Bab 26.

34.2K 2.9K 58
                                    

Double up karena udh 600 folls
Next double up 700 folls.

Votenya kakak, klik logo bintang yang ada di sudut kiri bawah, gratis kok nggak pake uang terus ga sampe satu menit.

🌺selamat membaca🌺

Saat ini Azhar dan Nesya sedang dalam perjalanan menuju sekolah mereka.

Tidak ada interaksi di antara mereka. Justru sekarang Nesya terlihat sekali sedang gelisah karena sedari tadi tubuh dan kakinya bergerak-gerak pertanda merasa tidak nyaman.

Azhar yang sudah sangat penasaran pun menyentuh bahu Nesya sehingga membuat gadis itu menoleh pada Azhar.

"Ada apa?" Tanya Azhar menggunakan bahasa isyarat.

"Tidak apa-apa." Ucap Nesya sembari menggelengkan kepalanya kemudian membuang pandangannya keluar jendela mobil.

Meski gadis itu mengatakan tidak apa-apa, tapi Azhar sangat tau jika adiknya itu sedang berbohong, terlihat sekali dari postur tubuhnya yang semakin bergerak gelisah.

Azhar kembali menyentuh bahu Nesya, kali ini ia tidak hanya sekedar menyentuh tetapi menyentak tubuh gadis itu agar menghadap kepadanya.

"Jangan berbohong, ada apa?" Tanya Azhar lagi, tapi sekarang raut wajahnya sudah berubah menjadi tajam menuntut, agar Nesya mau menjawab secara jujur.

Karena tak punya pilihan lain, Nesya akhirnya hanya menghela napas kemudian menatap kakaknya sendu.

"Aku merasa gelisah sedari tadi kak, aku merasakan firasat yang tidak enak pada ayah dan ibu. Aku takut kak..." Ucap Nesya dengan lirih.

Melihat adiknya yang seperti itu tentu saja membuat ia merasa tak tega. Azhar merentangkan tangannya meminta Nesya untuk memeluknya agar lebih tenang. Nesya pun hanya menurut, ia segera memeluk kakaknya dengan erat.

Azhar mengelus sesekali mengecup pucuk kepala Nesya seperti yang bisa ia lakukan jika gadis itu sedang memeluk dirinya.

Ingin rasanya Azhar mengatakan 'tidak apa-apa, semua akan baik-baik saja' tapi tidak bisa, mengingat keterbatasan fisik yang ia miliki.

Bohong jika Azhar tidak merasa gelisah seperti Nesya. Azhar pun sama, ia merasakan firasat buruk tapi ia lebih bisa mengontrol gerak tubuhnya sehingga tidak kentara sekali.

Perjalanan mereka akhirnya hanya di temani keheningan, sang supir yang menyetir pun hanya menatap melalui spion mobil, tidak ada niatan untuk berkomentar.

Beberapa saat kemudian, mobil yang berisi Nesya dan Azhar tiba di sekolah.

Sang supir segera turun dan membuka pintu penumpang, ia mengeluarkan kursi roda milik Azhar terlebih dahulu, baru kemudian membantu tuan mudanya untuk pindah ke kursi roda.

"Nona, Tuan muda, Saya pamit undur diri." Ucap sang supir setelah kedua kakak beradik itu telah turun. Ia segera masuk kembali ke mobil setelah melihat Nasya mengangguk dengan senyum.

Mobil yang tadi membawa mereka akhirnya mulai melaju meninggalkan Nesya dan Azhar.

Setelah mobil itu tidak terlihat lagi, barulah Nesya mendorong kursi roda Azhar menuju kelas mereka.

"Terima kasih. Berkat kakak, aku merasa lebih baik." Ucap Nesya.

Azhar hanya mengangguk tanpa menolehkan kepalanya. Jika ia bisa berbicara, sudah pasti ia akan menjawab ucapan terima kasih dari sang adik.

Mereka akhirnya tiba di kelas, tanpa basa-basi Nesya segera mendorong kursi roda itu menuju bangku kakaknya.

Seperti biasa, sebelum beranjak ke bangkunya, Nesya akan mengecup pipi kakaknya.

Azhar yang biasanya hanya diam, sekarang balas mengecup balik pipi Adiknya.

"Bikin iri aja terus." Cibir Axelle yang merasa panas karena menyaksikan interaksi yang sangat manis antara kakak dan adik itu.

"Iri mending diem." Balas Nesya kemudian melangkahkan kakinya meninggalkan Axelle yang mendengus.

Axelle mendudukkan tubuhnya di kursi yang ada di samping Azhar. Wajah remaja itu benar-benar tidak enak dilihat lantaran habis dibuat kesal oleh Nesya.

Bel dengan suara yang sangat nyaring berbunyi, menandakan sudah saatnya bagi para murid SMA Cahaya Bangsa untuk masuk dan memulai pelajaran.

Seorang guru memasuki kelas 11 MIPA 2 yang tak lain adalah kelas dari Nesya dan Azhar. Akhirnya kegiatan ajar mengajar mulai berjalan.

***

Bel istirahat telah berbunyi beberapa menit yang lalu, saat ini Nesya sedang berjalan menuju kantin dengan tangan yang menggenggam ponselnya.

Nesya tiba di kantin dalam waktu singkat karena jaraknya kantin dari kelas Nesya memang tidak terlalu jauh.

Nesya segera berjalan menuju pedagang kantin. Pedagang yang sama dengan orang yang melayani nya tempo hari.

"Bude, baksonya dua porsi, di bungkus ya?" Ucap Nesya. Ia memang memutuskan untuk makan bersama kakaknya di kelas, itulah mengapa ia meminta dua porsi bakso dan dibungkus.

"Oke yuk, tunggu sebentar." Sahut pedagang kantin yang mulai meracik pesanan Nesya.

"Ini yuk." Pedagang kantin itu menyodorkan kresek hitam berisi pesanan yang di minta Nesya.

"Ini uangnya bude, dua puluh ribu, kan?" Nesya menerima kresek hitam itu sembari menyodorkan selembar uang berwarna hijau pada penjaga kantin.

"Iya yuk, terima kasih."

Setelahnya, Nesya berlalu pergi menuju kelasnya dengan tangan yang sudah menenteng kresek hitam.

Di tengah perjalanan menuju kelas, ponsel yang sedari tadi digenggamnya, berbunyi. Nesya menghentikan langkahnya untuk melihat siapa yang menelepon.

Dahi gadis itu mengernyit saat melihat bahwa yang meneleponnya adalah Arsyad.

"Halo kak, ada apa?" Tanya Nesya setelah ia mengangkat panggilan itu.

Beberapa saat hening, hingga akhirnya Arsyad mengucapkan kata-kata yang membuat jantungnya hampir copot.

"Ayah dan ibu kecelakaan."

TBC.

Yang mau join grup WA author, chat aja. Di sana kita bisa interaksi kayak teman.

Cinta Untuk Pria Bisu (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang