Gama tidak langsung mengantarkan Celsa pulang, tetapi dia membawa gadis itu ke pantai untuk membicarakan sesuatu. Karena dia tau ada sesuatu hal yang belum tuntas di antara mereka.
"Kenapa lo ajak gue ke sini?" tanya Celsa menoleh pada Gama yang langsung turun tanpa penjelasan.
Gama terus diam, menatap hamparan laut dengan mata menyipit sampai ia merasakan kini Celsa di sebelahnya.
"Semalem lo meracau ga jelas. Lo bilang sesuatu tentang gue."
Celsa merasa gugup sekarang. Takut berkata yang tidak-tidak di keluar kendalinya. "Gue bilang apa?"
"Soal perasaan lo."
"Gue butuh penjelasan itu. Gue mau lo jujur tentang perasaan lo."
"Lo bilang lo suka sama gue."
Jantung Celsa meletup-meletup. Takut jika kejujurannya itu malah akan menyakiti hatinya lagi. Jelas hubungan mereka dalam kerumitan, dan Gama datang padanya hanya untuk balas dendam. Lalu sekarang, setelah Gama mengetahui perasaanya apa yang lelaki itu pikirkan tentangnya?
"Gue—"
"Mungkin lo salah denger." kata Celsa sembari memalingkan wajah.
Gama terkekeh sinis. Menarik dagu Celsa agar menatapnya. "Liat mata gue. Ngomong apa yang lo bilang tadi."
"Gama gue—"
Gama mengangguk memberi arahan agar Celsa berkata sejujurnya.
"Iya Apa?"
Celsa menarik nafasnya. Menatap manik legam Gama bergantian yang tampak antusias menunggu ucapannya. Namun karena Celsa terus menundanya hal itu membuat Gama frustasi, menghela nafas lirih sembari membuang wajah.
"Udahlah. Lupain, ayo pulang."
Saat Gama bersiap masuk ke dalam mobil, Celsa langsung menahan tangannya, bergerak mendekat hingga tak ada jarak.
"Lo ga sabaran banget sih." Celsa menyangkal segera. "Kenapa lo selalu putus asa? Gue bahkan belum ngomong apapun." bibir Celsa terdengar kelu. Ia membalas tatapan Gama yang setia menunggu ucapannya.
"Gue suka lo. Mungkin dulu perasaan gue beda. Tapi sekarang semuanya juga beda. Perasaan gue bukan lagi milik Alvaro. Gue maunya lo. Kenapa lo ga pernah ngerti."
Gama diam terpaku menatap Celsa tak percaya. Celsa yang ada di posisi sudah pesimis namun setelahnya dia malah mendapati senyum Gama yang tak bisa ia artikan.
"Lo selalu buat gue bingung. Tapi sekarang gue ngerti."
"Terus lo? Apa yang lo rasain sama gue? Kedekatan kita selama ini buat gue merasa jadi perempuan spesial tapi waktu lo marah lo bisa ambil keputusan sepihak dan hancurin perasaan gue."
Seolah paham dengan arah pembicaraan Celsa, Gama mengangguk pelan. "Gue ga ada hubungan apapun sama Luna. Dia sama kaya cewek yang gue kenal selama ini. Tapi lo lain dari yang lain."
Celsa tersenyum mendengarnya. Merasa kelegaan luar biasa di relung hatinya.
"Jadi, apa hubungan kita sekarang?" tanya Celsa menatap Gama yang baru ia sadari bahwa lelaki itu jauh lebih tampan dari apa yang pernah dia katakan sebelumnya.
"Lo mau apa?" Gama mengulum senyum melihat Celsa yang menggigit bibirnya. "Hubungan apa yang lo mau?"
"Ga tau." Celsa mendongak melihat Gama dari jarak sedekat ini. Keduanya pun hanya sama-sama terpaku tanpa ada yang memulai pembicaraan lagi. Hal itu membuat Gama kesal.
Gama mengerang. "Cel! Ayo bilang lo pengin jadi pacar gue! Gue tungguin itu dari tadi."
Celsa terkekeh. "Masa kaya gitu." tukasnya.
"Lo aja belum bilang soal perasaan lo ke gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
MY FAULT
Teen FictionCelsa mengira menjadi kekasih bayangan untuk Alvaro sudah cukup baginya. Tetapi nyatanya ia tak puas untuk hal itu, ia ingin Alvaro sepenuhnya bukan hanya menjadi nomer dua untuk lelaki itu. Ketika semuanya semakin sulit dijalani, tiba-tiba saja Ga...