Jika dulu sekolah adalah hal yang memalaskan bagi Celsa, tapi tidak untuk saat ini. Dengan semangat, Celsa menuruni anak tangga untuk berangkat sekolah. Akhirnya setelah seminggu di kurung dalam rumah seperti rapunzel, Celsa diijinkan sekolah kembali."Celsa."
Panggilan dari Brata membuat Celsa menghentikan langkahnya yang selesai di pijakan terakhir anak tangga.
"Duduk, ikut sarapan."
Celsa menarik nafasnya sebentar. Tidak ingin membuat suasana hati Brata memburuk dan malah berujung berimbas padanya, dengan terpaksa dia pun ikut sarapan bersama dan duduk di samping Nathan.
"Pulang jam berapa kamu nanti?"
Kunyahan Celsa memelan melirik kepada Brata yang sedang menunggu jawabannya.
"Belum tau."
"Mulai sekarang semua kegiatan kamu harus kakek tau. Ga terkecuali."
Setelah Brata mengucapkan kalimat itu, seketika terdengar dentingan sendok yang terjatuh dengan sengaja ke atas piring karena ulah Celsa. Namun baru Celsa akan menyuarakan ketidakterimaanya, Nathan langsung memegang tangan adiknya, menginstruksikan agar tidak berbicara yang akan membuat keduanya bersitegang lagi.
Hilang sudah nafsu makan Celsa, dia pun lantas menyambar tasnya, berlalu pergi dengan langkah kaki lebar.
Selang kepergian Celsa, Nathan pun menghentikan acara makannya. Berlalu pergi mengejar Celsa, tanpa pamit pada Brata yang hanya bisa menggeleng pelan dengan sikap kedua cucunya.
***
Gama turun dari motor begitu sampai di parkiran sekolah, di sana juga ada teman-temannya termasuk Alvaro. Dia pun menghampiri mereka. Gama sudah tidak lagi menaruh rasa benci pada Alvaro, dia berusaha berfikir panjang, mungkin yang dia lakukan kemarin hanya karena rasa cemburu butanya sampai tidak sadar jika Alvaro juga yang membuat hubungannya dengan Celsa kembali.
Caka tersenyum lebar dan menepuk pundak Gama. "Welcome bro."
Gama menarik sudut bibirnya sembari mengusap hidung.
"Nanti jadi kan ke rumah lo?"
Mereka memang memiliki perjanjian dimana satu bulan sekali akan mengadakan acara atau pertemuan dengan anak-anak Arcegas, dan kali ini giliran Gama yang mendapatinya.
Gama mengangguk dan berdeham pelan lalu menatap Alvaro.
"Al, lo juga ikut."
Alvaro yang tadinya sedang menunduk tampak terperangah menatap Gama.
Tentu saja hal itu membuat ketiga teman mereka ikut tersenyum merasa lega dengan ketegangan mereka sebelumnya.
"Nah gitu dong. Yang akur-akur biar adem liatnya."
"Al ada cewek yang minta nomer lo, terus udah gue kasih. Dia chat lo ga?" kata Gavier.
Alvaro menyerit lalu menggeleng.
"Lah siapa? Kok gue ga tahu. Emang Alvaro lagi deket sama siapa?" ujar Caka.
"Mana ada. Al kan masih gamon." jawab Bio mendapat lirikan sinis dari Gama.
"Sorry Gam. Gue ga nyindir." cengir Bio.
"Oh berarti belum."
"Siapa emangnya?" tanya Caka kepo.
"Sepupu gue. Lo juga pernah liat. Cewek yang duduk sama Celsa waktu kemping lalu."
"Anjir Lea?!" kata Caka dengan mata membelak tak percaya lalu tertawa. "Yang itu aja Al. Biar ga rebutan lagi. Lea ga kalah cantik sama Celsa."
KAMU SEDANG MEMBACA
MY FAULT
Teen FictionCelsa mengira menjadi kekasih bayangan untuk Alvaro sudah cukup baginya. Tetapi nyatanya ia tak puas untuk hal itu, ia ingin Alvaro sepenuhnya bukan hanya menjadi nomer dua untuk lelaki itu. Ketika semuanya semakin sulit dijalani, tiba-tiba saja Ga...