Bab 24.

36.7K 3.1K 42
                                    

Votenya dong kak, gratis kok, nggak sampe satu menit. Tinggal klik logo bintang yang ada di sudut kiri bawah.

600 followers kita double up
🌺selamat membaca🌺

Pukul 05.00

Nesya terbangun lebih dulu di bandingkan Azhar, ia mengucek matanya perlahan. Dahi gadis itu mengernyit kala merasakan lehernya tertimpa sebuah tangan.

Nesya mengikuti dari mana tangan itu berasal, setelah di perhatikan ternyata itu tangan kakaknya.

Dengan hati-hati Nesya menyingkirkan tangan Azhar. Setelah itu ia bangkit dan menyibak selimut yang menutupi kaki hingga perutnya.

Gadis itu melangkah menuju kamar mandi. Ia membuka kemudian menutupnya kembali setelah ia masuk ke dalam kamar mandi itu.

Nesya mendekati sebuah cermin yang ada di kamar mandi itu. Ia memperhatikan penampilannya yang sedikit acak-acak kan. Rambut kusut, mata sembab dan bibir sedikit pucat.

Nesya menghembuskan napas lelah. Ia menghidupkan keran kemudian menampung airnya menggunakan telapak tangan yang menengadah. Setelah airnya di rasa cukup, Nesya membasuh wajahnya menggunakan air yang sudah ia tampung.

Tidak ada niatan untuk gadis itu mandi atau melakukan apapun selain mencuci mukanya. Ia bergegas keluar kamar mandi.

Nesya tidak kembali merebahkan dirinya, ia langsung melangkah keluar kamar Azhar menuju kamarnya sendiri.

Karena memang kamar mereka yang jaraknya tidak terlalu jauh, tidak sampai lima menit Nesya sudah tiba di depan pintu kamarnya.

Ia membuka pintu kamarnya dan langsung melangkah masuk. Segera setelah ia masuk, Nesya menutup pintu kemudian mengambil handuk untuk mandi.

Tidak membuang waktu, Nesya bergegas membersihkan dirinya karena memang ia ingin berangkat sekolah.

Mungkin ia akan ke kamar Azhar kembali setelah ia telah rapi dan siap ke sekolah.

***

Nesya saat ini sedang duduk di meja rias, mematut dirinya di depan cermin sebelum memutuskan pergi ke kamar Azhar.

Ia melirik jam dinding kamar yang sudah menunjukkan pukul enam pagi lebih beberapa menit yanga artinya sudah sejam lebih ia bersiap.

Nesya bangkit dan mulai melangkahkan kakinya keluar kamar. Ia memutuskan untuk langsung ke kamar Azhar takutnya kakaknya ini masih tertidur.

Tiba di depan pintu kamar kakaknya, Nesya langsung membuka pintu tanpa mengetuknya terlebih dahulu.

Mata Nesya langsung menangkap tubuh Azhar yang sudah rapi, sedang duduk di atas kursi roda sembari memandang bayangannya yang ada di cermin.

Pria itu menoleh menatap Nesya dengan wajah cemberut. Nesya yang mengerti kenapa kakaknya cemberut pun hanya tersenyum kecut.

Kakaknya cemburu pasti karena ia tidak ingin ditinggal sendirian. Tapi bukan itu yang membuat Nesya tersenyum kecut, tetapi karena ia mengingat isi obrolan pesan yang dibacanya di ponsel Nesya.

Ia tak yakin Azhar akan bersikap manis seperti ini lagi jika fakta yang ia dapatkan itu terbongkar dan diketahui Azhar.

Mungkin Azhar akan marah?, kecewa? Entahlah. Memikirkannya saja membuat suasana hati Nesya turun drastis.

Nesya mendekati Azhar dengan senyum yang dipaksakan. Ia mengelus pundak Azhar pelan. "Maaf kak, aku tadi ke kamar aku dulu ntuk mandi, jangan marah ya."

Setelah mengucapkan kalimat itu, Nesya beralih mendorong kursi roda Azhar, ia memutuskan untuk mengajak Azhar sarapan bersama.

"Kita sarapan dulu ya?" Ucap Nesya bermaksud untuk meminta izin tetapi pria itu hanya diam, ia masih kesal karena Nesya meninggalkannya pagi tadi.

Nesya menghentikan dorongan kursi rodanya. Ia pindah ke hadapan Azhar dan secara tiba-tiba ia memeluk tubuh Azhar.

"Jangan marah ya kak? Aku minta maaf..." Lirih Nesya. Azhar sedikit tersentak tapi memilih untuk tetap diam.

Karena merasa tidak ada jawaban, Nesya mendongak dan menatap wajah Azhar.

Begitupun dengan pria itu yang tertegun karena melihat mata gadis itu berkaca-kaca. Karena tidak tega, tanpa sadar kepalanya mengangguk.

Setelah melihat kakaknya mengangguk, bukannya tersenyum, tapi bulir bening malah mengalir dengan perlahan membasahi pipinya.

Azhar dengan sigap memeluk gadis itu kembali. Sebelah tangannya mengelus-elus kepala Nesya sedangkan sebelahnya lagi mengelus punggung Nesya. Ia juga sesekali mengecup pucuk kepala Nesya sembari batinnya mengucapkan kata maaf.

Nesya sendiri tidak tau kenapa ia menjadi sangat emosional setelah membaca pesan yang mengungkapkan sebuah fakta yang mengejutkannya.

Mungkin karena ia berpikir kemungkinan-kemungkinan terburuk yang akan ia terima setelah fakta itu diketahui Azhar membuatnya merasa sedih.

Setelah beberapa saat berpelukan, Nesya segera melepas pelukannya. Ia tersenyum menatap kakaknya yang wajahnya mengekspresikan perasaan bersalah karena telah membuat Adiknya menangis.

"Aku tidak apa-apa, jangan merasa bersalah kak" Ucap Nesya kemudian beralih ke belakang Azhar. Ia kembali mendorong kursi roda Azhar menuju meja makan.

TBC.

❗Warning!❗

Siapkan air mata kalian, Mwehehehhe...

Cinta Untuk Pria Bisu (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang