Vote nya dong kak, gratis ga bayar loh. Vote itu bisa bikin penulis jadi percaya diri buat nulis karena merasa karyanya di sukai sama pembaca.
🌺selamat membaca🌺
Dengan perasaan kecewa, Nesya memutuskan untuk kembali ke kamarnya. Ia melangkah pelan seraya memegang tongkatnya sedikit demi sedikit, karena tangannya sangat susah digerakkan.
Setelah usaha yang cukup keras, Nesya akhirnya tiba di depan pintu ruang rawatnya. Ia menghela napas sejenak sebelum mendorong pintu kamarnya.
Saat pintu itu terbuka, terpampanglah Arsyad yang sedang bergerak mondar-mandir seperti setrika. Ia menoleh menatap sang adik kemudian berjalan mendekat.
"Kamu dari mana? Kenapa tidak kasih tau kakak? Kamu tidak apa-apa kan?" Tanya Arsyad beruntun.
"Kak, satu-satu ih tanyanya." Ucap Nesya.
"Maaf, habisnya kakak khawatir waktu masuk ke kamar kamunya udah enggak ada di kamar." Ucap Arsyad.
"Kamu tadi dari mana?" Lanjut Arsyad bertanya.
"Aku dari taman kak, tadi aku udah diizinin sama dokternya buat ke taman sebentar." Jelas Nesya membuat Arsyad mengangguk mengerti.
"Gimana kamu bawa tongkat infus sedangkan tangan kamu masih lemah?" Ucap Arsyad lagi.
Nesya tersenyum. "Enggak apa-apa kok, kan tangan aku masih kuat." Ucap Nesya.
Arsyad menghela napas. Adiknya ini sangat sulit untuk diingatkan. Ia sudah beberapa kali mengatakan agar sang adik lebih berhati-hati dengan tangannya.
"Adek, tolong dengerin kata kakak, sekali aja. Tolong jangan memaksa diri lagi ya?" Ucap Arsyad dengan perlahan agar sang adik mengerti.
Nesya mengangguk. "Aku akan dengerin kakak, tapi kakak harus mau mendengarkan cerita aku dan percaya sama aku."
Tanpa pikir panjang pria itu menyetujui permintaan sang adik dengan anggukan. "Ya udah, kita duduk dulu di kasur habis itu kamu bisa cerita bebas sama kakak."
Nesya dan Arsyad mendudukkan diri mereka di pinggir brankar. Tubuh mereka menyamping saling berhadapan.
"Jadi... Kamu mau cerita apa?" Tanya Arsyad membuka suara.
"Aku mau cerita, tapi aku mohon sama kakak buat percaya sama aku." Ucap Nesya dengan nada yang sarat akan permohonan.
Ia takut saat ia menceritakan kebenarannya, Arsyad tidak akan percaya sama seperti Alaric. Nesya tidak tahu lagi ingin bersandar kepada siapa jika Arsyad ikut-ikutan tidak mempercayainya.
"Kamu tenang aja, kakak akan selalu percaya sama kamu." Ucap Arsyad berusaha meyakinkan adiknya.
Mendengar ucapan penuh keyakinan dari kakaknya, hati Nesya merasa sedikit lebih tenang. Sebelum mulai bercerita, Nesya menarik napasnya perlahan dan mengeluarkannya dengan perlahan pula.
Gadis itu kemudian menatap tepat di netra sang kakak sehingga membuat netra coklat gelap milik Arsyad dan netra biru milik Nesya saling bertatapan.
"Kakak percaya yang namanya perpindahan jiwa atau semacamnya?"
Mendengar pertanyaan sang adik, Arsyad terdiam sebentar. Untuk apa sang adik menanyakan pertanyaan itu. Bagi Arsyad perpindahan jiwa itu hanyalah sebuah mitos dan karya fiksi yang dibuat pada novel-novel yang pernah ia baca.
Tapi demi membuat adiknya lebih baik, Arsyad menganggukkan kepalanya. "Percaya."
Mendengar kata itu, Nesya bernapas lega. Jika kakaknya percaya, Nesya tidak perlu ragu lagi untuk menceritakan kebenarannya.
"Aku bukan Nesya kak." Ucap Nesya tiba-tiba.
Arsyad terkekeh kecil karena menganggap sang adik hanya bergurau. "Kamu ada-ada aja, tapi gurauan kamu lucu juga."
"Aku tidak bergurau, aku bukan Nesya kak!"
Mendengar perkataan tegas itu keluar langsung dari mulut sang adik, Arsyad menghentikan tawanya. "Maksudnya?"
"Aku bukan Nesya, aku adalah Anisha. Tubuh ini memang punya Nesya, kak. Tapi aku bukan Nesya. Itu sebabnya aku tadi nanya tentang perpindahan jiwa." Jelas Nesya yakin.
"Jangan bercanda Nesya!" Tanpa sadar, nada suara Arsyad naik satu oktaf.
"Aku tidak bercanda kakak!" Balas Nesya tak kalah kencang membuat Arsyad terdiam.
"Aku Anisha, bukan Nesya! Aku tidak tau di mana jiwa Nesya asli berada." Lanjut Nesya.
"Kakak percayakan sama aku?..." Lirih Nesya.
Arsyad terdiam memikirkan perkataan sang adik yang dirasanya tidak masuk akal.
Nesya menjadi cemas karena tidak ada tanggapan dari sang kakak, ia berinisiatif menyentuh lengan sang kakak.
"Kakak-"
Arsyad segera menghempas tangan Nesya yang menyentuh bahunya, kemudian bangkit dan beranjak meninggalkan sang adik.
Nesya memandang punggung sang kakak dengan sendu. Air mata perlahan mengalir di pipinya.
"Kakak bilang akan berjanji percaya sama aku..." Lirih Nesya.
Tanpa Nesya dan Arsyad ketahui, sedari tadi ada Azhar yang menguping percakapan mereka dari balik pintu. Ia beranjak pergi setelah merasa jika Arsyad akan keluar dari ruangan.
TBC.
Double up lagi kalo udh 900 Folls.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Untuk Pria Bisu (TERBIT)
RomancePART LENGKAP DALAM VERSI WATTPAD ❗Open PO tanggal 13 September 2023.❗ Cek ig @teorikatapublishing dan @habibalfaqhri untuk info lebih lanjut. ------------------------------------------------------------- Anisha Calia Winston adalah seorang gadis ber...