"Jumat depan kita camping. Satu angkatan. Lo pada ikut ga?" kata Bio memberi informasi.
"Gue ikut deh. Tinggal beberapa bulan lagi kita lulus. Sekalian buat kenang-kenangan."
"Kalau pada ikut gue ikut." ujar Gavier menimbrung.
"Lo sih Al, Gam?" tanya Caka pada keduanya.
Gama menoleh pada Celsa yang duduk di sebelahnya. "Gue ikut."
"Nah ikut ajalah semua. Nanti gue duduk sama lo ya Gav?"
"Ogah. Gue sama Alvaro." tolak Gavier.
Caka melihat Bio yang sedang mengejeknya dengan merangkul Fana. Dia pun menghela nafas, menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi sembari menggaruk rambutnya. "Ya udah ya udah. Gitu aja terus. Awas aja kalau ada yang butuh carinya gue."
"Siapa yang butuhin lo Cak. Gabut bener."
"Monyet."
"Emang kenyataanya."
"Sesungguhnya teman seperti engkau harus dimusnahkan."
"Fan-" adu Bio yang langsung mendapat usapan di pipinya dari sang kekasih.
"Kasihan pacar aku. Lo jangan gitu dong Cak!" ujar Fana yang berubah nada dalam dua kalimat sekaligus.
"Dih najis!" Caka melempar bungkus rokok entah milik siapa ke arah Bio yang sedang tertawa kencang. "Alay lo pada."
"Iri bilang." balas Bio kalah sarkasnya.
Bio dan Fana memang baru resmi pacaran, pantas saja hubungan mereka masih hangat-hangatnya. Bahkan keduanya tak ragu menunjukan keromantisan mereka di depan umum seperti saat ini.
"Nanti kalau gue bawa cewek jangan pada heran ya kalian pada."
"Silahkan. Gue tunggu." balas Bio dengan santai.
Celsa memperhatikan itu dengan senyum kecil lalu mendongak menatap Gama. "Nanti jangan pulang langsung ya. Gue mau ajak lo tempat kesukaan gue."
"Apa?" tanya Gama menyerit.
Celsa tersenyum tidak membalas ucapan Gama. Dan tidak menyadari jika sejak tadi Alvaro memperhatikan interaksi keduanya dengan perasaan tak menentu. Namun Alvaro sadar diri, Celsa bukan lagi miliknya. Semula penglihatannya yang mengganggap Gama tak pantas untuk gadis itu kini mulai lenyap. Mungkin Gama memang benar-benar kebahagian Celsa. Dan sekarang dia harus belajar mengikhlaskan.
****
Gama menutup pintu mobil, melihat sekeliling dengan decak kagum. Celsa membawanya ke hutan yang di depan mereka juga terdapat danau. Tempat ini begitu sepi, hanya ada mereka berdua di sana. Wajah Celsa menunjukkan kecerian yang membuat Gama ikut tersenyum.
"Lo tau darimana tempat ini?"
"Papa gue suka ngelukis. Dia pernah ajak gue ke sini waktu kecil buat bahan lukisnya. Terus tempat ini jadi favorit gue." kata Celsa lalu membuka sebuah penutup yang saat Celsa menyingkirkannya sebuah perahu kecil ternyata di sembunyikan.
"Ini perahu dari papa gue. Terus iseng nglukis di perahu ini."
Satu fakta lagi yang membuat Gama tercengang. Ternyata selain cantik, Celsa juga memiliki bakat melukis. Dia meneliti lukisan di perahu itu. Sebuah keluarga yang terlihat begitu harmonis, dan Gama bisa menebak jika itu adalah keluarga Celsa sendiri.
"Mau cobain perahunya?" tanya Celsa dengan senyum terpatri di wajahnya.
Setelah dengan susah payah Gama mendorong perahu ke danau, kini keduanya tengah berlayar di sana. Menyelusuri danau dengan Gama yang mendayung sedangkan Celsa duduk di sebelahnya sedang memotret pemandangan.
![](https://img.wattpad.com/cover/348008719-288-k464321.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MY FAULT
Novela JuvenilCelsa mengira menjadi kekasih bayangan untuk Alvaro sudah cukup baginya. Tetapi nyatanya ia tak puas untuk hal itu, ia ingin Alvaro sepenuhnya bukan hanya menjadi nomer dua untuk lelaki itu. Ketika semuanya semakin sulit dijalani, tiba-tiba saja Ga...