Bab 40.

28.6K 2.4K 103
                                    

Double up karena 800 followers.

Jangan lupa klik logo bintang yang ada di sudut kiri bawah biar aku makin semangat.

🌺selamat membaca🌺

Nesya bergerak gelisah di tidurnya, kepalanya menggeleng lalu sedetik kemudian, gadis itu bangkit terduduk dengan napas yang tersenggal-senggal.

Gadis itu melirik ke arah jendela. Ia melihat langit yang sudah berwarna ungu kekuningan karena sebentar lagi pagi.

Nesya kemudian kembali melirik ke sisi sebaliknya. Dapat ia lihat kakaknya Arsyad sedang menyandar pada kursi sembari memejamkan mata.

Penampilannya sedikit kacau. Raut wajah lelah serta kantong mata menghitam sangat kentara sekali dipenglihatan Nesya.

"Kakak..." Panggil Nesya pelan.

Mendengar suara adiknya, Arsyad segera membuka matanya. Lihatlah, kakaknya bahkan langsung terbangun hanya karena dipanggil dengan suara kecil.

"Ada apa dek? Kamu butuh sesuatu?" Tanya Arsyad dengan tergesa-gesa bangkit mendekati brankar.

Nesya tersenyum sendu sembari menggeleng kecil. Hal itu tentu saja membuat Arsyad bernapas lega. Ia kira adiknya membutuhkan sesuatu.

"Kakak belum istirahat ya?" Tanya Nesya lembut.

Arsyad terdiam. Ia bingung ingin menjawab pertanyaan sang adik dengan jujur atau malah sebaliknya.

Tapi setelahnya Arsyad menggeleng dengan senyum yang dipaksakan.

"Kakak sudah istirahat tadi malam." Ucap Arsyad berbohong.

"Jangan bohong kak." Nesya menggeser tubuhnya lebih ke pinggir. Ia menepuk-nepuk kasur disampingnya.

"Sini, aku tau kakak belum istirahat. Lihat mata kakak, udah kayak panda." Ucap Nesya diakhiri kekehan.

Cukup ragu Arsyad ingin merebahkan tubuhnya tapi karena terus diyakinkan, akhirnya pria itu merebahkan tubuhnya disebelah sang adik.

Tanpa disuruh, tangan Nesya terangkat mengelus rambut sang kakak hingga tak menunggu waktu lama, pria yang ada di sampingnya sudah terlelap.

Nesya kembali terkekeh. Ia yakin kakaknya sangat kelelahan sampai-sampai kakaknya sudah tertidur hanya dalam hitungan menit.

Nesya turut merebahkan tubuhnya kemudian memeluk dada sang kakak. Ia ingin kembali tidur karena merasa masih mengantuk.

Lagi pula ia tadi terbangun karena mimpi buruk dan lagi waktu masih pagi, jadi tidak ada salahnya untuk tidur.

Sama seperti kakaknya, Nesya kembali terlelap hanya dalam hitungan menit. Ikut menyusul sang kakak ke alam mimpi.

Tak lama setelah kedua kakak adik itu terlelap, seorang pria dengan kursi roda masuk ke dalam ruang rawat Nesya.

Pria itu adalah Azhar. Ia tersenyum kecut memandang kedua kakak adik yang sedang terlelap sembari berpelukan. Ia masih tidak menyangka kedua saudaranya tega membuatnya lumpuh permanen.

Ada rasa iri yang menelusup ke hati Azhar, namun sebisa mungkin ia tepis rasa itu. Karena baginya, sekali pengkhianat akan selalu berkhianat.

Pria itu berlalu meninggalkan ruangan sang adik dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

Sudah lama ia menahan air mata saat mengetahui apa yang telah dilakukan kedua saudaranya terhadap dirinya.

Ia tidak sekuat itu untuk terus bersikap acuh tak acuh. Itu semua ia gunakan sebagai topeng untuk menutupi kemarahan serta hatinya sakit. Selain itu batinnya juga seperti terporak-porandakan karena hancurnya sebuah kepercayaan yang telah ia bangun.

Adik yang baru-baru ini ia percayai telah menamparnya dengan kebenaran yang ia sendiri tidak pernah memikirkan hal itu sebelumnya.

Pria itu menghapus kasar air mata yang perlahan mengalir. Ia telah menanamkan pada hatinya untuk mencoba membalas penderitaan yang ia alami akibat perbuatan kedua saudaranya.

***

Nesya sedang duduk di sebuah bangku rumah sakit dan disebelahnya terdapat infus yang tertancap di punggung tangannya.

Ia termenung di taman rumah sakit. Cahaya matahari siang yang terasa panas tidak membuat Nesya berpindah tempat.

Iris mata biru yang terlihat sayu dan tidak bersinar seperti biasanya, memandang ke sekeliling taman, memperhatikan pasien-pasien lain yang ada di taman itu.

Mata Nesya terpaku pada sosok pria yang sedang duduk seperti dirinya. Pria itu terlihat sangat familiar di mata Nesya.

Tanpa sadar gadis itu bangkit dan berjalan mendekati pria yang terlihat termenung itu.

Pria yang menyadari jika ada seseorang yang mendekat pun mengalihkan pandangannya.

Ia terkejut melihat gadis yang akhir-akhir ini ia hindari setelah pengakuan yang dilakukan gadis itu.

"Buat apa kamu ke sini?" Tanya pria itu tak suka.

Nesya terdiam tak menjawab, ia melirik ke sekeliling dan seketika tersadar jika ia sudah berada tepat di depan pria itu.

Melihat tak ada tanggapan dari gadis yang terlihat linglung di depannya membuat pria itu menghela napas kemudian bangkit beranjak pergi.

"Aric..." Lirih Nesya pada pria yang punggungnya perlahan menghilang dari penglihatan Nesya.

Sekali lagi gadis itu hanya bisa menghela napas. Niat hati ingin bertanya kenapa Aric bisa ada disini pun harus urung karena dirinya yang tidak bisa mengendalikan diri.

Nesya cukup merasa frustasi untuk meyakinkan Alaric bahwa dirinya adalah Anisha namun pria itu malah tidak mempercayainya.

TBC.

Cinta Untuk Pria Bisu (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang