#2 Update

1.2K 115 7
                                    

[Qaizz_ POV]

Assembly
Pukul 15.49
🔖

"Menurut lo, beli atau sewa ?" tanya Gerald pada Marko yang baru saja selesai menuntaskan inspeksi mereka berdua.

Sudah 3 bulan berlalu Gerald tinggal bersama Nico, ia masih belum memutuskan untuk memilih antara 3 hunian yang sedari awal Nico usulkan padanya. Tak ada satupun yang bisa menarik perhatian Gerald sama sekali. Sebenarnya tak banyak yang ia inginkan dari rumah miliknya nanti. Hanya saja semua pilihan tak sesuai dengan apa yang diinginkan Fey.

"Mending cari dulu sih lokasinya. Lo mau tinggal dimana ?"

"Deket dia kayaknya. Biar pulang se-arah. Yang dikasih Nico jauh semua."

"Yaelah, bucin."
"Ck.. kenapa gak sekalian lo ngekost aja di kost-an dia anjir." keluh Marko padanya.

Gerald hanya memutar kedua bola matanya, lokasi Veteran merupakan daerah padat rumah warga. Tak seperti keinginan Gerald. Ia menginginkan rumahnya dikelilingi dengan pekarangan depan dan area taman belakang. Fey pernah mengeluh ingin leluasa bermain gitar di waktu liburnya. Namun terhalang oleh tetangga kost yang kebanyakan buruh dengan shift kerja beragam. Ia khawatir petikan gitarnya akan mengganggu istirahat mereka.

"Lo ada kepikiran buat ajak Fey tinggal bareng sama lo ?"

"...."

"Lo takut ditolak ?"

Gerald mengangguk. Ingat obrolan malam sebelumnya lewat video call ketika ia mencoba membicarakan hal ini dengan Fey. Dia tak ingin tinggal bersama Gerald karena Gerald tak membiarkan Fey ikut andil dalam membayar uang sewa, listrik, dan kebutuhan sehari-hari mereka. Padahal bayangan rumah Gerald merupakan sosok dimana Fey berada menunggunya pulang. Fey bersikeras tetap ingin mempertahankan kostnya.

"Yaudah. Sementara lo sewa aja dulu yang itu. Sambil nyari buat dibeli." usul Marko pada sahabatnya.
"Oh iya, nunggu dia di kantor gue ?" Ajak Marko.

"Yok"

Keduanya berjalan beriringan masuk melalui pintu belakang ruangan Direktur. Gerald duduk di kursi tamu melihat Fey di balik kaca sedang sibuk menutup laporannya.

Sudah 3 bulan berjalan Gerald mulai terbiasa menjalani harinya dengan penampilan santai di dalam kawasan pabrik. Setiap minggu ada saja yang ia lakukan di ibu kota mengurus perijinan PT miliknya. Walau kini jarang bertemu. Fey tak pernah menuntut waktu seperti dulu. Keduanya sudah bebas dari backstreet. Tak sulit bagi Fey, ia bisa mengekspresikan ke-bucin-nannya kali ini tanpa terhalang situasi.

****

"Ko, lo gak masalah gue jadiin Fey asisten nanti ?" ujar Gerald masih menatap kekasihnya dibalik jendela.

"Masalah sih. Tuh anak bisa diandelin. Belum tentu asisten baru kayak dia." keluh Marko padanya.

"....." Gerald menarik nafas panjangnya. Betul apa kata Marko. Dari yang Gerald lihat. Fey sudah banyak bisa meng-cover banyak hal yang Marko butuhkan di bagian produksi, namun soal general Fey masih terhitung baru. Masih banyak hal yang perlu ia kuasai. Terlebih urusan CEO mencakup segalanya. Tak hanya perihal produksi saja.

"Yahh.. mau gimana lagi. Lo yang punya kuasa."
"Gue udah minta Mbak Sonia buat buka lowongan dari sekarang."

"Lho ? Nanti Fey ditempatin dimana ?"

"Di Nico lah. Dia juga harus belajar dari sekarang. Biar gak kaget nanti. Lo juga harusnya mulai ajak Fey untuk handle kerjaan as assistant CEO." usul Marko

"Menurut lo, gue bisa professional gak ?"

"Jujur ya bro. Gak bisa."

"Bener." ujar Gerald sendu. Ia menatap kekasihnya lagi. Setelah apa yang mereka lalui selama tiga bulan ini. Dan melepaskan status backstreet mereka. Fey makin berani menunjukan bahwa Gerald merupakan kekasihnya.

MY ASSISTANTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang