"Darma masih belum Lo kasih tau soal kehamilan Lo ini?" Gunawan bertanya padaku.
Sebenarnya ia tidak perlu lagi bertanya karena saat ini aku masih memintanya untuk menemaniku memeriksakan kandunganku, bukannya Mas Darma.
"Masih. Gue bingung gimana cara bilangnya ke Mas Darma."
Gun berdecak kesal.
"Tinggal Lo bilang aja, 'Mas, aku hamil'. Apa susahnya sih Yang Mulia Adine Farra!" Pria itu terdengar geram.
Kini aku yang berdecak padanya.
"Bukan gitu! Kalau gue bilang, pasti dia langsung buru-buru maksa nikah--"
"Terus masalahnya apa kalau dia ngajak Lo nikah?!" Gun memotong ucapanku, keningnya terlihat berkerut saat menatapku.
Aku mencebik kearah Gun.
"Gue mau nyiksa Mas Darma lebih lama lagi! Gue mau dia berusaha lebih lama lagi!"
Gun hanya bisa menggelengkan kepalanya saat mendengar ucapanku.
"Mau sampai kapan? Mau sampai perut Lo besar? Mau sampai anak Lo lahir?"
"Cerewet banget sih Lo Gun!" Omel Ku padanya.
"Ck, gue cuma nyaranin. Cepat-cepat deh Lo kasih tau dia, jangan nunggu perut Lo gede dulu. Nanti yang ada dia malah ngamuk."
"Iya-iya!" Ujarku akhirnya.
"Oh iya, minggu depan gue berangkat ke Pekanbaru." Ucap Gun, kini pandangannya kembali lurus kearah jalanan yang cukup padat sore ini.
"Ngapain?" Tanyaku sedikit heran.
"Gue mau ketemu orang tua Citra, mau gue nikahin dia."
Saat mendengar ucapan Gun, sontak aku tersedak ludahku sendiri. Ini betul-betul berita mengejutkan yang ku dengar darinya.
"Citra?? Citra?! Asisten pribadi Viviane?! Loh kok gue nggak tau Lo dekat sama dia?!" Aku jelas terkejut.
Pria itu menoleh kearah ku sambil tersenyum lebar.
"Ini gue kasih tau ke Lo, Din." Ucapnya santai.
Gun benar-benar bisa membuatku melongo, tercengang dan tidak habis pikir dengan keputusannya yang mendadak ini.
"Gue mau benar-benar sembuh, dan gue rasa Citra bisa bantu buat gue sembuh."
*
Sekembalinya aku dari memeriksakan kandungan, aku menemukan Mas Darma sedang bermain bersama anak-anak.
"Darimana kamu?" Tanyanya padaku dengan raut wajah yang sulit untuk aku deskripsikan. Kesal? Marah?
"Keluar bentar sama Gunawan." Jawabku santai sembari mencium pipi Gema dan Awan bergantian.
"Kemana?" Tanyanya lagi masih dengan raut wajah masam, ia juga menatapku tajam.
Aku tidak menjawabnya, hanya melemparkan lirikan yang menyuruhnya untuk menjaga sikap di depan anak-anak yang mulai memperhatikan interaksi kami.
"Gema sama Awan sudah makan malam?" Aku bertanya pada kedua anakku.
"Udah Mama, tadi Papa bawain sate, enak." Awan menjawab.
Aku mengelus kepala Awan sembari tersenyum.
"Mama keatas dulu ya ganti baju." Ucapku pada mereka.
"Oke Mama!" Gema dan Awan bersahutan.
Saat melangkah meninggalkan ruangan, aku menyadari tatapan tajam Mas Darma terus mengikuti langkah ku.
Karena merasa tubuhku sedikit lengket, aku memutuskan untuk mandi. Akhir-akhir ini aku memang merasa mudah sekali berkeringat, bahkan saat aku berada di ruangan dengan pendingin udara yang menyala pun aku bisa dengan mudahnya berkeringat, dan aku tidak suka akan hal tersebut. Aku tidak bisa tidur jika badanku terasa lengket dan kurang bersih.
