Mas Darma marah padaku. Tentu saja karena aku merahasiakan kehamilanku padanya.
Semalam ia habis-habisan menginterogasi ku perihal kehamilan ini. Seluruh pertanyaan diajukannya, awalnya aku masih bersikukuh untuk menyangkal dan ingin membohonginya.
Namun ini Mas Darma, ia bukan orang yang senang bernegosiasi jika sedang dalam mode serius, ia juga bukan tipe orang yang akan membiarkan targetnya lepas jika sedang menginginkan jawaban yang sebenar-benarnya. Ia terus menekan ku hingga mau tidak mau aku harus jujur padanya.
"Siapa saja yang tau?!" Tanyanya kala itu dengan wajah tegang dan rahang yang mengeras. Tatapannya penuh akan amarah padaku, aku merasa tersudut.
"Cuma Gun." Jawabku dengan suara sedikit tercekat.
"Sialan kamu, Ne!! Itu anak saya! Kenapa harus si Gunawan yang tau lebih dulu!!" Ia sangat marah.
"Kenapa kamu harus melakukan ini Ne?! Saya berhak tau, Ne! Itu anak saya, darah daging saya!"
"Saya tau kamu benci saya, Ne. Tapi cara kamu keterlaluan, Ne!!"
"Sampai kapan kamu mau menyembunyikan kehamilan kamu?! Sampai anak itu lahir?! Iya, Ne?!! Sebenci itu kamu ke saya, Ne?!"
Aku diam saja saat dia terus memarahiku sambil terus bertanya tentang banyak hal.
Mas Darma juga ingin tau siapa dokter yang menangani ku, dan protes saat tau bahwa dokter kandungan yang ku pilih adalah seorang laki-laki. Ia segera memintaku mengganti dokter kandungan, dan memerintahkan agar kembali pada dokter kandungan yang dulu menangani ku saat hamil Gema dan Awan.
Aku awalnya menolak, namun Mas Darma memelototi ku dengan tajam.
Semalam ia dengan seenaknya mengobrak-abrik lemari berkas ku dan mengambil beberapa dokumen yang akan ia gunakan untuk pengajuan kembali pernikahan kami. Bahkan kartu identitas, kartu keluarga, salinan akta cerai dan beberapa dokumen lainnya ia bawa tanpa meminta persetujuanku terlebih dahulu.
Ia masih dalam keadaan kesal saat meninggalkan ku, sementara aku tidak bisa berkata apa-apa lagi karena malas untuk terus berdebat.
Dan siang harinya, secara mengejutkan Mas Darma datang menyambangi kantorku. Tanpa sepatah katapun ia langsung menarik tanganku untuk mengikutinya.
Aku tidak bisa menolak karena raut wajah Mas Darma yang masih terlihat sangat serius saat itu. Ia memaksaku masuk kedalam mobil dinasnya, lalu membawaku entah kemana.
Rasanya aku ingin terkejut saat menemukan bahwa tujuannya adalah kediaman Pakde ku, namun di dalam hati rasanya aku sudah menduga bahwa Mas Darma akan melakukan ini.
Kami bertemu dengan Pakde, Mas Darma yang lebih banyak bicara. Aku hanya diam mendengarkan saat Mas Darma meminta izin Pakde untuk kembali menikahi ku.
Ku pikir Pakde akan terkejut, namun nyatanya pria itu malah tertawa dan tersenyum-senyum ke arahku, beliau sepertinya sudah bisa menebak tujuan kami kesini.
Selain membawaku ke rumah Pakde, pria itu juga membawaku ke rumah orang tuanya. Dihadapan Ibu dan Bapak, Mas Darma mengatakan akan menikahi ku lagi setelah pemberkasan selesai. Persoalan mengenai kehamilanku memang tidak dibahas sama sekali oleh Mas Darma.
Kedua orang tua Mas Darma terlihat senang, mereka memelukku bergantian. Aku menangis saat Ibu memelukku lama, aku tidak bisa menyembunyikan rasa haruku.
"Kenapa kamu nangis? Masih nggak mau saya nikahi lagi?" Mas Darma bertanya ketika kami sudah berada di dalam mobil, saat ini kami akan meninggalkan kediaman orang tuanya.
Aku hanya meliriknya sekilas sembari membersit ingus di hidungku dengan dua lembar tisu.
"Jangan nangis lagi, Ne. Saya tau kamu masih enggan bersama saya lagi, tapi saya juga tidak mungkin membiarkan anak saya lahir dalam keadaan saya dan kamu yang tidak terikat pernikahan. Saya mau anak kita tetap menyandang nama saya, Ne."
"Tolong Ne, tolong jangan terus menolak saya. Kita harus menikah kembali. Saya bisa gila kalau terus begini, Ne!"
Aku masih diam saja. Mas Darma hanya bisa menghela nafas panjang karena aku tidak bersuara sama sekali.
Kami tengah dalam perjalanan kembali ke rumahku, suasana di dalam mobil hening. Mas Darma tengah berusaha fokus pada jalanan saat aku akhirnya buka suara.
"Aku nggak mau ada Rumi lagi diantara kita, Mas. Aku nggak mau ada wanita itu dalam pernikahan kita, aku mau kamu seutuhnya, tanpa ada yang kamu sembunyikan dari aku lagi. Aku nggak mau kamu berhubungan dengan dia dalam hal apapun, termasuk tentang anak-anaknya."
Pria itu sempat menoleh ke arahku sebentar, ia tidak langsung menjawab, namun tidak lama ia menepikan mobilnya di pinggir jalan yang cukup lengang.
"Ne, saya berjanji pada kamu bahwa saya tidak akan pernah lagi berhubungan dengan Rumi dalam hal apapun asalkan kamu mau kembali pada saya. Pegang janji saya, Ne. Tolong Ne, sekali ini tolong saya Ne. Tolong kembali pada saya, ayo menikah lagi, Ne. Saya mohon."
****
Hay hay pembacaku tersayang,
Untuk hari ini author kasih harga promo untuk PDF lama yang ready...Untuk harga promonya :
Beli 1 pdf 15k
Beli 5 pdf harga 50k
Beli 15 pdf harga 100kIni untuk PDf yang ready dan berlaku promonya yaa :
True love
The beauty one
The beauty one 2
Natasha
The star
Ex wife
Eternal love
Hira atmojo
Jennifer's wedding
Back to evil
My possessive girlfriend
Great life
Mr. Duda
Aruna
Truely madly in love
The scandal
Fake love
Istri Kedua Ben
Forever Yours
My Hani Honey
Liliana
My lovely livi
Hope
Nyonya besar
My Honey Hani 2
Dalang dibalik duka
Hope 2
Viviane
Your Favorite Mistress
Wanita Kedua
Dunia Dita
Terjebak di Rumah Mertua
Life After rujuk
Lika Liku Luka
Step MotherJika berminat bisa langsung chat author ke 082286282870.. XOXO
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanita Kedua
RomanceAdine Farra memilih bercerai saat menyadari bahwa ia menjadi wanita kedua, pilihan terakhir dari sang suami. Ia lebih memilih menghancurkan pernikahan yang sudah sepuluh tahun terakhir ini dijalaninya setelah tau bahwa sang suami tidak pernah bisa s...