13. Vanu, Vanu, dan Vanu

11.4K 988 28
                                    

Vote rek! Follow wajib komen tinggalkan jejak yang banyak nyampah juga gapapa kok

Happy Reading ✨

Hanya berleha-leha menghabiskan waktu di dalam markas, Vanu duduk menutup matanya mendongak ke atas, entah memikirkan apa.

"Psst, Bos ga belajar?" bisik Ical pada sang ketua.

"Udah pinter," jawab Vanu menidurkan kepalanya di meja panjang yang ada di hadapannya.

Kemudian Garda mendekat ke arah meja dan meletakkan tumpukan buku-buku di atas kepala Vanu.

"Dari Bos Dewata, kerjakan," titah Garda pada Vanu.

"Ck, ga usa dibanting di kepala gue juga begeng!"

Garda menggedikkan bahunya tak peduli.

"Gue jadi pengen kuliah juga, inpo sugar Daddy dong, Bos," celetuk Ical membolak-balikan buku pelajaran Vanu.

Vanu terdiam sejenak, lalu melirik ke arah Garda yang tengah duduk di hadapan mereka berdua. Sedangkan Pupuy dan Baban sedang bermain domino di pojok ruangan.

Tangan Vanu bergerak merangkul pundak sempit milik Ical.

"Itu noh, sama-sama anak buah kayak lo, tapi fulusnya si Garda lumayan bisa buat lo kuliah sampe botak putih rambut lo. Cuma modal nungging aja kok. Gue dukung nanti," bisik Vanu memberi saran kesesatan pada Ical.

Ical memiringkan kepalanya bingung. Detik kesembilan dia menepuk tangannya sendiri mulai paham.

"Bener juga yak! Tapi, kalo Om itu ga demen sama gue gimana?" tanya Ical polos, masih dengan suara kecil.

"Udah kepincut dia sama lo. Lo juga ga burik-burik amat kok, masih keliatan lucu ala boti gemes-gemes gitu," balas Vanu menangkup kedua pipi gembil milik Ical.

Ical terlihat bimbang, namun sepakat dengan bisikan setan dari Bosnya sendiri. Membuat dia memikirkannya lebih lanjut.

Sedangkan Garda hanya duduk terdiam tak menampilkan ekspresi apapun, meski ia mendengar semua percakapan Vanu dan Ical yang ada di seberangnya.

___________________

Dari balik sunglass yang bertengger di pangkal hidung pria eksotis itu. Terdapat sorot mata kosong menatap kedua pekerjanya yang tengah menagih hutang ke salah satu rumah.

"Maaf, Bos. Bapak Susanto tidak ada di rumahnya," lapor salah satu anak buah Dewata.

"Hm," balas Dewata dengan nada lesu.

Kedua anak buah Dewata saling memandang satu sama lain keheranan. Tak biasanya Bosnya itu berlagak seperti tidak punya semangat hidup.

Dengan gontai Dewata kembali menuju mobilnya sendiri. Setelah masuk ke dalam mobil, ia melajukan kendaraannya meninggalkan kedua bawahannya yang masih mematung di depan rumah Bapak Susanto.

"Lah, kita ditinggal?" celetuk salah satu anak buah Dewata.

"Mungkin Bos sedang ada masalah, soal cinta misalnya," balas bawahan yang satu lagi.

Sementara itu, Dewata masih setia pada helaan napas lelahnya di dalam mobil. Melintasi jalanan penuh asap, debu dan limbah masyarakat, ia meratapi nasibnya.

Harta Tahta Dewata [END] ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang