32

23.2K 1.3K 80
                                    

Aku tengah duduk berselonjor kaki di sofa mengawasi Gema dan Awan yang tengah mengerjakan pekerjaan rumah mereka malam ini.

"Tulisannya dirapikan dikit dong sayang, jangan keluar garis begitu." Aku mengingatkan Awan yang menanggapi ucapanku dengan cengiran lebar.

"Mama, jangan marah-marah. Nanti cepat tua." Ucap Gema padaku.

"Mama nggak marah lho. Cuma ngasih tau anak Mama yang paling ganteng ini." Aku menurunkan kakiku dan mencondongkan tubuh mendekati Awan, lalu mencubit pipi anakku itu dengan gemas.

"Aw, sakit Mama!" Awan protes, tapi aku tidak peduli, malah ku tambahkan sebuah kecupan panjang pada pipinya yang tadi cubit dengan gemas itu.

"Ma, Papa nggak datang ya malam ini? Enakan belajar di bantu Papa, Ma."

Aku pura-pura cemberut saat mendengar ucapan Gema.

"Papa nggak datang masih dinas." Jawabku asal.

"Papa dinasnya sampai malam Ma?" Tanya putriku lagi.

Aku hanya mengangguk, lalu kembali bersandar pada sofa dan meluruskan kaki ku.

Mas Darma tidak datang ke rumah ku bukan karena sedang dinas, melainkan aku yang melarang pria itu untuk datang.

Aku sedang merajuk padanya karena ia gagal dalam misi memenuhi keinginan ngidam ku.

Semalam sekitar jam tiga dini hari aku menghubunginya dan mengatakan bahwa aku tiba-tiba ingin sekali es cendol, namun Mas Darma gagal menemukan penjual cendol. Hal tersebut lah yang membuatku tidak mengizinkannya untuk datang hari ini.

Ponsel yang ada di sampingku berbunyi, aku yakin itu pasti Mas Darma karena seharian ini dia tidak berhenti menggangguku dengan pesan dan panggilan teleponnya yang terus ku abaikan.

Ne, masih mau cendolnya? Ini saya dapat cendolnya. Saya boleh ke rumah Ne?

Ne? Boleh ke rumah? Nanti cendolnya nggak enak lagi.

Ne? Bisa balas pesan saya Ne?

Saya titip sama Pak Muklis di pos aja nanti cendolnya ya? Saya OTW ke rumah.

Ne? Ada kepengen yang lain nggak? Mau apa?

Ne?

Ne?

Ne?

Rentetan pesan dari Mas Darma ku terima, namun tetap ku abaikan.

Tidak lama aku mendengar suara langkah kaki mendekat, ternyata salah seorang asisten rumah tanggaku yang menginformasikan bahwa di depan ada Mas Darma.

Aku lagi-lagi mengabaikan kehadiran pria itu. Aku masih kesal. Tapi sebenarnya juga tidak tega. Dia sudah datang jauh-jauh kemari.

"Papa datang Ma?" Tanya Gema yang seketika terlihat bersemangat.

"Bukan. Tukang cendol." Jawabku sambil berdiri dari sofa.

Gema terlihat kecewa dan melanjutkan pekerjaan rumahnya. Aku meminta salah seorang pengasuh untuk mengawasi Gema dan Awan, karena kedua anakku ini jika tidak ditemani atau diawasi saat sedang mengerjakan tugas, mereka malah akan bermain dan bukannya belajar.

Aku memutuskan untuk keluar menemui Mas Darma.

Tapi yang ku temukan di luar hanya Pak Muklis yang tengah memegang sebuah bungkusan.

"Eh Ibu, saya baru mau masuk buat kasih titipan Bapak." Ucap Pak Muklis padaku sembari menyerahkan plastik berisi cendol yang dibawakan Mas Darma untukku.

"Mas Darma kemana Pak? Sudah pulang?" Aku bertanya sambil celingukan mencari Mas Darma, karena kulihat di dalam pos keamanan hanya ada Budi yang tengah makan malam, sementara pintu pagar juga sudah tertutup.

"Baru saja keluar, Bu." Jawab Pak Muklis yang terlihat bingung.

Dengan buru-buru aku segera berjalan cepat kearah pagar. Pak Muklis mendahuluiku, sepertinya ia menyadari bahwa aku ingin bertemu dengan Mas Darma. Pria paruh baya itu membantu membukakan pintu pagar untukku.

"Mas!" Aku memanggil Mas Darma.

Lelaki itu membelakangi ku, dia tengah duduk diatas motornya, satu tangannya memegang sebatang rokok yang menyala, ia juga sudah mengenakan helm di kepalanya. Aku rasa ia belum pergi karena ingin menghabiskan rokoknya terlebih dahulu.

"Ne?" Mas Darma menoleh, ia terkejut melihatku dan buru-buru turun dari motor dan mematikan rokok ditangannya.

"Mau kemana kamu?" Tanyaku padanya dengan mata menyipit curiga.

"Pulang?" Jawab Mas Darma dengan ragu.

Aku tersenyum menatapnya.

Ia semakin terlihat bingung dengan perubahan ekspresiku yang sangat tiba-tiba.

Pada akhirnya ekspresi kebingungan di wajah Mas Darma, digantikan oleh seulas senyuman yang menurutku sangat manis. Ia berjalan mendekat, memutus jarak diantara kami.

Satu tangannya terangkat untuk menyentuk puncak kepalaku. Di elusnya dengan lembut rambutku.

"Maaf ya Ne semalam saya tidak bisa memenuhi ngidam kamu. Saya sudah cari kemana-mana, Ne."

"Iya Mas." Aku mendongak untuk menatapnya.

"Jangan marah lagi." Kini satu tangan Mas Darma yang bebas mencubit pipiku dengan gemas, sama seperti yang ku lakukan tadi pada Awan.

Aku segera menepuk tangannya itu agar menyingkir dari pipiku. Namun Mas Darma terlihat semakin gemas, ia malah tertawa saat melihatku mulai kesal.

Baru saja aku berencana untuk mencubitnya, tapi ponsel yang sejak tadi ku genggam berbunyi. Aku melirik layar ponselku.

Ayu. Tumben sekali iparku itu menghubungiku. Ada apa? Aku penasaran.

Mas Darma yang juga sempat melirik layar ponselku tiba-tiba melepaskan cubitannya pada pipiku, ia ikut diam dan mendengarkan saat aku memutuskan menjawab panggilan Ayu.

"Mas Darma ada disitu?! Tolong kasih tau ke Mas Darma datang ke rumah sakit sekarang juga! Mbak Rumi dan anak-anaknya minum racun dan sekarang dibawa ke rumah sakit! Nomor aku di blok Mas Darma, tolong sampaikan. Suruh langsung ke RSUD!"

Tidak ada sopan santun, basa basinya si Ayu ini. Aku pun belum sempat menjawab apapun, namun panggilan sudah di putus.

Aku melihat kearah Mas Darma yang ku yakin mendengar ucapan Ayu tadi.

"Bukan urusan saya." Jawabnya santai.

"Yakin??" Tanyaku memastikan.

"Yakin." Tegasnya.

Sengaja ku tatap kedua matanya cukup lama. Aku ingin mencari keraguan, dan kekhawatiran di sana, namun tak ku temukan.

"Boleh ketemu anak-anak nggak Ne?" Tanya Mas Darma memecah keheningan diantara kami.

****

Hay hay pembacaku tersayang,
Untuk hari ini author kasih harga promo untuk PDF lama yang ready...

Untuk harga promonya :

Beli 1 pdf 15k
Beli 5 pdf harga 50k
Beli 15 pdf harga 100k

Ini untuk PDf yang ready dan berlaku promonya yaa :
True love
The beauty one
The beauty one 2
Natasha
The star
Ex wife
Eternal love
Hira atmojo
Jennifer's wedding
Back to evil
My possessive girlfriend
Great life
Mr. Duda
Aruna
Truely madly in love
The scandal
Fake love
Istri Kedua Ben
Forever Yours
My Hani Honey
Liliana
My lovely livi
Hope
Nyonya besar
My Honey Hani 2
Dalang dibalik duka
Hope 2
Viviane
Your Favorite Mistress
Wanita Kedua
Dunia Dita
Terjebak di Rumah Mertua
Life After rujuk
Lika Liku Luka
Step Mother

Jika berminat bisa langsung chat author ke 082286282870.. XOXO

Wanita KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang