9. Baby Koala

1.5K 116 7
                                    

[Qaizz_ POV]

Pukul 19.32
Kost Bu Irma
🔖

"Udah jam 7 lebih." Ujar Fey memecah lamunan Gerald.

"Papi belum minta jemput, nanti dulu." Gerald mengeratkan pelukannya dibalik selimut.

"Fey juga masih kangen."

"Sama" Gerald mengecup kening Fey yang memeluk bossnya dengan posisi masih tengkurap di atas dada.
.
.
Fey menatap mata Gerry-nya.

"Kamu kayak baby Koala." Ujar Gerald.

*muach* Fey mengecupnya.

"Gak pegel ? Huh ?" Tanya Gerald sambil memainkan rambut Fey, mengikatnya dengan jari.

Fey menggelengkan kepala, menyandarkan kupingnya di atas dada. Menoleh ke arah TV kali ini. "Kangen peluk gini, Fey gak berat kan ?"

Fey mengingat masa-masa mereka setiap malam leluasa melewatkan waktu bersama, hampir setiap hari Gerry-nya akan pulang ke kost bersamanya.

Namun beda waktu beda cerita, seiring banyaknya kecurigaan dan pertanyaan dari teman kostnya yang tau siapa itu Gerald, membuat pertemuan mereka diluar kerja semakin sulit.

Seperti hari ini saja, Gerald harus bersusah payah menyimpan mobilnya di rumah Marko dan mendatangi Fey dengan memakai taxi/ojek online. Datang seperti penyusup memakai masker dan kacamata hitam.

"Gak berat, kamu kayak bayi" Gerald menyisir rambut kekasihnya dalam dekapan. Mereka terdiam cukup lama. Menikmati setiap detik waktu yang bisa dilalui berdua.
.
.

"Maafin Fey ya.." Fey menyesal.
"Udah marah-marah tiap hari kemarin."

"Iyaa sayang, lagian.. kamu kapan gak ngambeknya ? Huh ?." Ujarnya bercanda, Gerald masih terus mengusap punggung Baby Koalanya.

"Hehe..."
"Kamu gak risih kan ?" Tanya Fey agak takut.

"Risih kenapa, sayang ?"

"Kata mama, Fey kalau gitu terus.... kamu bisa risih lama kelamaan."
"Kata mama, Fey terlalu nuntut waktu kamu, padahal Fey sendiri yang nyanggupin kita buat backstreet begini."
"Tapi kan backstreet aja, gak mau LDR jugaaa."
"Kalau nanti Fey makin manja sama kamu karena jauh, ntar makin risih kamunya." Keluh Fey panjang.

Jarak antara pusat dan kantor mereka saat ini terpaut 4 jam perjalanan darat ulah macetnya ibu kota. Tentu ini akan menyiksa mereka.

"Emang selama ini kamu ngerasanya gimana ?" Tanya Gerald lembut.

"Rasanya ?"
"Kamu gak risih"
"Kamu selalu nyempetin ngasih tau kenapa begini, kenapa begitu."
"Walaupun kadang kalau grumpy-nya dateng, tetep nyebelin, tapi kamu gak pernah lama bikin Fey kepikiran, malah dari awal kita deket."
"Inget gak waktu pertama kita dinner bareng ? Spesial banget malem itu buat Fey."

"Di Beijing ?" Gerald mengingat dinnernya di restaurant sekitar hotel tempat mereka menginap, dinner romantis pertamanya. Pikirannya membawa Gerald pada malam dimana mereka melakukan hal intim pertama kali sampai keduanya lupa waktu.
.

"Iya.. yang di hotel. Baru banget nyampe."

"Hah, kok hotel ? Bukan di restoran ?" Gerald tak mengerti apa yang spesial dari hal tersebut.

Fey menggelengkan kepala.

"Malem itu Fey masih gak berani bilang mau Fey apa, tapi kamu kayak ngerti aja gitu, jelasin hal yang lagi Fey pikirin."

"Oya ? Lupa. Emang aku bilang apa ?" Gerald meraih wajah Fey agar bisa menatap matanya.
Fey melepas pelukannya, memangku dagu dengan kedua tangannya diatas dada Gerald kali ini.

MY ASSISTANTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang