Bab 31.

31.3K 2.3K 16
                                    

Vote kak, gratis kok
🌺selamat membaca🌺

Nesya saat ini sedang berada di sebuah kafe bernama Iuvenis Adultus, tempat terakhir kali Nesya bertemu dengan Vanesa.

Seperti apa yang mereka bicarakan saat berkomunikasi menggunakan sambungan telepon, Nesya sedang menunggu Vanesa untuk membahas suatu hal yang sejak tadi malam mengganggu pikiran Nesya.

Gadis itu sekarang sedang duduk di sudut kafe dengan tubuh yang mengenakan jaket sembari memandang ke arah jalan yang terdapat pejalan kaki maupun kendaraan berupa roda dua dan roda empat yang melewati kafe itu.

Kafe Iuvenis Adultus itu sendiri dibuat dengan nuansa eropa klasik, sehingga membuat kafe ini disukai oleh banyak orang terkhusus anak muda.

Nama Iuvenis Adultus sendiri diambil dari bahasa Latin yang berarti Anak Muda. Sesuai dengan maknanya, target dari kafe ini adalah anak muda, baik sebagai tempat berkumpul atau menikmati percintaan monyet semasa sekolah.

Kafe yang memang cocok dengan anak muda ini sangat tidak disarankan untuk orang-orang dewasa yang ingin melaksanakan pertemuan kantor, membangun relasi kerja sama, atau bahkan melakukan dinner romantis dengan pasangan.

Namun meski begitu, kafe ini masih dibuka untuk orang-orang dewasa. Bahkan saat ini ada beberapa orang dewasa yang mungkin sedang melepas lelah dari kesibukan bekerja.

Cuaca hari itu terlihat mendung, itulah mengapa Nesya mengenakan jaket, bahkan gerimis sudah mulai berlomba-lomba berjatuhan membasahi bumi.

Beberapa pejalan kaki yang tidak siap siaga mulai berlarian mencari tempat berteduh. Ada juga beberapa pejalan kaki yang sudah menyiapkan diri untuk menghadapi hujan.

Ada yang menggunakan baju tebal seperti jaket, ada pula yang sudah menyiapkan payung, bahkan beberapa pejalan kaki ada yang menggunakan baju tebal dan payung sekaligus.

Nesya menyeruput coklat panas yang ia pesan. Ia memesan coklat karena memang dia adalah tipe orang yang tidak menyukai kopi tapi sangat menyukai coklat.

Mata Nesya menyipit saat melihat orang yang dikenalnya sedang berlari menghindari hujan hingga akhirnya tiba di depan kafe. Mata Nesya mengikuti setiap langkah seorang gadis yang dikenalnya.

Itu adalah Vanesa. Ia memperlambat kecepatan langkahnya ketika sudah menginjakkan kakinya ke dalam kafe. Selanjutnya, ia langsung melangkah mendekati meja yang sering mereka pakai.

Baik saat bertemu Nesya maupun Anisha dulu, Vanesa selalu mengajak mereka untuk duduk di meja itu karena memang tempatnya yang nyaman.

"Huh..." Desah Vanesa sembari menetralkan deru napasnya.

Ia mendudukkan dirinya di kursi kemudian menatap Nesya dengan senyum yang terpatri di wajahnya. "Maaf aku terlambat."

"Tidak apa-apa." Nesya menggeleng maklum, karena memang sudah hal yang wajar, toh Vanesa juga hanya terlambat beberapa menit.

"Omong-omong, kenapa kamu lari? Mobil kamu kemana?" Tanya Nesya keheranan. Setahunya jarak rumah Vanesa dari kafe ini cukup jauh.

Vanesa membuka jaket yang ia kenakan sehingga memperlihatkan seragam putih abu yang masih melekat pada tubuhnya.

"Aku belum pulang ke rumah kok, kan jarak sekolah aku dari sini nggak terlalu jauh." Sahut Vanesa yang hanya dijawab anggukan mengerti Nesya.

Vanesa memperhatikan sekeliling, kemudian ia mengangkat tangan saat matanya menangkap seorang pegawai kafe yang sepertinya baru saja mencatat pesanan milik pelanggan. Pegawai itu lekas menghampiri meja Vanesa dan Nesya.

"Mau pesan apa kak?" Tanyanya sopan.

"Tolong Cappuccino Coffe satu porsi ya kak." Ucap Vanesa tak kalah sopan.

Jika Nesya tidak menyukai kopi, maka Vanesa adalah penikmat kopi. Tapi ada pula kopi yang tidak disukai Vanesa, yaitu kopi hitam bubuk yang memiliki ampas.

"Kamu mau ngomongin masalah apa?" Tanya Vanesa membuka topik pembicaraan saat pegawai kafe itu telah pergi.

Nesya tak langsung menjawab. Ia terdiam sembari menghela napas pelan berusaha mengumpulkan mental untuk menceritakan semua masalahnya pada Vanesa.

"Aku merasa cukup frustasi karena sebuah masalah..." Ucap Nesya terdengar lesu.

Dengan perlahan, cerita mulai mengalir begitu saja dari mulut Nesya. Sedangkan Vanesa hanya diam, ia berusaha menjadi pendengar yang baik untuk sahabatnya, karena sangat jarang seorang Nesya alias Anisha berbagi cerita seperti ini.

Biasanya Anisha akan memendam semua masalah yang ia alami sendiri. Ditambah lagi dengan sifat dingin, pendiam, serta introvertnya semakin membuat orang-orang enggan untuk mendekat pada Anisha.

"Aku pusing banget mikirin masalah ini..." Lirih Nesya menandakan telah berakhir pula cerita yang mengalir dari mulutnya.

Vanesa turut prihatin setelah mendengar cerita dari sahabatnya ini. Sekarang, Vanesa justru merasa sangat geram pada Nesya asli.

Ingin rasanya ia menjambak dan mencakar-cakar gadis itu karena telah meninggalkan masalah yang cukup rumit untuk sahabatnya.

"Saran aku sih, kan kamu bilang kakakmu lumpuh. Coba kamu temenin dia terapi siapa tau dengan begitu kakakmu sembuh dan semakin membuatnya percaya padamu." Ujar Vanesa memberi saran.

Sejenak Nesya memikirkan saran dari temannya yang terdengar cukup meyakinkan. Selanjutnya ia mengangguk menyetujui saran dari Vanesa.

"Boleh juga." Ucap Nesya tersenyum.

Rasanya cukup lega bisa membagi keluh kesah kepada seseorang, apalagi orang itu bisa menjadi pendengar dan pemberi saran yang baik.

Pegawai yang tadi mencatat pesanan Vanesa sudah berjalan mendekat dengan beberapa minuman berjenis sama dengan minuman yang dipesan Vanesa.

Mungkin itu akan di sajikan ke meja lain yang turut memesan pesanan yang sama seperti Vanesa.

"Ini pesanannya kak." Ucap pegawai itu sembari memindahkan segelas Cappuccino Coffe ke hadapan Vanesa.

"Terima kasih." Balas Vanesa ramah lengkap dengan senyum manisnya.

Pegawai itu hanya mengangguk kemudian melangkahkan kakinya menuju meja pelanggan lain.

Vanesa kembali menatap Nesya. "Nanti lagi mikirin masalahnya, lebih baik kita nikmatin dulu suasana sejuk ini." Ajak Vanesa kemudian menyeruput kopinya.

Nesya tersenyum sembari menganggukkan kepalanya. Ia ikut meminum coklat hangat miliknya.

Mereka berdua sama-sama menikmati suasana sejuk akibat mendung disertai gerimis sembari mengamati setiap langkah pejalan kaki yang tidak pernah ada habisnya.

TBC.
Yang mau gabung grub komunitas chat aja.

700 folls double up.

Cinta Untuk Pria Bisu (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang