17. Warm

1.3K 108 6
                                    

[Qaizz_ POV]
🔖

Suasana hangat sore ini menjadi moment dimana Amarald bisa merasakan secara utuh kebersamaan dengan ketiga anaknya. Sudah tidak ada lagi ketegangan antara putra sulung dan putra bungsunya saat ini.

Tak ada yang lebih baik baginya lebih dari ini. Perlakuan terdahulunya yang tega membiarkan Gerald jauh sampai ke negeri China saat Mutia meninggal dunia, membuat hubungan keluarganya renggang. 

Suasana keluarga chaos saat itu.

Menjadi Ayah yang seharusnya merangkul Gerald disaat dia kehilangan ibu kandungnya tak sempat ia lakukan. Amarald hanya berpikir cepat bagaimana ia bisa menyelamatkan sang anak dari keadaan rumah yang tak baik-baik saja kala itu.

Saat itu perusahaan sedang gencar-gencarnya mencari investor di sana sini. Menggaet beberapa perusahaan dan pabrik untuk bergabung menjadi bagian dari Amarald Group. Yang saat ini sukses menjadikannya perusahaan Exportir/Importir ternama nomor satu di penjuru negeri.

Tak ada waktu sedikitpun yang bisa ia sisakan untuk anak-anaknya di rumah. Keadaan hubungannya dengan istri pertama juga tidak baik-baik saja. Sampai pada akhirnya, Amarald terpaksa mengirim Patra menyusul Gerald ke negeri China saat kedua putranya masih belia.

****

Pukul 15.08
🔖

.
.

"Fey, I am happy for both of you." Ujar Patra berbisik padanya.

Fey terlihat lebih nyaman, sesekali menimpali obrolan di ruang keluarga saat semua saling bertukar kado.

"Thanks kak, Fey juga gak nyangka. Bisa disini hari ini. Bertahan backstreet sampai sejauh ini."

"Right ? Me too." Patra merangkulnya singkat.

Fey ingat, dirinya seringkali curhat pada Patra lewat pesan text, mengenai hubungannya dengan Gerald di awal tahun. Jika ia curhat dengan Marko, otomatis Gerald akan segera mengetahui.

Berbeda dengan Patra. Fey bisa leluasa mengatakan keresahannya menjalani hubungan dengan Gerald yang memiliki kesabaran setipis tissue. Jika diingat. Hampir saja Fey menyerah menghadapi dua kepribadian Gerald yang galak di kantor, dan lembut saat berdua saja.
.
.

"Terakhir kita ketemu selain meeting pusat, cuma pas ke Singapur itu ya ?"

"Iya. Itu juga udah lama banget." Jawab Fey singkat. Gerald duduk di bahu sofa merangkul kekasihnya. Mulai mendengar pembicaraan mereka.

"Tahun baru kemana ?" Tanya Patra lagi.

"Gak tau, kayaknya gak kemana-mana. Gerry juga baru sembuh." Ujar Fey menengadahkan wajahnya kearah sang kekasih.

"Gimana kalau ikut ke Bali ? Marko juga kesana." Ajak Gerald sembari mencium keningnya.

"Ikut dong gue. Babe, ikut ?" Pinta Patra pada suaminya. Yang dijawab dengan anggukan tanda setuju.
.
.
.

"Fix, tanggal 28 gue udah disana ya ? Gue malem mau ke Mami sama kak Nico. Balik dari Mami langsung ke Bali." Ujar Patra sembari membuka ponselnya. Menghubungi Marko dan Monika yang sudah pulang terlebih dahulu sejak beres makan siang bersama, memberi tau bahwa dirinya dan Gerald akan menghabiskan waktu di Bali juga.
.
.

"Ikut ke kamar tamu yuk ?" Bisik Gerald.

"Ngapain ? Jangan aneh-aneh. Ini di rumah Pak Nico." Fey ikut berbisik.

Gerald memutar bola matanya. Menarik lengan Fey untuk ikut bangun dari sofa. "Bawa tas ke kamar, sayang. Kan aku nginep disini selama Nico gak ada."

"Oh iya, tas kamu masih di mobil." Jawab Fey. Mengeluarkan kunci dari sakunya.
.
.
.

MY ASSISTANTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang