Tadinya aku tidak mau ikut dengan Mas Darma ke rumah orang tuanya. Bukan karena bermasalah dengan kedua mantan mertuaku itu, hanya saja aku malas jika harus bertemu dengan Ayu disana ataupun dengan Rumi nantinya.
Aku sudah tau mengenai acara pesta ulang tahun Anne yang akan diadakan disana. Rani dan Ibu sudah berulang kali menghubungiku dan memintaku untuk datang bersama anak-anak.
Awalnya aku mengatakan anak-anak saja yang akan datang bersama Mas Darma. Ibu dan Rani jelas kecewa mendengar hal tersebut, tapi aku belum bisa untuk datang kesana karena jujur saja masih kesal dengan Ayu.
Aku juga sudah mewanti-wanti Mas Darma untuk menjaga anak-anak. Jika sampai anak-anakku menangis lagi dibuat oleh adik iparnya, aku mengancam akan membuat Gema dan Awan membencinya.
Tapi siang ini aku dipaksa Mas Darma untuk ikut datang bersamanya. Aku menolak, dengan banyak alasan. Dan semua alasan yang aku utarakan ditolak mentah-mentah oleh Mas Darma.
Pria itu dengan gigih memaksaku untuk pergi bersamanya. Aku akhirnya menyerah pada paksaan itu.
Mas Darma bilang anak-anak sudah berada di rumah Ibu dan Bapak bersama Rani dan keluarganya. Aku sempat bertanya apakah mereka aman disana, takut jika Ayu kembali mengganggu dengan ucapannya yang aneh-aneh.
"Rio dan keluarganya sudah pindah ke rumah orang tua Ayu. Sudah tidak tinggal di rumah ibu lagi." Jawaban dari Mas Darma cukup mengagetkanku.
"Mereka pindah Mas? Sejak kapan?" Tanyaku.
"Nggak lama setelah kejadian Ayu ngomong sama Gema dan Awan itu."
Aku hanya menanggapi jawaban Mas Darma dengan ber-oh saja. Sambil melanjutkan merias wajahku dengan make up tipis.
Mas Darma sudah siap berpakaian dan tengah menungguku sembari duduk di pinggir ranjang. Ia terus memperhatikan apapun yang sedang aku lakukan.
"Ne, kamu mau tidak menikah lagi dengan saya? Ayo kita rujuk, Ne."
Aku menoleh, menatapnya lama.
"Begini aja dulu Mas." Jawabku sembari mengalihkan perhatianku kembali pada cermin.
"Kita sudah terlalu jauh begini, Ne. Sebaiknya kita menikah lagi, nanti kalau kamu hamil bagaimana?"
"Kalau aku tidak hamil gimana?" Aku balik bertanya padanya tanpa mengalihkan perhatian dari arah cermin.
"Mau sampai kapan begini, Ne?"
"Sampai kamu benar-benar bisa menyingkirkan Rumi dari kehidupan kamu." Senyumku memantul dari cermin, Mas Darma menatapku dengan tatapan putus asa.
*
Kedua orang tua Mas Darma terlihat sangat senang sekali saat aku datang ke rumah mereka, terlebih ketika melihat aku dan Mas Darma datang bersama.
Begitupun dengan Rani dan sang suami yang tersenyum-senyum sembari melirikku dan Mas Darma bergantian.
Anak-anak sudah berada disama bersama Anne, mereka terlihat senang merayakan ulang tahun Anne dan berbaur dengan anak-anak para tetangga disekitar kediaman orang tua Mas Darma yang diundang di acara tersebut.
Rani memutuskan mengadakan acara disini memang karena banyak anak kecil di sekitaran sini dan rumah orang tua Mas Darma yang cukup besar dibanding kediamannya.
Anne juga mengundang beberapa teman sekelasnya untuk ikut merayakan ulang tahunnya. Kediaman orang tua Mas Darma ramai, riuh oleh suara tawa anak-anak saat seorang pesulap mulai menampilkan trik sulapnya yang menghibur.
Aku menghadiahkan sebuah Ipad baru untuk Anne, sementara Gema dan Awan memberikan sebuah sepatu yang sempat aku pesan dari seorang teman yang kemarin berlibur ke Milan. Senang sekali melihat keponakanku itu bahagia di hari ulang tahunnya.
Ditengah acara, aku melihat Rumi datang bersama Rio dan anak-anak mereka, tapi aku tidak melihat Ayu datang.
Mas Darma sepertinya juga melihat kedatangan Rumi, pria itu segera mendekati Awan dan menggendong anaknya. Aku tau kenapa dia melakukannya, karena pada saat yang bersamaan anak-anak Rumi berjalan menghampiri Mas Darma.
Aku memperhatikan dari sisi lain ruangan, pandangan kami sempat beradu, aku menyunggingkan senyum mencemooh saat melihat kedua anak Rumi yang berusaha menarik perhatian Mas Darma.
Aku memutuskan untuk meninggalkan ruangan dan berjalan kearah dapur yang untungnya sudah sepi karena semua orang berkumpul di ruang depan untuk menyaksikan pertunjukan sulap.
Pintu yang ada di dekat dapur terbuka, aku keluar dan berdiri di dekat dinding yang menghadap kearah jemuran pakaian yang kosong. Ku keluarkan sebatang rokok serta pemantik api dari dalam tas tanganku.
Saat tengah asik menikmati rokok di tanganku, aku dikejutkan oleh kemunculan Mas Darma dari arah pintu.
"Ngapain kamu disini sendirian?" Tanyanya.
Aku mengacungkan rokok yang ada di tanganku kearahnya. Bukannya pergi dan meninggalkanku sendirian, Mas Darma malah menarik rokok di tanganku dan ikut menghisapnya.
Kami berdua lagi-lagi bergantian menghisap rokok tersebut.
"Mas?"
Seseorang masuk ke dapur dan melangkah mendekati Mas Darma. Untungnya aku berada di balik tembok dan tertutup oleh tubuh tinggi Mas Darma yang menghalangi pintu.
Itu sudah pasti Rumi!
"Kenapa?" Mas Darma berbalik dengan rokok yang masih ada ditangannya.
"Semalam kamu tidur dimana? Kamu bohong ya sama aku? Kamu bilang semalam waktu aku telpon ada di rumah, tapi kenapa ada suara perempuan waktu aku telepon?" Rumi bertanya pada Mas Darma dengan nada bicara sedikit merengek, ia sepertinya sedang kesal, namun tidak ingin kekesalan dan amarahnya terlihat oleh Mas Darma.
"Saya memang di rumah." Mas Darma menjawab singkat sambil menghisap rokok ditangannya.
"Di Rumah siapa Mas? Kamu punya wanita simpanan ya? Kamu tidur sama siapa semalam mas?" Kini Rumi terdengar sangat penasaran dan tidak lagi bisa menyembunyikan kekesalannya.
Aku menyimak percakapan antara keduanya sambil tersenyum miring, menggelikan sekali si Rumi ini, benar-benar sungguh menggelikan.
Karena Mas Darma tidak menjawab pertanyaannya, suasana sempat hening hingga akhirnya Rumi kembali buka suara.
"Nanti malam anak-anak aku titipin ke rumah Mama, kalau kamu nggak sibuk, kamu bisa datang ke rumah dan nginap disana Mas."
Aku tidak lagi bisa menahan rasa geli di perutku, tawaku lepas.
"Tawaran bagus itu Mas, kamu mau dijamu tuh di rumah Mbak Rumi. Terima saja, jadi kamu nggak perlu datang ke rumah ku lagi, aku capek kalau tiap malam mesti nurutin nafsu kamu terus." Ucapku sambil melangkah keluar dari persembunyianku.
Tidak lupa ketika mengatakan itu, aku menepuk sisi lengan Mas Darma sambil mengedipkan mata untuk menggoda sekaligus mengejek pria itu.
Rumi tentunya terkejut ketika menyadari bahwa sedari tadi aku berada disana mendengar percakapan mereka. Dan wanita itu pasti lebih terkejut lagi saat menyadari apa maksud dari kalimatku barusan.
****
Hay hay pembacaku tersayang,
Untuk hari ini author kasih harga promo untuk PDF lama yang ready...Untuk harga promonya :
Beli 1 pdf 15k
Beli 5 pdf harga 50k
Beli 15 pdf harga 100kIni untuk PDf yang ready dan berlaku promonya yaa :
True love
The beauty one
The beauty one 2
Natasha
The star
Ex wife
Eternal love
Hira atmojo
Jennifer's wedding
Back to evil
My possessive girlfriend
Great life
Mr. Duda
Aruna
Truely madly in love
The scandal
Fake love
Istri Kedua Ben
Forever Yours
My Hani Honey
Liliana
My lovely livi
Hope
Nyonya besar
My Honey Hani 2
Dalang dibalik duka
Hope 2
Viviane
Your Favorite Mistress
Wanita Kedua
Dunia Dita
Terjebak di Rumah Mertua
Life After rujuk
Lika Liku Luka
Step MotherJika berminat bisa langsung chat author ke 082286282870.. XOXO
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanita Kedua
RomanceAdine Farra memilih bercerai saat menyadari bahwa ia menjadi wanita kedua, pilihan terakhir dari sang suami. Ia lebih memilih menghancurkan pernikahan yang sudah sepuluh tahun terakhir ini dijalaninya setelah tau bahwa sang suami tidak pernah bisa s...