Sekarang Axyra dan Maurice berada di halaman belakang villa,di sana terlihat sebuah taman mini bunga mawar.
"Kenapa kita ke sini,kak Maurice?" Tanya Axyra menatap kearah Maurice.
"Temani saya di sini." Ucap Maurice.
"Tapi cuaca malam ini cukup dingin." Ucap Axyra.
Maurice memeluk Axyra sehingga membuat gadis itu terkejut dengan perlakuannya, jantung Axyra berdegup kencang. Maurice merasakan jantung Axyra yang berdegup kencang,namun dia tetap memeluknya.
"Apakah masih dingin?" Tanya Maurice.
"Tidak." Ucap Axyra gugup.
"Jangan gugup,santai saja." Ucap Maurice.
'bagaimana aku tidak gugup kalau di peluk kak Maurice? apalagi kenapa jantung ku terus berdegup kencang saat bersama kak Maurice?' Batin Axyra.
"Apakah kamu sudah memiliki kekasih?" Tanya Maurice.
"Iya,kak. Tapi kami sudah putus karena dia berselingkuh dengan perempuan lain di belakang,aku sudah memberikan kesempatan kedua kepada nya tapi dia mengulangi lagi. Yang pria mendekati ku itulah mantan ku." Ucap Axyra.
"Mau jadi pacar saya?" Tanya Maurice tiba-tiba.
"Apa?anu apa tadi?" Ucap Axyra terkejut mendengar ucapan Maurice.
"Tidak ada, lupakan saja." Ucap Maurice sambil mengelus rambut Axyra dengan lembut.
'belum saatnya aku menanyakan soal itu kepada mu.' Batin Maurice.
'tadi aku mendengar kak Maurice mengajak ku menjadi kekasihnya,tapi sepertinya aku salah dengar.' Batin Axyra.
Maurice merasakan bahwa ada seseorang yang memperhatikannya dengan Axyra,pria itu langsung mengeluarkan pistolnya dari sakunya.
Dor
Terlihat seorang pria yang memakai pakaian serba hitam terjatuh dari atap dan tergeletak di lantai, Axyra menutup mulutnya dengan kedua tangannya untuk tidak berteriak.
"Jangan takut,ada saya." Ucap Maurice memeluk Axyra.
Tubuh Axyra bergemetar ketakutan karena ini pertama kalinya dia melihat mayat orang lain tergeletak di depan matanya.
"Sstt jangan takut,ayo kita masuk. Bodyguard saya yang akan mengurus mayatnya." Ucap Maurice.
"Kalian urus mayatnya,jangan tinggalkan jejak." Lanjutnya menatap kearah bodyguard yang berada di sana.
"Baik,tuan muda Maurice." Ucap para bodyguard.
Maurice merasakan tubuh Axyra yang bergemetar ketakutan,dia pun menggendong gadis itu dengan ala bridal style.
Saat masuk ke dalam villa, Agatha dan Vera menghampiri Maurice yang menggendong Axyra. Kedua perempuan itu melihat Axyra tampak begitu pucat.
"Axyra kenapa, Maurice?" Tanya Agatha.
"Dia tidak tahan angin malam,ma. Aku harus mengantarnya ke kamar untuk beristirahat." Ucap Maurice.
"Benarkah begitu, Axyra?" Ucap Agatha menatap khawatir Axyra.
"Iya,tante. Aku tidak tahan angin malam." Ucap Axyra.
'bukan tidak tahan angin malam,yang ada aku melihat kak Maurice membunuh orang di depan mata kepala ku sendiri.' Batin Axyra.
"Kalau begitu antar dia ke kamarnya, Maurice." Ucap Agatha menatap kearah Maurice.
"Iya,ma." Ucap Maurice.
Maurice mengantar Axyra ke kamar dan saat tiba di sana,dia meletakkannya di tempat tidur dengan begitu lembut. Setelah itu dia mengelus rambut Axyra dengan lembut.
"Tidurlah dengan nyenyak dan lupakan kejadian yang terjadi tadi,saya juga akan melindungi mu." Ucap Maurice lembut.
"Aku masih sedikit takut tapi sepertinya aku harus membiasakan diri dengan semua ini." Ucap Axyra.
"Tidak apa-apa, tidurlah dengan nyenyak. Saya akan menemani mu." Ucap Maurice lembut.
"Aku akan mencoba untuk tidur." Ucap Axyra.
Axyra memejamkan matanya perlahan dan beberapa menit kemudian dia tertidur pulas, Maurice membawa Axyra ke pelukannya. Dia memeluk dengan lembut dan sesekali dia mengelus rambut Axyra.
Cklek...
Terlihat Gavriel dan Agatha masuk ke dalam kamar tersebut,dia melihat Maurice sedang memeluk Axyra.
"Kenapa papa dan mama ke sini?" Tanya Maurice menatap kearah Gavriel dan Agatha yang berada di depan pintu kamar.
"Apakah dia sudah tertidur dengan nyenyak?" Tanya Agatha sedikit khawatir.
"Iya,dia sudah tidur nyenyak." Ucap Maurice.
"Dia pasti syok dengan kejadian itu." Ucap Gavriel.
"Jadi papa berada di sana?" Ucap Maurice.
"Bodyguard yang memberitahu papa dan mama." Ucap Agatha.
"Apakah Ergino juga tahu?" Ucap Maurice.
"Tidak." Ucap Gavriel.
"Jaga Axyra dengan baik-baik, Maurice. Mama yakin musuh-musuh kita mengincarnya karena dia dekat dengan mu." Ucap Agatha.
"Itu benar, Maurice. Kamu harus membuat penjagaan untuk Axyra,suruh beberapa bawahan mu untuk menjaganya dari jauh. Apalagi musuh-musuh kita cukup banyak." Ucap Gavriel.
"Aku mengerti,aku akan membuat penjagaan untuk Axyra." Ucap Maurice.
"Itu bagus, Maurice. Apalagi dia adalah calon menantu keluarga Stetson, kamu harus menjaga calon menantu kesayangan mama. Kalau sampai dia kenapa-kenapa,maka mama yang akan turun tangan." Ucap Agatha.
"Aku akan menjaganya,ma." Ucap Maurice.
"Bagus kalau begitu,jaga calon istri mu baik-baik. Karena dia yang cocok dengan kriteria menantu keluarga Stetson." Ucap Agatha.
"Baik,ma." Ucap Maurice.
"Ayo Gavriel,kita tidur. Biarkan Maurice menjaga Axyra, apalagi mereka berdua calon suami istri." Ucap Agatha.
"Iya, sayang." Ucap Gavriel menghela nafasnya.
Agatha dan Gavriel meninggalkan kamar yang di tempati oleh Maurice dan Axyra, sedangkan Maurice masih memeluk Axyra.
"Aku tidak tahu kenapa papa begitu penurut dengan mama? padahal mama suka sekali memerintah dan marah-marah tidak jelas." Monolog Maurice.
"Apakah mungkin itu yang namanya cinta? cukup lucu juga,papa sangat dingin dengan orang lain tapi saat bersama mama. Papa sangat penurut dengan mama,bahkan rela melakukan apapun agar mama tidak marah." Lanjutnya.
Maurice tidak tahu bahwa dia benar-benar menerima Axyra sebagai calon istrinya.
TBC...
KAMU SEDANG MEMBACA
MENJADI KAKAK MALE LEAD
FanfictionGracie Louisa Madison adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar,suka merayu pria tampan,bad girl,suka membuat ulah,suka kabur dari rumah,dan suka ikut tawuran antar geng motor. meskipun begitu gracie adalah gadis yang baik dan suka menolong o...