Aku yakin ini juga bagian dari kehamilanku, sama seperti dulu saat aku mengandung Gema. Bahkan dulu dalam sehari aku bisa beberapa kali mandi karena tidak tahan dengan keringatku sendiri.
Karena hari sudah malam, aku memilih untuk tidak berlama-lama di dalam kamar mandi. Sehabis mandi dan menggunakan lotion, aku segera keluar.
Jantungku hampir saja copot saat menemukan Mas Darma berdiri di dekat jendela, tubuhnya menghadap kearah pintu kamar mandi, ia bersedekap sambil menatapku tajam. Kurasa ia sudah berdiri disana sejak tadi, dan dia sudah pasti menungguku.
"Ngapain kamu di--"
"Kemana kamu sama Gunawan?" Potongnya langsung.
"Pergi.., tadi pergi jalan-jalan aja sebentar, mas." Jawabku berusaha untuk menghindar.
"Kemana?" Ia terus bertanya, seperti tidak puas dengan jawabanku.
"Makan, kami pergi makan." Jawabku sedikit gugup sambil melangkah kearah walk in closet untuk mengambil dan mengenakan pakaianku.
Ku pikir Mas Darma tidak mengikuti ku kedalam walk in closet karena ketika aku menoleh ia tidak ada di belakangku.
Mungkin ia sudah puas dengan jawabanku tadi, dan dia tidak mungkin menyusul ku kedalam sini saat tau aku hendak berpakaian.
Sejak aku mengetahui kehamilanku, aku memang kerap menghindari Mas Darma, ia juga sudah jarang menginap. Tidak mungkin ku biarkan lagi ia menginap saat perutku mulai terlihat tidak lagi rata.
Pria itu juga sepertinya sadar bahwa akhir-akhir ini aku kerap mengusirnya jika ia terlalu lama berada di rumah ini, aku tidak membiarkan dia memiliki alasan untuk menginap lagi.
Sekali lagi aku menoleh ke arah ambang pintu, untuk benar-benar memastikan bahwa pria itu tidak mengikuti ku. Benar saja, tidak ada siapapun.
Ku lepaskan jubah mandi ku yang tebal dan hangat itu. Kulit dan tubuhku kini terekspos saat aku mulai mengenakan pakaian dalamku.
Sempat ku sentuh perutku yang mulai bergelombang halus, belum terlalu besar namun perbedaannya sudah mulai terlihat.
"Bisa tidak kamu berhenti bertemu dengan Gu--" Terjadi jeda, "KAMU HAMIL NE??!!"
Itu suara Mas Darma.
Aku yang tengah berdiri menyamping tidak jauh dari ambang pintu ruangan walk in closet itu segera menoleh dan menemukan Mas Darma berdiri sembari memelototi perutku yang tadi sempat ku elus.
Dengan susah payah aku menelan air liurku.
****
Hay hay pembacaku tersayang,
Untuk hari ini author kasih harga promo untuk PDF lama yang ready...Untuk harga promonya :
Beli 1 pdf 15k
Beli 5 pdf harga 50k
Beli 15 pdf harga 100kIni untuk PDf yang ready dan berlaku promonya yaa :
True love
The beauty one
The beauty one 2
Natasha
The star
Ex wife
Eternal love
Hira atmojo
Jennifer's wedding
Back to evil
My possessive girlfriend
Great life
Mr. Duda
Aruna
Truely madly in love
The scandal
Fake love
Istri Kedua Ben
Forever Yours
My Hani Honey
Liliana
My lovely livi
Hope
Nyonya besar
My Honey Hani 2
Dalang dibalik duka
Hope 2
Viviane
Your Favorite Mistress
Wanita Kedua
Dunia Dita
Terjebak di Rumah Mertua
Life After rujuk
Lika Liku Luka
Step MotherJika berminat bisa langsung chat author ke 082286282870.. XOXO
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanita Kedua
RomanceAdine Farra memilih bercerai saat menyadari bahwa ia menjadi wanita kedua, pilihan terakhir dari sang suami. Ia lebih memilih menghancurkan pernikahan yang sudah sepuluh tahun terakhir ini dijalaninya setelah tau bahwa sang suami tidak pernah bisa s...