Bab 33.

28K 2.4K 71
                                    

Votenya kak. Vote kalian bisa bikin aku semangat buat up. Udah? Makasih...

🌺selamat membaca🌺


Di sisi lain, Nesya dalam perjalanan pulang ke rumah nya. Sang supir sesekali melirik ke arah Nesya melalui kaca spion. Gadis itu sedang duduk termenung sembari memandang keluar kaca, memikirkan apa yang akan ia lakukan ke depannya.

Sebenarnya ia sangat ingin bertanya pada majikannya tentang kenapa bisa sang nona berada di kuburan. Rasanya sangat tidak mungkin jika majikannya akan bertemu bersama sahabatnya di kuburan.

Tapi sang supir harus menelan bulat-bulat keinginannya. Karena ia tau, akan sangat lancang rasanya jika ia menanyakan hal yang berbau pribadi seperti itu pada majikannya.

Keheningan dan canggung. Itulah suasana yang dapat dideskripsikan dari perjalanan itu. Hingga tak terasa, mobil yang membawa Nesya akhirnya tiba di kediaman Aditama.

"Nona, kita sudah sampai." Tegur sang supir saat Nesya tak kunjung beranjak keluar.

Mendengar teguran itu membuat Nesya tersadar dari lamunannya. Ia menolehkan kepalanya pada sang supir.

"Oh iya Pak, makasih." Ucap Nesya sembari tersenyum kemudian bergegas keluar dari mobil.

Setelah tiba di depan pintu masuk, Nesya menghidupkan ponselnya sejenak.

Pukul 20.49

Nesya kembali mematikan ponselnya kemudian menyimpannya ke dalam saku. Ia mendorong pintu masuk dengan perlahan.

Melangkah masuk, Nesya telah menemukan Azhar yang sedang menatapnya tajam.

"Dari mana saja?" Tanya Azhar menggunakan bahasa isyarat.

Nesya memaksakan wajahnya untuk tersenyum. "Aku habis ketemu temen-temenku. Tadi aku sudah izin sama kak Arsyad."

Mendengar itu, Azhar melembutkan tatapannya. Ia tidak jadi marah saat sang adik telah meminta izin kepada Arsyad karena ia pun tidak mempunyai ponsel untuk dihubungi oleh Nesya.

Pria itu segera menyuruh sang adik untuk membersihkan diri yang langsung dituruti oleh Nesya. Gadis itu lekas menuju kamar, meninggalkan Azhar di ruang tamu.

***

Nesya telah selesai membersihkan diri. Saat ini, gadis cantik itu sedang berpikir keras tentang jalan yang akan ia ambil ke depannya.

Ia teringat dengan saran Vanesa yang memintanya untuk mengajak Azhar melakukan terapi agar kondisi kaki Azhar bisa kembali membaik.

Gadis itu mondar mandir dengan tangan yang memegang dagunya. "Ajak nggak ya?" Monolog Nesya.

Cukup lama dalam posisi seperti itu, Akhirnya Nesya memutuskan untuk menuruti saran sang sahabat. Gadis cantik itu melangkahkan kakinya keluar kamar, menuju kamar sang kakak.

Hanya butuh beberapa langkah saja, Nesya telah berada di depan Azhar yang sedang tertutup. Tangannya dengan ragu terangkat, mengetuk pintu kamar itu dengan pelan.

Tidak menunggu waktu lama, pintu itu segera terbuka menampilkan Azhar yang sedang tersenyum lembut karena tahu bahwa adiknya yang datang mengunjungi kamarnya.

Nesya membalas senyum kakaknya dengan senyum manis miliknya. "Boleh aku masuk?"

Azhar mengangguk dan menggeser kursi rodanya, mempersilahkan sang adik untuk masuk. Melihat itu, Nesya melangkah masuk.

Setelah sang adik masuk, Azhar pun menutup pintu dan ikut menyusul Nesya yang sudah duduk di atas kasur milik Azhar.

"Kak..." Panggil Nesya pelan.

Azhar menatap adiknya dengan alis yang terangkat penuh tanya. Nesya menunduk dan menghela napas sejenak. Selanjutnya ia kembali mendongakkan kepalanya, menatap sang kakak dengan tatapan lembut.

"Kak, aku punya ide bagaimana kalau kakak terapi biar kaki kakak jadi sehat kembali." Ucap Nesya berusaha menghindari kata 'lumpuh' karena tau itu akan sangat sensitif dan bisa membuat Azhar sakit hati.

Hati Azhar menghangat, selama ini tidak ada yang menawarkannya untuk melakukan terapi agar agar bisa sembuh kembali termasuk kedua orang tuanya.

Tidak ada yang mengetahui bahwa sedari dulu Azhar sangat ingin melakukan terapi dan mengecek pita suaranya agar bisa berjalan dan berbicara kembali tapi sayangnya tidak ada yang mau menyemangatinya.

Namun hari ini, Azhar mendapat semangat kembali untuk melakukan terapi berkat adik angkatnya ini. Tanpa pikir panjang, Azhar mengangguk menyetujui usulan Nesya.

Melihat anggukan sang kakak, Nesya diam-diam menghela napas lega kemudian menerbitkan senyum manis di wajahnya.

"Baiklah, besok kita akan izin sekolah untuk melakukan pengecekan sekaligus terapi pertama kakak." Seru Nesya.

"Sampai ketemu besok kakak. Oh iya, aku sudah makan tadi, jadi kakak makan sendiri saja. Tidak apa-apa kan?" Tanya Nesya.

Gadis itu melangkahkan kakinya meninggalkan Azhar setelah melihat sang kakak mengangguk. Nesya tidak tahu itu anggukan tentang rencana mereka besok atau tentang Nesya yang tidak bisa makan malam bersama.

Yang pasti gadis itu tidak peduli, yang terpenting beban yang sedari tadi membuatnya pusing mulai terangkat sedikit demi sedikit.

Nesya hanya berharap, semoga tidak akan ada lagi masalah yang menimpa dan membuat hubungan baik mereka merenggang. Semoga saja.

TBC.

Udh mau end loh, maksimal end ini bab 40.

700 folls double up. Makin cepat followers naik, makin cepat cerita ini End.

Cinta Untuk Pria Bisu (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang