•Bab 5•

67.2K 5.5K 37
                                    

Baca WP boleh, tapi jangan lupa ibadah ya...

🌺selamat membaca🌺

Pukul 06.30

Matahari dengan perlahan mulai menampakkan wujudnya dan sedikit memancarkan cahayanya. Begitupun dengan bulan yang telah pulang kembali ke peraduannya.

Di sebuah kamar yang ada di mansion mewah, terlihat seorang gadis yang telah siap dengan seragam sekolah yang melekat di tubuhnya. Gadis yang tak lain adalah Nesya itu sedang duduk di depan meja rias sembari memandang bayangannya yang ada di cermin.

Nesya terlihat sangat cocok dengan seragam dan style make up nya yang dibuat senatural mungkin. Beruntungnya, Nesya masih termasuk gadis yang waras. Ia masih menggunakan baju-baju tertutup bahkan ada beberapa bajunya yang berukuran over size.

"Sempurna." Gumam Nesya.

Ia bangkit dan melangkahkan kakinya keluar kamar menuju meja makan. Beruntungnya, kamar Nesya terletak di lantai bawah sehingga gadis itu hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja untuk tiba di ruang makan.

Di meja makan itu, terlihat hanya ada Arsyad dan Azhar. Mereka sudah siap dengan Arsyad yang mengenakan pakaian bebas tetapi sopan dan Azhar yang mengenakan seragam sekolah.

Azhar memang masih menginjak kelas sebelas SMA dan ia bersekolah di tempat yang sama dengan Nesya bahkan mereka satu angkatan dan satu kelas. Sedangkan Arsyad sudah berkuliah dan saat ini sudah memasuki semester lima.

Nesya mengernyit bingung. Ia menarik kursi yang ada di dekat Azhar dan duduk di sana sehingga membuat Arsyad menatap tak suka.

Nesya tak menyadari itu karena Arsyad cukup pandai menyembunyikan ekspresi. Ia menatap kakak pertamanya masih dengan raut wajah bingung.

"Kak, ayah sama ibu kemana?" Tanya Nesya.

"Udah berangkat kerja." Ucap Arsyad datar.

Nyonya Kanaya dan tuan Bernard memang memiliki kesibukan masing-masing, di mana nyonya kanaya memiliki sebuah butik dan tuan Bernard mengurus perusahaan Aditama.

Nesya mengangguk mengerti kemudian menoleh kepada Azhar yang ada di samping, lebih tepatnya melihat ke arah makanan Azhar yang tak layak untuk di makan.

Nesya menatap miris. Di piring itu terlihat sebuah sup sayur yang sudah dingin. Kuahnya pun lebih mirip dengan air putih karena warnanya sangat bening dan berminyak.

Tiba-tiba, dengan kasar Arsyad bangkit dari tempat duduknya sehingga menimbulkan suara yang mengagetkan Nesya.

Nesya beralih menatap punggung Arsyad yang berjalan keluar hingga punggung itu tak terlihat lagi. Nesya kebingungan melihat sifat kakaknya tetapi selanjutnya ia memilih mengangkat bahu berusaha untuk tidak peduli.

Ia menoleh lagi ke arah Azhar yang bersiap untuk menyuapkan makanan tak layak dikonsumsi itu. Dengan sigap Nesya menahan tangan kakaknya sehingga membuat pria itu menoleh dan menatap tajam Nesya.

Nesya tersenyum manis membalas tatapan mata tajam Azhar dengan tatapan lembut.

"Jangan dimakan, biar aku buatin yang baru." Ucap Nesya sembari merebut sendok dan piring makan Azhar.

"Tunggu sebentar ya."

Nesya melangkahkan kakinya menuju dapur. Ia tersenyum kala melihat ada beberapa bahan masakan instan dan tidak memakan banyak waktu seperti telur dan sosis.

Ia menggoreng sosis dan telur itu secara bergantian, setelah itu ia menumis bawang dan saos tomat lalu memasukkan sosis dan telur yang sudah di goreng.

Simpel memang, ia membuat hidangan simpel karena sebentar lagi mereka akan berangkat sekolah. Tapi meski begitu, Nesya jamin rasanya enak. Karena sewaktu masih di tubuh Anisha, ia sering memasak makanan ini.

Ia meniriskan masakannya ke dalam piring kemudian membawanya kembali menuju meja makan.

Nesya mengambilkan sepiring nasi dan meletakkan masakannya sebagai lauk lalu meletakkan sepiring nasi yang sudah lengkap dengan lauk itu di depan Azhar

Sedangkan Azhar menatap masakan Nesya penuh tanya 'apakah itu bisa di makan?'

Azhar baru pertama kali melihat makanan seperti itu, biasanya yang ia tau hanyalah makanan hambar bahkan selama ia menginjak bangku sekolah, ia tidak pernah memasuki kantin.

Hal itu bukan tanpa alasan. Azhar tidak tidak pernah diberikan uang saku, ia hanya akan memakan bekal yang rasanya hambar dan mungkin sedikit pahit.

Melihat Azhar yang tak kunjung menyentuh makanannya, membuat Nesya berinisiatif mengambil piring Azhar untuk menyuapkan makanan itu pada Azhar.

"Biar aku suap kan ya.." Azhar hanya diam membuat Nesya berkesimpulan jika Azhar menyetujuinya.

Nesya menggeser kursi roda milik Azhar menggunakan tangannya yang tidak memegang apa-apa sehingga Azhar saat ini berhadapan langsung dengan Nesya.

Nesya menyendok kan nasi dan lauk itu lalu mengarahkannya ke mulut Azhar. "Ayo buka mulutnya."

Azhar terdiam menatap sendok dan wajah Nesya bergantian. Ia bingung, untuk menerima suapan itu atau tidak.

Melihat Azhar hanya diam. Nesya tersenyum seraya menyendok kan makan itu ke mulutnya sendiri. Nesya melakukan itu untuk membuktikan kepada Azhar jika ia tidak meracuni kakaknya itu.

Nesya kembali menyendok kan makanannya kemudian mengarahkannya ke mulut Azhar. Kali ini, Azhar membuka mulutnya. Ia memutuskan untuk memakan makanan itu setelah dengan mata kepalanya sendiri ia melihat Nesya juga ikut makan.

Perlahan, makanan yang ada di sendok itu berpindah ke dalam mulut Azhar. Ia memejamkan matanya merasakan rasa asam dan manis serta lembutnya telur dan sosis di mulutnya. 'Enak.' Batin Azhar.

Nesya tersenyum dan kembali menyuapkan makanannya kepada Azhar tetapi Azhar menolak. "Kamu makan aja, biar aku makan sendiri" Ucap Azhar dengan bahasa isyarat nya.

Nesya mengangguk dan menyerahkan piring itu pada Azhar yang langsung di sambut baik oleh pria itu.

Mereka akhirnya menikmati sarapan mereka masing-masing hingga habis. Azhar menoleh ke arah Nesya dan menyentuh bahu adiknya pelan sehingga membuat Nesya juga menoleh. "Ada apa?" Tanya Nesya.

Azhar terdiam sebentar sebelum akhirnya tangannya bergerak. "Bolehkah aku meminta kamu untuk memasak makanan untukku lagi?" Tanya Azhar.

Nesya terdiam sehingga membuat Azhar menundukkan kepalanya. 'Ga bisa ya' batinnya.

Sepasang tangan menyentuh kedua bagian pundak Azhar sehingga membuat pria itu mengangkat kepalanya. Ia melihat Nesya yang tersenyum kepadanya. "Boleh kok." Ucap Nesya membuat Azhar juga ikut tersenyum.

"Terima kasih." Ucap Azhar dengan bibir yang tersenyum manis.

Sebenarnya Azhar dulu bisa bicara dan tidak lumpuh. Azhar lumpuh setelah ia mengalami kecelakaan yang menimpanya setahun yang lalu. Selang beberapa waktu, tanpa sebab apa-apa, Azhar tiba-tiba menjadi kesulitan bicara.

Azhar memang kecelakaan setelah Nesya telah diangkat menjadi anak bungsu keluarga Aditama. Bahkan setelah kecelakaan itu, Azhar mengalami hilang ingatan permanen.

Setelah makanan di masing-masing piring mereka habis, Nesya mengambil dua kotak bekal dan mengisinya dengan nasi dan lauk yang telah ia buat kemudian menyimpan satu kotak ke dalam tasnya dan satu lagi ke dalam tas Azhar.

Dirasa semua telah siap, Nesya mendorong kursi roda Azhar keluar rumah. Ia mendatangi supir untuk meminta mengantarkan mereka.

Sang supir dengan sigap membantu Azhar masuk ke dalam mobil kemudian ia masuk ke kursi kemudi setelah memastikan kedua majikannya itu telah siap.

Mobil mewah yang dikendarai supir itu mulai melaju membelah jalan, mengantar kedua majikannya ke sekolah tempat mereka menuntut ilmu.

TBC.

Cinta Untuk Pria Bisu (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang