Pagi ini Gama berusaha menjernihkan pikirannya dengan mandi di bawah air sower. Semalaman dia tidak bisa tidur dan sekarang kepalanya terasa pusing dan berat. Matanya pun tampak sayu dengan lingkar mata yang menghitam. Setelah merasa cukup bersih, Gama pun menarik handuk guna menutupi tubuh telanjangnya. Namun satu hal yang dia lihat saat Gama keluar dari kamar mandi ialah Celsa yang sudah tidak ada di tempat tidur. Segera, tanpa memakai pakaiannya, Gama berlalu keluar melihat gadis itu yang sudah akan membuka pintu.
"Lo mau ke mana?"
Celsa membalikan badan, tak terkejut dengan penampilan lelaki itu. Dia tidak bisa berfikir jernih, yang dia inginkan adalah cepat pulang ke rumahnya. Dia ingin segera menjauh dari Gama, lelaki yang sudah mengacaukan hari-harinya belakangan ini.
"Gue mau pulang. Mulai sekarang gue ga mau tinggal sama lo lagi."
Rahang tampak Gama mengeras, menatap Celsa dengan tajam. "Lo ga akan pergi kemana-mana."
"Berhenti buat ngatur-ngatur gue! Gue mau pulang dan itu sekarang!"
Gama pun menarik tangan Celsa yang akan kembali membuka pintu, di benturkannya tubuh kecil Celsa lumayan keras tanpa memudarkan tatapan tajam tak sukanya.
"Jangan buat gue marah!" geram Gama.
"Gue muak!" teriak Celsa mendorong Gama hingga menjauh. "Gue muak sama lo!"
"Lo ga ada bedanya sama Alvaro! Sekarang gue mau lo berhenti ganggu gue lagi. Kita udah ga ada urusan apapun. Gue udah putus sama Alvaro, ga ada lagi ketakutan lo buat gue ganggu Shena sama dia. Sekarang urus hidup kita masing-masing, jangan deketin gue, jangan ganggu gue. Jalanin seperti semula seperti kita ga pernah saling kenal." Celsa berujar frustasi, menatap dalam pasang mata Gama begitu lama sebelum membuka pintu keluar dan kali ini Gama tidak mencegatnya, bukankah seharusnya seperti itu?
****
Alvaro mengendarai motornya ngebut, berniat akan menjemput Celsa. Ia tidak akan biarkan Celsa terlalu lama di sana.
Setelah 15 menit berkendara, Alvaro pun sampai di apartemen mewah pusat kota. Dengan tatapan dingin dan penuh kesarkasan, dia terus melangkah menuju unit sahabatnya dengan jaket kebesaran Arcegas yang selalu ia kenakan. Dia bangga mengenakannya, memarkannya bahwa Arcegas itu nyata, ada dan kuat.
Tak perlu bersusah payah, Alvaro sudah hafal dengan nomer sandi apartemen Gama yang untungnya tidak diganti.
Brak
Pintu dibanting kuat oleh Alvaro membuat dua manusia yang sedang berada di sofa berciuaman langsung mengalihkan perhatiannya. Suhu tubuh Alvaro memanas sampai ke kepalanya melihat Gama yang setengah telanjang dengan seorang perempuan di pangkuannya. Perempuan itu Sarah, Alvaro tahu itu. Bibir Alvaro menipis dengan emosi memuncak apalagi melihat seringai lebar pada Gama sebelum berdiri menatapnya.
"Hallo Al mau gabung?" Gama berujar tanpa rasa bersalah dengan Sarah yang berusaha menutupi tubuh bagian atasnya yang sudah hampir terekspos dengan pakaiannya yang telah terlepas.
Bugh
Alvaro memukul wajah Gama saat itu juga. Dia tidak bisa mengerti jalan pikir lelaki itu, setelah Celsa dan sekarang Sarah? Betapa brengseknya Gama.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY FAULT
Teen FictionCelsa mengira menjadi kekasih bayangan untuk Alvaro sudah cukup baginya. Tetapi nyatanya ia tak puas untuk hal itu, ia ingin Alvaro sepenuhnya bukan hanya menjadi nomer dua untuk lelaki itu. Ketika semuanya semakin sulit dijalani, tiba-tiba saja Ga...