Gama dan Celsa datang ke kantin bersama kala jam istirahat. Tentu saja hal itu membuat beberapa siswa menatap mereka heran. Kemarin-kemarin keduanya jarang terlihat bersama seperti saling bermusuhan namun sekarang, Gama dan Celsa menghilangkan asumsi itu begitu saja.
"Waduh udah ada yang baikan nih." tukas Caka semberi mencomot kentang goreng di atas meja.
Gama tersenyum, menoleh singkat pada Celsa yang duduk di sebelahnya.
"Cel maklumin orang di samping lo. Kalau ngomong emang kaya bom atom, meledak gitu aja. Tapi asal lo tau dia itu bucin banget sama lo. Sampai-sampai waktu kalian musuhan dia ga berhenti ngalamun mikirin lo."
Pernyataan Caka sampai membuat Celsa tersenyum, namun Gama tampak ingin memprotes. Hal itu seperti dia yang paling sengsara atas hubungan mereka, walaupun kenyataanya begitu, tapi tetap saja Gama tidak suka jika ada yang mengatakannya begitu saja.
"Sok-sokan galau kalau ujung-ujungnya balikan." tukas Bio mendapat tatapan tajam Gama.
Caka tertawa. "Bilang aja lo sirik. Kemarin Gama sekarang lo sendiri. Jadi putus ga nih?"
Hubungan Bio dan Fana sedang tidak baik karena Bio marah pada gadis itu yang ketahuan mabuk dan berkencan dengan lelaki lain. Walaupun Fana sudah menjelaskan bahwa itu berada di luar kendali karena terpengaruh minuman alkohol hingga mabuk tapi tetap saja Bio tetap marah.
"Berisik!"
Caka lagi-lagi tertawa, namun hal itu tak bertahan lama karena Gavier datang dengan wajah yang sulit untuk ditebak. Lelaki itu sejak tadi entah pergi kemana tanpa mengatakan apapun.
"Kenapa Gav?"
Gavier melirik sekilas pada Caka sebelum ia duduk di depan Celsa yang juga sedang memperhatikannya.
"Alvaro udah beberapa kali bolos dari sebelum kecelakaan sampai sekarang. Terhitung dari sebulan ini dia cuma berangkat 10 hari. Orangtuanya dipanggil, tapi Alvaro ga berangkat."
Celsa meletakan kedua tangannya di atas meja dan menegekan tubuh. "Alvaro bolos?"
Gavier mengangguk kecil. "Kalau kejadiannya terus kaya gitu dia diancam DO dari sekolah. Mana ujian sebulan lagi, itu yang bikin guru buat pertimbangan."
Ucapan Gavier membuat Celsa menjadi diam termangu, dan karena itu juga Gama memperhatikannya lekat. Ada kekawatiran di wajah gadis itu. Gama tahu Celsa hanya simpati pada Alvaro, melihat lagi bahwa sepertinya Alvaro memiliki masalah serius yang tidak ia tahu.
***
Akhirnya waktu yang ditunggu datang, bel pulang sekolah. Sudah 15 menit sejak murid-murid berkeliaran di sekolah dan sekarang Gama dan Celsa berada di dalam mobil untuk pulang. Namun sayangnya selama perjalanan tidak ada yang berbicara, baik Gama dan Celsa seperti sibik pada pemikirannya masing-masing.
"Gue mau ketemu Alvaro." kata Celsa setelah keheningan yang lama. "Lo tahu dimana dia kerja sekarang kan?"
Gama menoleh pada gadis itu. Menyerit heran namun belum bersuara apapun.
"Gue mau bicara apa yang buat dia sampai kaya gini."
Karena tak kunjung mendapat jawaban, Celsa jadi sadar jika ada secuil perasaan tak rela untuk Gama melakukannya. Ia menghela nafas, mencondongkan tubuhnya pada Gama lalu memegang tangan kekar lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY FAULT
Ficção AdolescenteCelsa mengira menjadi kekasih bayangan untuk Alvaro sudah cukup baginya. Tetapi nyatanya ia tak puas untuk hal itu, ia ingin Alvaro sepenuhnya bukan hanya menjadi nomer dua untuk lelaki itu. Ketika semuanya semakin sulit dijalani, tiba-tiba saja Ga...