(S2) 6. Benci

7.9K 513 13
                                    

Vote Rek! Wajib follow
Komen dan tinggalkan jejak yang banyak, nyampah juga gapapa kok😁

Happy Reading ✨




Vanu mengerjapkan matanya yang lengket karena air matanya yang mengering. Dirinya sedikit tersentak ketika kesadarannya terkumpul 100 persen.

"Ahsstt!" desah Vanu merasakan sesuatu yang mengganjal di dalam cincin selangkangannya.

Sontak ia lekas menoleh kebelakang. Terlihat, sosok Dewata yang kini memeluknya dari belakang tanpa mengeluarkan batang asetnya yang setia tertanam di lubang kenikmatan Vanu.

Dewata mendengkur keras ala bapak-bapak, sesekali dirinya mengigau menyebut nama 'Vanu' dan kata 'menggemaskan' berulang kali.

Vanu lekas menghempaskan tangan Dewata yang melingkar di perut serta lehernya. Tak lupa benda panjang dan gemuk yang menyumpal lubang pantatnya.

Beberapa detik, Vanu duduk sembari menatap wajah Dewata yang sangat berisik ketika mengeluarkan suara dengkurannya. Lalu, menelisik kondisi tubuhnya yang basah akibat peluh dan cairan mencurigakan, bahkan sprei kasur mereka terlihat berantakan, kusut, serta cairan yang begitu banyak merembes sampai ke dalam kasur.

"Apa yang terjadi?" tanya Vanu yang masih memproses keadaan.

Daksanya penuh bercak merah, pinggangnya teramat sakit bagaikan terlindas traktor, tak lupa dengan selangkangannya yang terus mengalirkan cairan yang sama dengan cairan di sekelilingnya. Perih, lelah, harus, panas, pusing, sakit, pegal, mual, dan masih banyak lagi yang Vanu rasakan saat ini.

Masih terbengong menatap tembok, Vanu menggaruk lehernya dan kembali mengingat potongan memori saat dirinya mabuk kemarin.

Detik ketiga, Vanu menutup wajahnya yang mendadak terebus hingga mengeluarkan asap.

"Asyuuu!! Gue ngapain sih bangkeee!! Aarrrggg!!" rancau Vanu sesaat seluruh ingatannya terkumpul kembali.

Dia kembali melirik ke arah Dewata, Vanu mendesis kesal dan malu yang tak terukur, tangannya bergerak mencubit kuat hidung besar Dewata melampiaskan rasa jengkelnya.

"Unggg!!" pekik Dewata mulai kehabisan napasnya.

"Mati lo bangst!!" murka Vanu justru mulai menimpuk wajah sang kekasih memakai bantal dan ditekan dengan kuat.

Pria eksotis itu meronta kesetanan, Dewata tak sengaja menghempaskan tubuh Vanu agar dapat melepaskan bantalnya yang nyaris menjadi barang bukti. Naas, kucing kesayangannya justru terjatuh dari kasur dengan tidak elit.

"Urrkk... Bajingan jancuuk...," ringis Vanu yang kini tersungkur di lantai seraya menggosok punggung yang semakin hancur itu.

"Va-Vanu?! Kamu ga papa?!" panik Dewata lekas turun dari kasur dan meraih tubuh Vanu, dibawanya ala gendongan tuan putri.

"Coookk!!! Lepasin janc00k!! Jangan pegang-pegang!!"

Vanu menggeliat dan berteriak kencang di gendongan kekasihnya, mendorong wajah Dewata kuat, hingga tubuhnya nyaris terjatuh kembali.

"Huss!! Diem!" sentak Dewata setelahnya ia menggigit salah satu tangan Vanu lumayan kencang.

"Aakk!! Sakit C0K!!"

Dewata hela napas berat, setelah Vanu mencakar wajahnya saat membalas gigitannya tadi, ia menidurkan Vanu di atas kasur dengan perlahan.

"Hah... Cepat sekali balik ke setelan awalnya," dengus Dewata dengan air muka penuh kekecewaan.

Harta Tahta Dewata [END] ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang