Chapter 21

34 3 2
                                    

Setelah kepergian Lina yang dibawa oleh Elang. Tersisalah lima orang yang menatap kepergian Lina dengan pandangan berbeda-beda. Terutama Arkan, yang menatap tajam kepergian Lina dan Elang.

"Yaudah kalau gitu. Gw pergi juga ya. Bye" kata Melisa. Melangkah sedikit berlari menuju Rizqan. Yap, ia memang tidak sengaja melihat keberadaan crush nya.

Aulia menatap kepergian Melisa dengan datar. "Kalau ada Crushnya aja. Langsung be power Lo Mel" celetuk Aulia. Setelahnya ia beralih menatap Dika.

"Dik-"

Aulia mengantup mulutnya. Saat Dika menatap kepergian Melisa dengan pandangan..... Yang sulit ia tebak.

Aulia menunduk, menyembunyikan wajahnya. Karena entah kenapa matanya berkaca-kaca.

"Gw pergi" kata Dika pada Arkan dan Klara. Arkan mengangguk dan Klara tersenyum tipis sebagai respon.

Dika melangkah tanpa mengajak Aulia sama sekali. Aulia menatap punggung Dika nanar. Lalu, setelahnya Aulia ikut melangkah pergi juga. Tapi, dengan arah berlawanan.

Semua itu tidak luput dari penglihatan Arkan dan Klara.

*******

Dika berhenti melangkah. Saat ia sadar, melangkah tanpa Aulia. Kemana gadis itu? Pikirnya. Kenapa tidak mengikutinya?

"Ck! Ini semua gara-gara perasaan itu" gumam Dika.

******

Sedangkan itu di tempat lain. Aulia duduk di kursi taman belakang dengan air mata mengalir di pipinya. Untungnya taman belakang sedang sepi dan tidak ada orang. Jadinya Aulia bisa leluasa meluapkan semuanya.

"Kalau memang benar apa yang selama ini gw pikirkan. Gw akan mundur"

Tanpa Aulia sadari. Ada seseorang yang sedari tadi bersembunyi dan memperhatikannya.

"Ingin rasanya tangan ini menghapus jejak air mata Lo"

*****

Saat Rizqan melihat Melisa melangkah menghampiri dirinya. Rizqan langsung kabur. Dan berakhir, Melisa mengejar Rizqan.

"Rizqan"

"Rizqan!"

"Berhenti dong. Aku capek ini"

Rizqan menghiraukan panggilan Melisa. Kenapa sih? Hidupnya tidak pernah tenang lagi, saat gadis itu muncul di kehidupannya.

"Rizqan!!!!!"

Melisa berhenti melangkah dengan wajah kesal. "Oke. Kalau kamu gak mau berhenti. Aku bisa kok lari kejar kamu"

Melisa menatap punggung Rizqan yang semakin menjauh. Kemudian, mulai berancang-ancang untuk lari.

Di saat lari. Melisa tak menyadari kalau tali sepatunya lepas. Hingga.....

BRUKK!

"Aduhh!!!"

Melisa jatuh dengan tidak elitnya. Semua itu tak luput dari tatapan siswa-siswi yang sedang berada di koridor yang sedang menahan tawa.

Rizqan berhenti melangkah. Ketika telinganya mendengar suara mengaduh dari arah belakang. Ia berbalik badan dan melotot terkejut. Melihat Melisa jatuh.

"Shhsss"

"Lo, kalau ada masalah sama gw bilang?!"

"Kalau kayak gini kan gw jatuh. Jatuh itu sakit tau?!" Ujar Melisa mendumel.

"Shhsss" ringis melisa. Menggerakkan kaki sebelah kanannya hendak berdiri

"Kayaknya terkilir nih. Haduhh! Masa gw ngesot sih! Entar di kira suster ngesot lagi gw" gerutu Melisa.

Melisa mau kembali mencoba berdiri. Namun, sebuah tangan tepat di depan wajahnya. Melisa mendongak melihat siapa pemilik tangan itu.

Senyum Melisa mengembang. Ketika tau siapa orangnya.

"Rizqan"

"Cepat berdiri! Betah banget Lo kayak gitu" kata Rizqan. Membuat Melisa langsung meraih tangan Rizqan. Sebagai topangan untuk dirinya bisa berdiri.

"Shhsss" ringis Melisa. Kaki sebelah kanannya memang benar-benar sakit. Bahkan untuk berdiri sepenuhnya saja ia tidak bisa.

Melisa diam-diam tersenyum senang. Karena posisinya sekarang dengan rizqan sangat dekat.

"Bisa gak jalannya?" Tanya Rizqan. Melisa menggeleng. Ia tidak bohong ya. Memang benar sakit.

"Ck!" Decak Rizqan. Tidak ada cara lagi. Selain satu ini.

"Naik!" Titah Rizqan. Menyuruh Melisa agar naik ke punggungnya.

"Hah?" Maklum Melisa rada ngelag. Bagaimana tidak ia disuguhi punggung lebar Rizqan. Yang sedang membelakangi dirinya.

"Ck! Cepat naik ke punggung gw. Gw gendong Lo sampai ke UKS" kata Rizqan yang sudah mulai kesal.

"Serius? Aku berat loh" ujar Melisa.

"Ck! Udah cepetan" gesak Rizqan.

"Eh, bentar" ucap Rizqan. Lalu melepaskan jaketnya.

"Pakai" suruh Rizqan. Memberikan jaketnya kepada Melisa.

"Buat apa?" Tanya Melisa.

Rizqan menghela nafas jengah. "Ikat aja jaketnya di pinggang Lo"

Tidak mau membuat Rizqan semakin kesal. Melisa mengangguk patuh dan musik mengikat jaket Rizqan di pinggangnya.

Melisa langsung menaiki punggung Rizqan dengan kedua tangan yang ia galungkan di leher rizqan. Tidak henti-hentinya Melisa tersenyum senang selama perjalanan.

******

"Lo bawa gw cuman buat ini?!" Tanya Lina tak habis pikir pada Elang.

Elang tersenyum tanpa rasa bersalah. Membuat Lina memutar bola mata malas. Lalu, Lina menyibukkan dirinya bermain ponsel.

Elang sesekali menatap Lina yang duduk di hadapannya.

"Lin" panggil Elang.

Lina mengalihkan antensinya menatap Elang.

"Buka mulut Lo" titah Elang. Yang menyodorkan sendok yang ada makannya ke mulut Lina.

Lina menatap sendok itu dengan wajah mengerut.

"Udah buka aja mulut Lo" kata Elang.

"Gw gak mau" tolak Lina.

"Buka!"

"Enggak!

"Buka!"

"Eng--"

Omongan Lina terpotong. Ketika Elang langsung menyuapinya. Lina menguyah makanan itu dengan wajah cemberut. Sedangkan Elang tersenyum lebar. Lalu, kembali melanjutkan makannya.

.

.

.

.

Tbc

Kisah Cinta Kita Bertiga (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang