Bab 30.

34.2K 2.5K 23
                                    

Vote kak, gratis kok.

🌺selamat membaca🌺

Pada akhirnya Nesya memutuskan untuk menceritakannya pada Alaric.

"Aric..." Ucap Nesya pelan sembari memandang langit tanpa awan.

"Kamu percaya yang namanya perpindahan jiwa?" Lanjut Nesya bertanya.

Alaric hanya diam, ia merasa ucapan gadis yang ada di sampingnya ini terkesan aneh dan tidak masuk di akal sehat.

Karena tak mendapat jawaban apapun dari Alaric, Nesya hanya menghela nafasnya. Ia tau jika ucapannya ini memang tidak masuk di akal dan tidak ada bisa dipercaya kebenarannya, tapi ini benar-benar nyata, dan dia sendiri yang mengalami nya.

"Dulu waktu usiaku enam tahun, aku memaksa untuk ikut piknik bersama keluargaku." Nesya menjeda perkataannya sejenak.

"Saat itu, mereka tidak ingin mengajakku karena mereka menganggap aku aib yang tidak berguna." Nesya menolehkan pandangannya pada Alaric.

"Kamu tau apa penyebabnya?" Tanya Nesya pada Alaric yang di jawab gelengan kepala oleh pria itu.

Nesya tersenyum, kemudian kembali mengalihkan pandangannya pada langit biru tanpa awan.

"Karena aku bisu." Ucap Nesya membuat Alaric mematung.

Mendengar kata bisu membuat ia mengingat seseorang yang saat ini masih menempati posisi tertinggi di hatinya meski orang itu telah tiada. Anisha Calia Winston, satu-satunya perempuan yang masih ia cintai bahkan menempati posisi tertinggi di hatinya hingga saat ini.

"Tapi saat itu aku terus memaksa ikut, sampai akhirnya mereka mengajakku piknik bersama. Tapi saat piknik, mereka memisahkan tikar ku dengan tikar milik mereka. Dan seperti yang kamu duga, aku saat itu diasingkan." Lanjut Nesya bercerita panjang lebar.

"Saat itu aku yang masih berusia enam tahun tidak mengerti apa-apa, aku hanya berpikir agar aku bisa piknik bersama keluargaku. Saat aku diasingkan, aku dibawakan pewarna dan alat gambar lainnya oleh ayah dan ibuku."

"Meski pewarna dan alat gambar itu terlihat usang, aku tetap menerimanya dengan senang hati, bahkan disertai senyum lebar penuh kebahagiaan." Ucap Nesya sembari tersenyum mengingat masa kecilnya yang dirasa cukup bahagia.

"Dari pewarna dan alat tulis itu, aku menggambarkan sebuah keluarga harmonis impian ku sedang melakukan piknik." Nesya kembali menjeda ucapannya.

Alaric sendiri hanya menjadi pendengar yang baik, ia merasa cukup terhibur serta penasaran dengan cerita masa kecil gadis di sampingnya ini. Ceritanya bahkan cukup mirip dengan cerita hidup pujaan hatinya.

"Aku menggambar impian ku itu hingga selesai. Tapi tiba-tiba ada sepasang kaki yang berhenti tepat di sebelah kertas gambar ku. Aku tentu saja mendongak untuk menatap orang itu. Saat itu aku langsung melihat seorang remaja laki-laki yang sepertinya memiliki usia lebih tua dari aku." Ucap Nesya membayangkan sosok anak kecil yang mendatanginya.

"Ia tersenyum padaku, dan menanyakan tentang apa yang aku gambar. Menggunakan bahasa isyarat, aku tentu saja menjawabnya dengan riang, karena baru pertama kalinya aku ditanyai seperti itu. Dan tanpa diduga, ternyata anak kecil itu mengerti tentang bahasa isyarat." Nesya masih menatap langit tanpa awan itu dengan senyum.

Sedangkan di sisi Alaric, perasaannya semakin tidak menentu saat mendengar cerita gadis yang ada di sampingnya. Ia sendiri merasa tidak asing dengan kisah itu dan lagi, untuk apa ia malah menyuruh gadis di sebelahnya ini bercerita? Entahlah, Alaric sendiri bingung tapi tidak mau menghentikan gadis itu bercerita.

Cinta Untuk Pria Bisu (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang