Ponsel Mas Darma terus bergetar diatas nakas. Aku memandangi ponsel itu dan menemukan nama Rumi tertera di layar.
Lagi-lagi dia. Apa keperluan wanita itu menghubungi Mas Darma di jam setengah satu pagi seperti saat ini? Kenapa dia tidak tidur saja daripada mengganggu Mas Darma?
Ketika Mas Darma keluar dari dalam kamar mandi, ponselnya tidak lagi bergetar. Aku juga kembali berbaring sembari memperhatikan Mas Darma yang kembali naik keatas ranjang.
Tadi bisa-bisanya dia ditengah percintaan kami mengeluh sakit perut, lalu menghentikan semuanya dan lari terbirit-birit ke kamar mandi dan meninggalkan aku yang tengah berada diambang keputusasaan karena ulahnya.
Aku dan dia malam ini kembali menghabiskan malam bersama. Mas Darma berkunjung dan memutuskan menginap bersamaku.
Tentunya aku tidak keberatan, bohong jika aku mengatakan bahwa aku tidak senang.
Aku sangat senang bersamanya, aku senang menghabiskan malam dengannya dan dengan apa yang ditawarkannya padaku. Sebuah permainan cinta yang luar biasa menggairahkan. Sesuatu yang tidak dapat ku tolak lagi.
Tawaku menguar saat Mas Darma menarik ku dan mulai memposisikan dirinya berada di depan pintu masuk surga dunia milikku.
Aku bertumpu pada kedua siku ku, lalu menatap bergantian kearah wajahnya dan kejantanannya.
"Yakin mau langsung? Nggak mau pemanasan lagi?" Aku bertanya menggodanya.
Mas Darma sempat berfikir sejenak.
"Kamu ikhlas nggak?" Tanyanya padaku dengan raut wajah yang lucu.
Aku tertawa kecil.
"Berdiri kamu." Perintahku pada Mas Darma.
Pria itu mengikuti perintahku, ia berdiri diatas ranjang. Sementara aku memposisikan diri berlutut dibawahnya.
Permainan baru akan dimulai ketika aku kembali mendengar suara ponsel Mas Darma yang bergetar diatas nakas.
Itu pasti si Rumi lagi! Batinku.
Mas Darma sempat menyuruhku untuk mengabaikan ponselnya itu, namun tidak ku lakukan.
Aku malah mengambil ponsel pria itu dan menyerahkannya pada Mas Darma sambil kembali mengambil posisi berlutut.
"Angkat." Perintahku lagi pada Mas Darma.
Pria itu menatapku tak percaya, tapi tatapan ku yang mengancam membuatnya menyerah dan mengikuti perintahku.
Tepat saat ia menjawab panggilan Rumi, aku memulai usahaku untuk membangkitkan gairahnya kembali.
Aku mendongak, menatapnya sembari memainkan ujung lidahku pada bagian tubuhnya yang ada di hadapanku. Mas Darma menatapku dalam, ia mengatupkan bibirnya rapat, rahangnya terlihat mengeras saat aku menggodanya dengan sapuan lidahku yang manis pada bagian sensitifnya yang mulai mengeras didalam genggamanku.
"Ke--kenapa Rum?" Suara Mas Darma terdengar serak dan jauh lebih berat daripada biasanya.
"Mas dimana?" Sayup aku bisa mendengar siara wanita itu.
"Saya lagi di--ru--mah." Jawab Mas Darma sedikit terpatah.
"Mas, aku dengar dari Ayu kalau besok ada acara di rumah Ibu. Aku sama anak-anak datang ya? Kamu bisa jemput kami?"
"Sa--saya nggak bisa, Rum. Saya mau jemput anak-anak saya." Mas Darma menjawab sembari menekan belakang kepalaku dengan satu tangannya. Ia menahan kepalaku untuk beberapa detik.
Ketika akhirnya Mas Darma melepaskan kepala ku, aku segera melepaskan dirinya dan terbatuk hebat. Aku mencubit pahanya sambil mendongak menatapnya kesal.
"Kamu jarang main ke rumah sekarang Mas. Anak-anak nanyain kamu terus, kangen kamu katanya."
"Saya sibuk." Jawab Mas Darma seadanya sembari memejamkan mata, aku sedang menyiksanya dibawah sini.
"Mas, kamu juga jarang ngirim untuk anak-anak lagi akhir-akhir ini. Kebutuhan Ema lagi banyak Mas."
Aku bisa melihat Mas Darma tidak fokus pada percakapan itu. Dan aku juga bisa melihat bagaimana Mas Darma berusaha keras untuk bisa menahan suara desahan dan erangannya saat ini.
"Mas, aku video call boleh nggak?"
Ini saatnya. Aku melepaskan Mas Darma, lalu berbaring dengan posisi yang sangat menggoda dan menggugah seleranya.
Pria itu tau apa yang aku inginkan, ia perlahan menurunkan tubuhnya mendekatiku.
Pria itu sudah memposisikan dirinya, aku menggenggam tubuh Mas Darma dan membawanya mendekatiku. Sejenak bermain-main dengan apa yang ada di dalam genggamanku.
Mas Darma jelas tidak lagi fokus pada ponselnya ataupun pada Rumi yang sayup terdengar terus menerus memanggil Mas Darma. Ia malah memfokuskan pandangannya pada bagian bawah tubuhnya yang terus aku gesekkan secara berulang pada bagian tubuhku sendiri. Aku menggodanya terus menerus, hingga ia geram sendiri pada kelakuan ku yang menunda-nunda untuk menyatukan tubuh kami.
Dia terlihat semakin geram, Mas Darma seperti tidak sabar untuk bisa merasakan surganya, sama sepertiku. Namun aku tidak akan mempermudah ini, aku ingin membuatnya gila.
Karena tidak sabaran, akhirnya Mas Darma menyingkirkan tanganku dari kejantanannya. Dan disaat yang bersamaan saat pria itu akhirnya menyatukan dirinya denganku, aku menarik ponsel dari tangannya.
"Mas?? Mas Darma?!" Aku mendengar suara Rumi.
"Rumi, pinjam Mas Darma nya sebentar ya." Tawaku pecah, bersamaan dengan pekikan dan desahanku karena Mas Darma yang mulai bergerak tak terkendali diatas tubuhku.
****
Hay hay semuanyaa...
Hari ini promo yang berlaku beli 3 pdf harga 50k dan 10 pdf harga 100k, kalian bebas pilih judul.Ini untuk daftar pdf yang ready :
True love
The beauty one
The beauty one 2
Natasha
The star
Ex wife
Eternal love
Hira atmojo
Jennifer's wedding
Back to evil
My possessive girlfriend
Great life
Mr. Duda
Aruna
Truely madly in love
The scandal
Fake love
Istri Kedua Ben
Forever Yours
My Hani Honey
Liliana
My lovely livi
Hope
Nyonya besar
My Honey Hani 2
Dalang dibalik duka
Hope 2
Viviane
Your Favorite Mistress
Wanita Kedua
Dunia Dita
Terjebak di Rumah Mertua
Life After Rujuk
Lika Liku Luka
Step MotherCuzz bagi yang berminat bisa langsung chat author ke 082286282870 yaaa...
XOXO
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanita Kedua
RomanceAdine Farra memilih bercerai saat menyadari bahwa ia menjadi wanita kedua, pilihan terakhir dari sang suami. Ia lebih memilih menghancurkan pernikahan yang sudah sepuluh tahun terakhir ini dijalaninya setelah tau bahwa sang suami tidak pernah bisa s...