24. Pengakuan

1.1K 101 0
                                    

[Qaizz_ POV]

Pukul 07.02
Assembly
🔖

"... terakhir. Sebagian sudah tau mengenai kabar mutasi yang akan dipercepat. Eu- Ekhm..

Dan ini juga merupakan minggu terakhir saya bekerja bersama kalian semua. Terimakasih untuk 3 tahun lebih kita bekerja sama. Mudah-mudahan kalian tetap bisa menjaga kualitas produksi jauh lebih baik lagi dibawah kepemimpinan sahabat saya. Marko."

"Selamat bekerja untuk semua."

****

Barisan bubar dengan cepat, Gerald mendahului semua orang dengan cepat kembali ke kantornya. Meninggalkan Fey yang masih berdiri di tempat tak percaya dengan apa yang dia dengar. Ditemani beberapa staff yang masih mengobrol soal kabar mendadak yang dibawa oleh Gerald pagi ini. Rumor telah dikonfirmasi. Hari ini Gerald sudah tak lagi menjagat sebagai atasan tertinggi di gedung ini.

.
.

"Fey ?" Emily menghampiri Fey.

"Eeuuu- Fey. Yok ikut gue." Sanggah Marko, Fey menurut. Ia mengikuti Marko masuk ke dalam kantor. Membawa Fey ke pantry kantor mereka.

"Okay. Tell me."
"Gerry ngomong apa sama lo kemarin."
Ujar Marko.

Semalam Marko sama sekali tak bisa membuat Gerald terbuka. Dia bungkam.

Yang Marko tau. Keputusan Gerald benar-benar sudah bulat. Rencananya akan terus ia lanjutkan dengan atau tanpa persetujuan Fey terlebih dahulu.

"...." Fey diam. ia masih shock. Pikirannya kosong.

"Fey.. ?"

"goddamnit." Marko mergentak meja counter. Keduanya sama saja. Tak memberikan Marko celah sedikitpun untuk bisa mengetahui dimana letak kesalahpahaman diantara mereka.

Marko mulai membuat kopi untuk dirinya sendiri.

"Gue gak tau Gerry ngomong apa sama lo, sampe bikin lo nangis kemaren. Gue gak tau kalian kemarin berantem karena apa. Dan gue gak yakin apa yang terjadi ke depannya sama Gerry. But one thing Fey. One thing..." Marko berkacak pinggang. Menghadap Fey yang masih bungkam.

"Dia sayang sama lo, dia gini karna lo, dia lagi berusaha buat bareng sama lo. Gue, Patra, Monika, Nicola. Tau kalau apa yang Gerry lakuin saat ini cuma buat lo" jelas Marko menunjuk pada keningnya.

"Just.. trust him."
"Oh God. Trust him."
"Okey ?"

Fey menarik lagi napasnya dalam.

"Okey ?" Tanya Marko lagi.

Fey mengangguk.

****

****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MY ASSISTANTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang