Bab 21.

38.7K 3.2K 46
                                    

600 vote, langsung up.
perhatian

Tolong do'ain aku lomba Hari remaja ya, kalo masuk 10 besar aja, nanti insyaallah aku usahain update 3-5 bab dalam sehari.

🌺selamat membaca🌺

Nesya menyelesaikan Ulangan Hariannya hampir di urutan terakhir.

Sebenarnya ulangan itu tidak terlalu sulit bagi Nesya karena mau bagaimanapun jiwa itu di tempati oleh Anisha.

Meski Nesya adalah murid yang cukup pintar, tetap tidak bisa mengalahkan kepintaran Anisha asli yang bahkan sampai mengalahkan kepintaran Alaric.

Anisha dulu juga pernah ditawari kelas akselerasi atau loncat kelas karena kegeniusannya, tetapi ia terpaksa menolak lantaran keluarganya tidak mau membiayai, kata mereka hanya buang-buang uang.

Bukan hanya itu, Anisha bersekolah pun menggunakan beasiswa berkat kecerdasan nya dan lagi-lagi itu karena keluarga Winston tidak mau membiayai sekolahnya.

Sebegitunya keluarga Winston membenci Anisha, sampai-sampai untuk membiayai sekolah saja tidak mau, apalagi kelas akselerasi.

Tapi beruntungnya, meraka masih mau memberikan fasilitas untuk Anisha, seperti ponsel, buku, alat tulis, dan lain sebagainya.

Nesya berjalan menyusuri koridor kelas, yang menuntunnya menuju kantin sekolah.

Ia memang tidak membawa bekal karena tidak sempat. Bangun aja jam 7 lewat, bagaimana mau membuat bekal.

Beberapa saat melangkah, Nesya akhirnya tiba di kantin sekolah. Ia langsung berjalan menuju tempat penjaga kantinnya berjualan.

Nesya melihat satu-persatu makanan yang menggugah selera itu. Matanya terhenti pada Bakso.

Segera ia mengambil mangkok dan menyodorkannya pada penjaga kantin. "Bude, baksonya satu porsi ya, sama es teh satu gelas, Aku tunggu di meja sebelah sana." Nesya menunjuk salah satu meja.

Bude itu melirik meja yang ditunjuk Nesya. "Yang itu ya ayuk?" Tanya penjualnya sembari menunjuk sebuah meja.

Nesya mengangguk. "Iya bude, tolong ya? Aku tunggu."

Ia menyodorkan dua lembar uang berwarna ungu dan coklat muda kepada penjaga kantin itu.

"Oke yuk." Ucap penjaga itu sembari menerima uang yang di sodorkan Nesya.

Nesya segera berjalan menuju meja yang tadi ia tunjuk. Ia mengeluarkan ponselnya agar tidak bosan saat menunggu pesanannya datang.

Ia membuka aplikasi berwarna hijau kemudian menggulir pesan-pesan yang masuk di kontak milik Nesya.

Nesya terhenti pada salah satu kontak tanpa poto profile dengan bertuliskan nama 'partner'. Jarinya langsung mengklik kontak itu.

Pesan terakhir nya adalah bukti transfer yang dikirim oleh Nesya asli dengan nominal lima belas juta.

Karena penasaran Nesya mulai membaca satu persatu pesan itu, di mulai dari bagian bawah.

Dahi Nesya mengernyit kebingungan saat membaca salah satu pesan dari kontak itu.

Mobilnya udah gue kerjain.

"mobil? Di kerjain? Maksudnya apa?" Gumam Nesya.

Matanya beralih membaca pesan di atasnya. "Ini yuk, pesanannya."

Mendengar itu, Nesya yang belum sempat membaca pesan di atasnya segera mematikan ponsel itu dan meletakkannya di atas meja. Ia mendongak dan menatap bude penjaga kantin yang mengantarkan pesanannya.

"Letak di sini aja, bude" Ucap Nesya ramah sembari menunjuk meja di depannya.

Penjaga kantin itupun langsung meletakkan pesanan Nesya di atas meja, tepat di tempat yang ditunjuk Nesya.

"Makasih bude."

"Sama-sama yuk." Kemudian Penjaga kantin itu berlalu pergi.

Nesya ingin membuka ponselnya karena masih penasaran dengan ruang obrolan antara Nesya asli dengan kontak bertuliskan 'partner' itu, tapi batal karena perutnya sudah merasa sangat lapar dan sudah tidak bisa di kompromi lagi.

Nanti ajalah bacanya. Batin Nesya. Ia mulai menyantap bakso itu dengan nikmat, tidak mempedulikan orang-orang di sekitarnya yang terdengar cukup berisik.

Nesya teringat dengan Azhar. Dia udah makan apa belum, ya? Batin Nesya bertanya-tanya.

Ia tidak ingin jika kakaknya itu kelaparan, apalagi tadi dia bagun kesiangan dan tidak membuat bekal untuk Azhar.

Nesya menggelengkan kepalanya pelan. "Buat apa mikirin dia sih, kan tadi dia ninggalin kamu, Nesya." Gumam Nesya yang masih sedikit kesal karena tadi pagi terlambat dan ditinggal Azhar.

Nesya kembali menyantap makanannya, namun tidak sefokus tadi karena pikirannya sudah di penuhi dengan Azhar.

Akhirnya bakso pesanannya itu habis. Ia meminum Es tehnya kemudian segera bangkit dan berjalan menuju penjaga kantin itu kembali.

"Bude, pesan baksonya satu lagi ya. Dibungkus" Ucap Nesya membuat bude penjaga itu mendongak.

Ya.. Nesya memutuskan untuk memesankan sebungkus bakso untuk Azhar, karena takut Azhar kelaparan.

"Eh, ayuk. Tunggu sebentar ya yuk." Ucapnya sembari menyiapkan bakso pesanan Nesya.

"Ini yuk" Ucapnya sembari menyodorkan pasangan Nesya.

Nesya menerima pesanannya kemudian menyodorkan uang untuk membayar bakso pesanannya itu. Ia segera berjalan setelah mengucapkan terima kasih.

TBC.

600 Folls double up...

Cinta Untuk Pria Bisu (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang