Bab 10.

57.7K 4.4K 46
                                    

Baca WP boleh, tapi jangan lupa ibadah ya...

🌺selamat membaca🌺

Bryan terbangun dari tidurnya. Ia mulai mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Seketika rasa rindu semakin membuncah kala ia menyadari jika saat ini dirinya sedang berada di kamar adiknya.

Matanya kembali berkaca-kaca. Ia mengambil ponselnya dan memutuskan untuk membuka media sosial. Ia mencari nama akun dari adiknya di kolom pencarian.

Setelah menemukan akun sosial media milik Anisha, ia mulai menggulir satu persatu foto yang ada di akun itu berharap dengan begitu akan mengurangi rasa rindunya.

Tiba-tiba, status tidak aktif dari akun Anisha berubah menjadi aktif, sehingga membuat Bryan tertegun.

Beberapa saat berpikir, Bryan akhirnya memutuskan untuk menghubungi akun adiknya yang sedang aktif.

"Dek? Ini kamu kan yang online?" Begitulah isi pesan yang Bryan ketik.

***

Nesya membeku, ia memandang lama pesan itu tanpa ada niat untuk segera membalas. Ia tak menyangka jika Bryan-kakaknya akan menghubunginya. Lama menimang-nimang akhirnya Nesya memutuskan untuk membalas.

"Iya." Hanya satu kata itu yang Nesya kirim.

Nesya memandang pesannya yang sudah dilihat oleh Bryan namun tidak ada tanda-tanda pesannya akan dibalas. Akhirnya Nesya memutuskan untuk menghubungi akun media sosial temannya.

Akun temannya sedang tidak aktif, mungkin masih tertidur. Sebenarnya Nesya cukup salah menghubungi temannya di jam segini, yaitu pukul dua dini hari.

"Nes, ini aku Anisha. Aku mau ngajak kamu ketemuan di cafe, tempat biasa kita ketemu." Begitulah kira-kira pesan yang di kirim Nesya kepada akun dengan nama pengguna Vanesa.

Nesya kembali membuka ruang obrolan dengan kakaknya. Tidak ada balasan apapun dari Bryan bahkan status aktifnya berubah menjadi "aktif 4 menit yang lalu".

Nesya memilih untuk tidak terlalu memusingkan hal tersebut, ia mematikan ponselnya dan meletakkan kembali di atas nakas.

Nesya memutuskan untuk menyelam ke alam mimpi, mengingat jika jam masih menunjukkan pukul dua dini hari.

***

Bryan membeku saat mendapat balasan dari adiknya yang mengkonfirmasikan jika akun itu memang dipegang Anisha.

Yang menjadi pertanyaannya adalah, kenapa bisa? Bukannya adiknya telah meninggal dua minggu yang lalu. Siapa yang memegang akun adiknya? Apakah hantu?.

Memikirkan hal tersebut membuat Bryan merinding. Ia buru-buru mematikan ponselnya.

Selama beberapa menit Bryan termenung dengan pikiran yang sama, tetapi tiba-tiba melintas sebuah ide di kepalanya.

Kembali Bryan membuka ruang obrolan bersama akun adiknya dan mulai mengetikkan sesuatu. "Dek, kalo ini beneran kamu, tolong balik ke rumah. Semenjak kamu pergi, rumah jadi kacau dek. Tapi kalo ini arwahnya kamu, kakak, Calvin, ayah sama ibu minta maaf sama kamu."

Wajar jika Bryan mengira jika itu arwah Anisha apalagi sekarang masih pukul dua dini hari. Sangat memungkinkan untuk hal-hal seperti Arwah dan sejenis berkeliaran.

Bryan mengirimkan pesan yang sudah ia ketikkan itu kepada adiknya. Beberapa saat terdiam, tidak ada tanda-tanda adiknya akan membalas.

Ia kembali mengecek status akun itu. Lagi-lagi ia mendesah kecewa saat melihat akun itu sudah tidak aktif.

***

Cahaya matahari memasuki kamar seorang gadis sehingga membuat tidur gadis itu terganggu.

Vanesa Handoko. Itulah nama dari gadis itu. Vanesa adalah seorang gadis ceria dan baik hati. Ia memang tidak berasal dari keluarga kaya tetapi keluarganya adalah keluarga yang berkecukupan.

Vanesa meraih ponsel yang ada di samping kepalanya. Ia menghidupkan ponselnya untuk melihat jam.

Pukul 08.21

Vanesa memandang layar ponsel itu sekilas dan kembali meletakkannya di kasur. Namun beberapa saat kemudian, Mata Vanesa terbelalak.

Bukan karena jamnya tetapi karena sebuah notifikasi yang masuk di ponselnya. Notifikasi yang berasal dari akun sahabat baiknya, Anisha.

Memang hanya Vanesa yang mau berteman dengan Anisha. Dan Vanesa pun menganggap Anisha sebagai saudarinya.

Ia tidak keberatan jika harus berteman dengan orang bisu. Ia juga tidak peduli dengan perkataan orang lain.

Menurutnya, pertemanan itu adalah interaksi yang saling mendukung dan saling menguatkan satu sama lain tanpa memandang status atau kondisi orang tersebut.

Vanesa kembali mengambil ponselnya dan buru-buru membuka pesan itu. Ia segera menyetujui ajak kan dari akun Anisha yang mengajaknya untuk bertemu di sebuah kafe.

"Baiklah, temui aku pada saat jam makan siang." Vanesa sebenarnya tidak mau terlalu mempercayai akun tersebut. Karena mau bagaimanapun, ia melihat dengan mata kepalanya sendiri saat tubuh Anisha dikuburkan.

TBC.

Cinta Untuk Pria Bisu (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang