Malam ini Celsa sedang ingin sekali makan martabak, dia pun memutuskan untuk pergi sendiri karena jaraknya yang tak lumayan jauh dari rumah. Namun saat sudah di ruang tengah dia malah bertemu dengan Nathan yang sedang menonton televisi, lelaki itu terlihat menatapnya seksama. Entah apa yang dia pikirkan.
"Mau ke mana lo malam-malam kaya gini?"
Celsa menghentikan langkahnya tepat di depan televisi sehingga menghalangi pemandangan Nathan. "Ke depan, beli martabak."
"Biar gue yang beli." Nathan sudah berdiri walaupun hanya menatap adiknya dingin.
Celsa menyerit penuh kebingungan. Apa dia tidak salah dengar?
"Ga usah. Gue bisa pergi sendiri."
"Lo ga liat udah jam berapa?" suara Nathan berubah tajam penuh penekanan.
"Lagian apa urusannya sama lo. Kawatir lo sekarang?" Celsa menyeringai mengejek Nathan yang langsung terdiam.
"Ga usah banyak bacot! Gue teminin lo beli. Cepet!" Nathan berjalan mendahului membuat Celsa menghentakan kakinya namun tetap menurut walaupun dengan berat hati, karena dia tahu sekalipun mereka berjalan berdua seperti ini, hanya akan ada keheningan. Celsa tak suka, ini malah seperti dia mengharapkan kebaikan Nathan.
Nathan terus membuntuti Celsa di belakang. Menjaganya aman. Bukan karena apa, tapi karena malam ini sudah jam 10, yang rawan begal di depan perumahannya maka dia pun merelakan rasa gengsinya saat ini.
Nathan berhenti sejenak saat tali sepatunya copot sedangkan Celsa tidak menyadari hal itu.
"Celsa!"
Sampai akhirnya sebuah motor tiba-tiba melaju cepat ke arah Celsa yang akan menyebrang, Nathan yang melihat itu pun membelakan matanya dan langsung berlari, mendorong Celsa sampai akhirnya tubuh mereka terpental ke pinggir jalan sampai tak berselang lama beberapa warga menghampiri.
***
Malam ini Alvaro bersama teman-temannya sedang berkumpul di markas. Menikmati pesta minuman sembari bercanda gurau. Mereka bisa lupa dengan waktu jika sudah berkumpul seperti ini, bahkan bisa sampai menginap.
Gama yang sejak tadi hanya diam sembari merokok tak menyadari jika ponselnya berdering karena terendam suara bising dari teman-temannya.
Tak berselang lama ponsel Alvaro pun ikut berdering lelaki itu langsung menyadari dan nama si penelpon. Celsa. Alvaro melirik Gama yang sedang asik bercanda dengan Bio dan anggota Arcegas lainnya.
"Hallo Cel?"
Mendengar nama kekasihnya disebut, Gama segera menoleh pada Alvaro yang tampak fokus mendengarkan sampai wajah lelaki itu berubah kawatir dan menegang.
"Ok, gue ke sana sekarang!" Alvaro mematikan sambungan, bergegas memakai jaket kebesarannya.
"Kenapa Al?" tanya Gama menghentikan Alvaro.
"Celsa, dia kecelakaan."
"Celsa kecelakaan?" beo Bio dengan mata membelak.
"Dia di rumah sakit kasih bunda sekarang."
Gama ikutan panik, melihat ponselnya yang terdapat panggilan tak terjawab dari Celsa. Pasti sebelumnya perempuan itu berusaha menghubunginya tetapi karena tidak mendapat jawaban jadi menghubungi Alvaro.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY FAULT
Teen FictionCelsa mengira menjadi kekasih bayangan untuk Alvaro sudah cukup baginya. Tetapi nyatanya ia tak puas untuk hal itu, ia ingin Alvaro sepenuhnya bukan hanya menjadi nomer dua untuk lelaki itu. Ketika semuanya semakin sulit dijalani, tiba-tiba saja Ga...