Karena merasa butuh pemerah pada bibirnya, Celsa dan Fana berbelok ke kamar mandi sebelum pergi ke kantin. Jam istitahat memang sedang berlangsung, koridor juga ramai memadati tapi untungnya di toilet perempuan tidak. Namun begitu mereka masuk, keduanya menemukan Luna yang sedang memperhatikan Celsa lekat. Berusaha untuk tetap cuek, Celsa kembali pada urusannya, mengeluarkan liptint yang ia punya dan ia oles di bibir sembari bercermin.
Sembari memperhatikan Celsa lekat, Luna tampak tersenyum remeh mengejek gadis itu. "Aneh. Cewek kaya lo ko bisa dapetin Gama? Udah di kasih apa aja Gama sama lo?"
Celsa langsung menghentikan pergerakan tangannya, melirik Luna lewat cermin begitupun dengan Fana.
Luna tampak menyeringai, bersedekap dada menatap sinis pada Celsa.
"Kemarin Alvaro sekarang Gama, besok siapa lagi? Gavier, Bio atau Caka? Ya secara kan semua orang tahu lo kaya gimana, buktinya aja Shena pergi jauhin lo, pasti lo yang bermasalahkan?"
Bukan Celsa yang tersulut emosi tapi malah Fana yang langsung maju dan menunjuk wajah Luna tak bersahabat.
"Murahan!"
"Heh cabe! Lidah lo level berapa sih, kalau ngomong bisa ga difilter dulu! Tau apa lo soal Celsa pake nuduh-nuduh segala! Temen aja bukan."
"Berisik! Gue ga ngomong sama lo cupu."
"Apa lo bilang?!"
Celsa segera menyentak tangan Fana yang akan memukul Luna. Ia maju memberi benteng di antara keduanya. "Bilang apa lo tadi soal gue?"
Luna terkekeh sinis. "Kenapa? Bener kan? Anak yang ga dapet pendidikan dari orangtuanya emang bakal ga tau diri kaya lo kan?"
Telingan Celsa memanas mendengarnya, kedua tangannya sudah mengepal kuat di sisi tubuhnya apalagi saat melihat seringai Luna yang tampak senang setelah puas mengejeknya.
"Minggir!"
"Cewek gila!" teriak Fana saat Luna sengaja menabrakan bahu diantara mereka.
Sepertinya kesenangan Luna tak bertahan lama, karena begitu ia baru mencapai depan pintu tiba-tiba saja tubuhnya terdorong keluar hingga jatuh di lantai. Kejadian itu sangat cepat, begitu Luna menoleh ternyata Celsa adalah sang pelaku. Gadis itu berdiri menjulang di depannya, tampak marah menatapnya.
"Anjing! Apa maksud lo dorong gue hah?!"
Koridor yang tadinya dilalu lalang para murid seketika senyap karena semua orang merapat ingin melihat pertengkaran mereka.
Luna langsung berdiri dari posisinya, menatap tak suka atas tindakan Celsa barusan. Diluar pikiran orang-orang karena kemudian Luna mendorong Celsa balik sehingga tubuh gadis itu limbung yang untungnya ditangkap Fana cepat.
Celsa yang dikuasai amarah langsung membalas tindakan Luna dengan menjambak rambut gadis itu sampai pekikan beberapa siswi terdengar begitupula dengan Fana kala melihat aksi jambak-jambakan keduanya.
"Brengsek lepasin gue!" teriak Luna sampai wajahnya memerah karena Celsa menjambak rambutnya dengan brutal.
"Lo bilang apa tadi?! Murahan! Lo yang lebih murah!" balas Celsa terus menarik rambut Luna.
Bukannya berusaha memisahkan, orang-orang di sana malah menyaksikan pertengkaran mereka dengan antusias, ada yang membela Celsa adapula yang membela Luna.
Rambut Celsa maupun Luna sudah sangat berantakan. Keduanya tak ada yang mau mengalah. Celsa merasa sakit hati dengan ucapan Luna yang mengejek tentang dirinya dan keluarganya, alasan itulah yang membuatnya nekat. Sepertinya Luna lupa siapa ia sebelum bersama Gama.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY FAULT
Roman pour AdolescentsCelsa mengira menjadi kekasih bayangan untuk Alvaro sudah cukup baginya. Tetapi nyatanya ia tak puas untuk hal itu, ia ingin Alvaro sepenuhnya bukan hanya menjadi nomer dua untuk lelaki itu. Ketika semuanya semakin sulit dijalani, tiba-tiba saja Ga...