Shena keluar dari ruang guru, di tangannya terdapat amplop putih yang mungkin akan mengubah kehidupannya di masa depan nanti. Setelah menutup pintu rapat, helaan nafas panjang Shena keluarkan. Kakinya melangkah lebar menjelajahi setiap keping keramik yang ia lewati, sampailah dia di kelas Alvaro.
"Bisa tolong panggilin Alvaro sebentar?"
Siswi yang Shena yakini adalah teman sekelas Alvaro mengangguk lalu masuk memanggil orang yang ia cari. Alvaro menjemputnya di depan pintu, tampak heran dengan kedatangannya.
"Boleh kita bicara berdua?"
Alvaro yakin Shena tidak baik, dia pun menuruti ucapan gadis itu yang membawanya ke roftoop sekolah.
Dalam sekejap Shena ingin merasakan kebahagian selalu, membangun cerita dengan Alvaro, tetapi jika takdir mereka sulit untuk apa ia paksaakan? Setelah putus lalu dekat lagi ternyata rasanya akan berbeda. Canggung dan sedikit gugup.
Shena memperhatikan wajah Alvaro dari samping, memandanginya seksama.
"Aku mau tanya sesuatu sama kamu boleh Al?"
Alvaro menoleh, mengangkat alisnya bingung. "Apa?"
"Soal perasaan kamu. Gimana? Kamu udah bisa ambil keputusan siapa sebenarnya yang kamu suka, aku atau Celsa." Shena meneguk salivaya mengucap nama gadis lain di akhir kalimat. Pandangannya terus mengamati Alvaro, melihat lelaki itu yang melarikan matanya.
"Al?"
"Kenapa lo harus tanya itu Shen."
"Aku butuh jawaban kamu. Atau mungkin aku bisa simpulkan sendiri."
"Ga ada yang perlu lo tanyain. Karena jawabannya udah jelas gue suka sama lo."
Alvaro ingin egois untuk Celsa dan juga Shena. Gama benar ia pengecut, ia brengsek tapi itu satu hal yang tak bisa ia cegah.
"Tapi aku lihat ga seperti yang kamu bilang barusan."
"Lo ngomong apaan sih?"
"Mungkin kamu belum bisa mendeskripsikan perasaan kamu sekarang. Karna itu kamu keliru, tapi bukan aku yang kamu mau Al."
Alvaro bergeming merasa kalimat yang Shena ucapkan barusan seperti lemparan panah baru untuknya.
"Tanya diri kamu Al siapa yang kamu mau, bukan kaya gini. Kamu berusaha deketin aku tapi hati kamu milik Celsa. Itu sama aja kamu ga bisa belajar dari masa lalu."
"Itu sama sekali ga bener." Alvaro berusaha menyangkal perkataan Shena dan hatinya yang membenarkan.
Shena tersenyum paksa. "Kemarin aku lihat sendiri gimana marahnya kamu waktu Celsa sama Gama. I see. Antara kamu dan Celsa, ada sesuatu yang belum selesai."
"Jangan ragu Al untuk ambil keputusan. Tanya ke perasaan kamu. Jangan jadiin aku rasa kecewa kamu lagi."
Alvaro menggeleng pelan. "Gue ga bisa." dia menunduk tampak seperti pengecut sebenarnya.
"Gue ga mau kehilangan lo lagi."
Shena memegang kedua tangan Alvaro.
"Aku di sini Al, aku selalu ada buat kamu. Sebagai teman."Alvaro mengangkat wajahnya menatap Shena tidak setuju dengan ucapannya. Teman?
"Kita bener-bener ga bisa bareng lagi. Aku ga mau jadi orang egois karena ngerusak hubungan kamu sama Celsa."
Alvaro menggeleng penuh kesedihan.
"Lo ga kaya gitu.""Kejar cinta kamu Al, tapi bukan aku."
"Shen,"
KAMU SEDANG MEMBACA
MY FAULT
Teen FictionCelsa mengira menjadi kekasih bayangan untuk Alvaro sudah cukup baginya. Tetapi nyatanya ia tak puas untuk hal itu, ia ingin Alvaro sepenuhnya bukan hanya menjadi nomer dua untuk lelaki itu. Ketika semuanya semakin sulit dijalani, tiba-tiba saja Ga...