27

20.2K 1.2K 80
                                    

Hari ini adalah hari ulang tahun Mas Darma. Anak-anak sudah heboh dari beberapa hari yang lalu, mereka sibuk memikirkan hadiah apa yang akan mereka berikan untuk Mas Darma.

Aku sempatkan membawa anak-anak ke salah satu Mall untuk memilih dan membeli hadiah yang akan mereka berikan pada Mas Darma.

Gema dan Awan sudah bersepakat untuk membelikan sang ayah sepatu baru, sebagai orang yang membayar pilihan mereka, aku setuju-setuju saja.

Sementara aku memilih untuk membelikan Mas Darma sebuah jam tangan mewah yang ku rasa sangat cocok jika dikenakan olehnya.

Malam ini rencananya Mas Darma akan mengajak kami makan malam bersama untuk merayakan ulang tahunnya. Hanya kami berempat, aku, dia dan anak-anak.

Ritual makan malam di hari ulang tahun memang sudah sejak lama kami lakukan. Bahkan dulu saat tengah dalam proses perceraian dan setelah bercerai pun kami tetap melakukan ritual tersebut. Walaupun saat itu sebenarnya hatiku tengah kacau dan sedikit enggan untuk bertemu dengan Mas Darma, tapi tetap aku lakukan agar anak-anak tidak kehilangan momen di hari spesialnya. Semua harus terlihat baik-baik saja didepan anak-anak. Hubungan kami harus baik untuk menjaga perasaan mereka.

Selain membeli kado, anak-anak juga memintaku memesankan kue ulang tahun untuk ayah mereka, tentunya hal tersebut juga ku turuti.

Sekitar jam tujuh malam aku dan anak-anak menjemput Mas Darma di asrama. Sebenarnya Mas Darma tadi sudah akan berangkat, namun tiba-tiba hujan deras dan aku kasihan jika dia harus berkendara dengan sepeda motornya dalam cuaca seperti ini. Jadi, aku memutuskan untuk menjemputnya saja.

Ini kali pertama aku menginjakkan kaki ke tempat ini lagi setelah resmi bercerai dari Mas Darma.

Jujur saja aku sedikit canggung saat harus melapor di pos penjagaan guna meminta izin untuk masuk menjemput Mas Darma.

Tapi ya sudahlah, ku singkirkan segala kecanggungan itu karena aku rasa tidak lama lagi aku akan segera kembali kesini.

Benar, aku rasa sepertinya akan menerima ajakan Mas Darma untuk rujuk.

Sebenarnya aku ingin menolak dan membuatnya tersiksa lebih lama lagi. Namun sayangnya aku tidak bisa melakukan hal tersebut lebih lama lagi karena aku mendapati diriku tengah berbadan dua.

Empat minggu sudah usia kandunganku saat ini. Aku sudah memeriksanya tadi pagi. Suatu hal yang tidak lagi mengejutkanku. Tapi  sebenarnya juga tidak menyangka bisa secepat ini jadinya.

Aku belum memberitahu Mas Darma mengenai kehamilanku ini karena dia, pria itu masih belum benar-benar menyelesaikan urusannya dengan Rumi.

Terakhir kali kami membahas tentang Rumi adalah minggu lalu, ketika ia datang karena aku mengabaikannya. Lalu keesokan malamnya ia mengajakku keluar berdua dan bicara panjang lebar tentang keengganannya untuk menemui Rumi seorang diri. Takut jika nanti salah bicara ataupun aku yang tidak percaya jika Mas Darma mengatakan telah menemui Rumi dan menyelesaikan semuanya.

Ia sempat mengajakku untuk menemui Rumi berdua dan bicara dengan wanita itu. Tapi aku juga menolak karena jujur saja aku malas melihat wajah wanita itu.

Namun Mas Darma berkata dengan sungguh-sungguh bahwa dia tidak lagi menjawab panggilan Rumi atau anak-anaknya. Ia sudah berusaha memutus komunikasi wanita itu, namun sepertinya Rumi yang enggan pergi jauh dari hidup Mas Darma.

Saat komunikasinya diputus oleh Mas Darma, wanita itu menggunakan Ayu untuk mengganggu Mas Darma. Dua kakak beradik itu benar-benar menjadi duri dalam kehidupan Mas Darma.

Beberapa hari ini saat Mas Darma datang berkunjung ke rumahku, pria itu sempat menunjukkan beberapa pesan yang dikirimkan oleh Ayu padanya. Isi pesan Ayu tentu saja menanyakan mengapa Mas Darma mengabaikan Rumi dan anak-anaknya, serta Ayu yang juga mengatakan bahwa anak-anak Rumi sangat ingin bertemu dengan Mas Darma dan meminta pria itu datang ke rumah si wanita ular.

Apa aku harus benar-benar menemui Rumi bersama dengan Mas Darma? Apa perlu sejauh itu? Apa perlu aku melemparkan kabar mengejutkan mengenai kehamilanku di depan muka wanita itu? Mungkin patut untuk dicoba.

*

Aku melirik kearah ponsel Mas Darma yang diletakkan diatas meja, benda itu terus bergetar sejak tadi.

Nama Ayu dan sebuah nomor baru terus muncul di layarnya. Beberapa pesan juga beruntun masuk tanpa dipedulikan oleh Mas Darma.

Malah aku yang geram melihatnya, aku ingin sekali menjawab panggilan tersebut, namun sayangnya ada anak-anak disini.

"Angkat aja Mas." Ucapku pelan.

Mas Darma melirikku lalu menggeleng.

"Mana tau penting." Ucapku lagi.

Terlihat Mas Darma diam sejenak, mungkin tengah menimbang untuk mengangkat panggilan tersebut.

Sebenarnya di Satu sisi aku ingin Mas Darma mengabaikan panggilan tersebut, namun disisi lain juga mengharapkan Mas Darma menjawab telepon itu karena penasaran apa yang membuat si penelpon terus menerus menghubungi Mas Darma.

Aku pikir Mas Darma akan beranjak dari tempat duduknya ketika akhirnya memutuskan untuk mengangkat telepon tersebut. Namun nyatanya pria itu tetap berada di tempatnya.

Ia sepertinya tidak butuh privasi, hingga membiarkan aku bisa mendengar apa yang di ucapkan oleh si penelpon.

"Mas Darma? Mas? Kok susah betul sih dihubungi. Mas lagi dimana? Ini mbak Rumi dan anak-anak nyariin Mas. Mereka mau ngucapin selamat ulang tahun, sekalian nungguin Mas Darma ngajak makan malam. Kapan datang ke rumah Mbak Rumi, mas?"

Bisa kudengar sayup suara Ayu diujung sana.

"Saya tidak bisa, saya sedang makan di luar dengan anak-anak saya." Jawab Mas Darma, tatapannya lurus tertuju pada Gema dan Awan yang tengah asik menyantap makanan, sembari menertawakan sesuatu di ponsel keduanya.

"Duh Mas, kasihan Mbak Rumi dan anak-anak sudah nungguin. Mereka kepengen ketemu Mas. Mas sih nggak angkat-angkat telfon mbak Rumi. Kasihan nanti mereka kecewa, Mas."

"Saya tidak bisa. Sudah ya, Yu. Saya sedang bersama anak-anak dan Adine."

Sempat tidak terdengar suara dari seberang sana.

"Mas?! Ini aku Rumi! Mas sama Adine juga?!"

Aku bisa mendengar suara Rumi yang terdengar sedikit histeris.

"Iya." Jawab Mas Darma singkat.

"Kamu beneran mau rujuk sama dia?!! Terus aku sama anak-anak gimana Mas?!!" Pekik Rumi diujung sana yang membuatku hampir saja tertawa.

"Kalau kamu rujuk sama Adine, aku bunuh diri aja Mas!! Biar aku mati aja sama anak-anakku!!"

Lalu panggilan tiba-tiba terputus.

****

Hay hay pembacaku tersayang,
Untuk hari ini author kasih harga promo untuk PDF lama yang ready...

Untuk harga promonya :

Beli 1 pdf 15k
Beli 5 pdf harga 50k
Beli 15 pdf harga 100k

Ini untuk PDf yang ready dan berlaku promonya yaa :
True love
The beauty one
The beauty one 2
Natasha
The star
Ex wife
Eternal love
Hira atmojo
Jennifer's wedding
Back to evil
My possessive girlfriend
Great life
Mr. Duda
Aruna
Truely madly in love
The scandal
Fake love
Istri Kedua Ben
Forever Yours
My Hani Honey
Liliana
My lovely livi
Hope
Nyonya besar
My Honey Hani 2
Dalang dibalik duka
Hope 2
Viviane
Your Favorite Mistress
Wanita Kedua
Dunia Dita
Terjebak di Rumah Mertua
Life After rujuk
Lika Liku Luka
Step Mother

Jika berminat bisa langsung chat author ke 082286282870.. XOXO

Wanita KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang