidupnya. Ada rasa bangga jelas.
Saat membuka mata Lei terbangun bukan lagi di ruang Keluarga tapi sudah kembali di dalam kamarnya. Mengikat rambut panjangnya lalu bergegas mencuci muka cepat-cepat untuk turun menemui abangnya. Sampai di lantai satu langkah yang awalnya bergerak semangat kini terhenti. Mata mereka bertatapan. Semua Keluarga berkumpul di meja makan dengan wanita paruh baya di antara mereka.
Sorot mata Lei tidak bisa di artikan, di sana ada tatapan kecewa, sedih, bahagia, marah, dan takut. Semua tercampur sampai Lei bingung harus berekspersi seperti apa melihat Aria kini ada di depannya.
Setelah sekian lama tidak bertemu atau berhubungan kini keduanya kembali bertemu, ini sedikit membuat ia ragu berada di rumah ini, pasalnya sudah di usir dan Aria tidak ingin bertemu lagi dengannya. Apa ia masih pantas berada di sini berkumpul dengan yang lain?.
"Kamu sudah bangun, sini gabung." Ajak Jeff.
Lei mengikuti ucapan Jeff duduk dan makan bersama di meja makan. Tapi Lei tahu kalau Aria pasti tidak nyaman dengan kehadirannya di sini.
"Siang ini Lei mau nengok cafe," ujar Lei memecah keheningan meja makan.
Suasana sarapan pagi ini jauh berbeda dari kemarin yang di isi kegembiraan ia dan para abangnya, pagi ini sangat hening hanya di isi dengan detingan sendok yang bertemu dengan piring.
"Kamu bisa tanya ke Mahes tidak perlu jauh-jauh ke sana Leeshia." Jarvis memang melarang Lei saat beberapa hari lalu ingin memeriksa keadaan Kafé miliknya.
Untuk kemarin memang Lei ingin memeriksa keadaan kafè miliknya tapi untuk hari ini berbeda, ia sengaja agar bisa menjaga jarak dengan Aria ia takut Bunda nya tidak nyaman dengan kehadirannya.
"Kamu punya kafé, Lei?" Tanya Jarvas.
Yap, Jarvas juga ada bersama mereka."Iya, kafé kecil-kecilan." Jawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEESHIA
Teen FictionCerita hidup Leeshia yang harus tinggal bersama kelima abang tiri yang baru saja ia kenal, Bunda yang pergi bersama suaminya untuk perjalanan bisnis membuat Lei harus menghadapi kenyataan bahwa hidup bersama abang tiri tidak sebaik atau seburuk itu...