Chapter 15

33 4 3
                                    

.

.

.

.

🍂🍂🍂🍂

Jangan salahin gw lah! Salahin ini mulut!" Sahut Aulia. Menepuk mulutnya.

"Dika salting banget deh. Telinganya aja sampai merah begitu. Tuh, lihat tuh" ucap Lina. Menunjuk pada Dika dibawah sana yang lagi duduk dengan telinga masih keliatan merah.

Aulia dan Melisa kompak melihat ke arah Dika. Dan benar dong telinga cowok itu merah. Timnya juga terlihat masih menggoda Dika.

"Setahu gw, Dika itu orangnya susah untuk salting. Dan gw juga baru kali ini liat dia salting segitunya" kata Melisa.

Aulia langsung menoleh menatap Melisa tak suka. "Segitu taunya Lo tentang Dika" ucap Aulia dengan nada cemburu.

Melisa menatap keheranan dengan ucapan Aulia padanya. Setelahnya, ia sadar bahwa temannya ini cemburu dengan perkataannya tadi. Terlintas ide jahil untuk mengerjai Aulia.

"Oh, iya dong. Gw sama Dika udah temenan dari SD. Makanya gw tau" sahut Melisa dengan entengnya. Membuat Aulia makin cemburu lah mendengarnya.

Saat Aulia hendak membalas. Lina langsung memotongnya. Karena ia tak mau kedua temannya berantem di tempat ramai seperti ini. Yang ada malu nanti.

"Udah-udah. Kok, jadi pada berantem sih! Ingat tujuan kita disini itu, buat kasih semangat dan dukungan penuh Dika dan juga timnya"

"Biar menang" lanjut Lina. Dan itu mampu membuat Melisa dan Aulia tak jadi berantem, tapi malah saling diem-dieman.

Lina geleng-geleng kepala tak habis pikir. Nanti juga baikan sendiri. Pikir Lina.

"Guys, gw mau ke toilet bentar ya" kata Lina sambil beranjak dari duduknya.

Kompak membuat Melisa dan Aulia menatapnya.

"Mau gw temenin" tawar Melisa.

Lina menggeleng. "Gak usah. Lo berdua disini aja. Oh iya, kalau gw balik, Lo berdua udah harus baikan" peringat Lina. Lalu, langsung pergi.

Melisa dan Aulia saling pandang. Tak lama, keduanya saling tertawa satu sama lain. Tuh, kan benar apa kata Lina. Nanti bisa baikan sendiri.

Lina menuruni anak tangga satu persatu untuk kebawah. Saat di pertengahan anak tangga, tak sengaja ia berpapasan dengan Arkan yang lagi bersama Klara. Keduanya nampak seperti sepasang kekasih, dimana Klara memeluk tangan Arkan dengan mesranya.

Lina menatap sekilas. Setelahnya langsung bergegas turun ketika Arkan ingin mengajaknya bicara. Sempat ia bertatapan dengan Klara yang menunjuk raut wajah remeh 'lo kalah Lina'.

Lina masuk ke bilik toilet, mendudukkan dirinya di closet. Air mata yang ia tahan ketika melihat Arkan dan Klara tadi akhirnya tumpah kembali. Tangis Lina pecah tanpa suara. Kalian tau kan? kalau menangis tanpa suara itu sangat menyakitkan.

Lina rasanya ingin menyerah. Karena di dalam hubungan yang ia jalani dengan Arkan, cuman dia yang berjuang. Tapi kembali lagi dengan perasaannya kepada Arkan yang begitu besar daripada rasa sakitnya sekarang.

Saat merasa sudah tenang. Lina keluar dari bilik toilet itu, lalu menuju wastafel. Ia bisa melihat seberapa kacau dan acak-acakannya dirinya sekarang dari kaca. Hidung merah, mata bengkak, karena tangisannya tadi. Dan rambut yang tak tertata rapi lagi.

Dengan segera Lina mencuci wajahnya dengan air, setidaknya bisa berkurang walaupun pada bagian mata, jelas tidak bisa di tutupi. Lina mengambil ikatan rambut dari saku baju. Mengumpulkan semua rambutnya untuk ia ikat kuncir kuda.

Kisah Cinta Kita Bertiga (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang