3: Fajar

225 25 0
                                    

🎶Buket bunga menjadi tanda
Betapa indah perangainya

Berjalan bersisian
Menelusuri kota

Berkendara sampai malam
Menunggu bulan mengantuk setelahnya

Bersinar
Tetap bersinar
Cemerlang 🎶

Itu lagu ketiga yang akan Salma rilis tahun ini. Ia baru menyelesaikan proses rekaman lagu di studio musik. Salma meletakkan headphone dan duduk di sofa. Merentangkan tangannya yang sedikit pegal.

Lagu baru itu judulnya FAJAR, akan diluncurkan pada tanggal 07 Maret nanti. Sebulan lagi, saat tunangannya berulang tahun yang ke - 29. Ia sengaja merahasiakan project ini dari Fajar, biar jadi suprise.

Salma ingin nama Fajar abadi dalam lagunya. Ia ingin nama kekasihnya selalu dibawa kemanapun ia menyanyi. Di Jakarta, di Surabaya, di Bandung, di Kamarnya, di manapun. Namanya melekat pada karyanya. Abadi.

Sejak akhir tahun lalu, Salma sudah sibuk menyiapkan bait demi bait lirik.  Merangkainya menjadi satu. Sebagai kado untuk pria yang senang mengantarnya pulang. Pria yang senang menjemputnya untuk jalan-jalan. Pria yang rajin sebulan sekali mengunjunginya di Kos sambil memasak sayur sederhana. Menemaninya beristirahat dari keriuhan jadwal manggung yang padat. Duduk berdua di sofa, rooftop Kos milik Salma.

Hari ini, tiga hari menjelang keberangkatan Fajar untuk turnamen ke luar negeri. Malam ini pula, Papah dan Mamah Salma akan makan malam dengan calon menantunya.

Fajar berpakaian rapi mengenakan kaos putih dengan bawahan celana hitam panjang. Awalnya Fajar berangkat memakai celana jeans dengan model sobek-sobek di lutut. Ketika sampai di Kos Salma, ia dimarahi habis-habisan. Katanya,

"Kamu itu mau ketemu Papah Mamah, masa kayak mau ngamen. Ganti ganti!," untungnya Fajar membawa celana lain sebagai gantinya. Kalau tidak? wassalam. Kejadian ini akan diungkit terus-terusan oleh Salma.

Fashion Fajar memang sering dikritik oleh tunangannya. Dia bilang,

"Kamu jaket warna-warni gitu, nggak modis, Yang"

Atau

"Kamu nggak usah pake baju ijo-ijo cerah gitu lah, pake putih aja cakep,"

Entah kenapa, semakin lama menjalin kasih dengan Salma. Rasanya bertambah cerewet pula mulut tunangannya itu. Semakin perhatian. Sepuluh bulan sudah mereka mengenal satu sama lain. Menjalin kasih dengan jarak yang terus-menerus menengahi. Tiga bulan belakangan, Fajar sibuk menjalani turnamen. Berpindah-pindah dari satu negera ke negera lain. Salma oun begitu, masih sibuk dengan jadwal off airnya. Tapi entah kenapa, waktu rasanya bergulir lebih cepat. Tak terasa hubungan mereka genap enam bulan. Setengah tahun lamanya, kalau cicilan motor itu sudah lunas tandanya.

Salma memakai tunik motif bunga-bunga dan memadukannya dengan jilbab coklat susu. Cantik, terlihat lebih feminim. Tapi masih dengan pilihan sneakers sebagai alas kaki. High heels? Sorry, enggak dulu.

Sejenak Salma memandang wajah tunangannya yang sedang menyetir. Seperti sedang mengintai buronan yang tak boleh lepas dari pandangan. Fajar menoleh, memastikan ia tidak melakukan kesalahan apapun. Berharap tidak ada debat berkepanjangan lagi. Tangan Salma meraih rambut rapi Fajar.

"Kamu harusnya dipakein jambul aja, Yang. Biar kerenan dikit. Ini kayak mau foto ktp aja gaya rambutnya,"

"Iya, besok-besok aku sewa kamu jadi stylish aku deh," ucap Fajar mengalah.

"Boleh, lima juta per jam!" ledek Salma dengan gaya tengilnya. Usil sekali dia, berkomentar dari ujung kaki sampai ujung rambut kekasihnya. Makin seru kalau Fajar semakin tidak terima. Habis itu mereka saling tertawa. Menganggap itu sebagai sebuah lelucon saja.

Salma dan Fajar sudah tiba di restoran yang mereka pilih untuk menemui Papah dan Mamah Salma. Mereka duduk dan memesan menu andalan. Restorannya cukup ramai, kanan kiri dipenuhi kursi yang terisi.

"Gimana persiapan tandingnya?,"

"Alhamdulillah persiapannya udah matang om, latihan kemarin juga udah maksimal. Minta doanya om, tante, supaya pertandingan saya bisa lancar, bisa bawa pulang kemenangan" ucap Fajar sambil tersenyum. Menampilkan deretan giginya yang rapi.

"Itu udah pasti nak, kita selalu doain kamu, Salma, Kelvin, semuanya," tutur Mama Ita.

"Jadi begini Nak Fajar, Insyaallah awal bulan April, Kelvin sama Putri mau lamaran. Nak Fajar bisa hadir?," Papa Salma menatap wajah Fajar serius.

Mendengar kalimat dari Papa Salma, Fajar pun terkejut. Salma tidak bilang apa-apa tentang pertunangan Kakaknya. Fajar dan Salma saling berpandangan mengingat rencana pertunangan mereka di bulan depan.

"Nak? bisa?,"

Mata Fajar tak berkedip memandang wajah Salma. Masih memikirkan soal acara pertunangan mereka berdua.

"Nak?," Tangan Papah Salma menyentuh bahu Fajar lembut. Membuat Fajar membuka mulut.

"Bisa, insyaallah om. Saya usahakan. Nanti saya lihat lagi jadwal turnamen bulan April. Kalau tanggalnya cocok, insyaallah saya bisa datang,"

"Syukurlah kalau begitu,"

Didepan orang tua Salma, Fajar belum bicara soal pertunangannya dengan Salma bulan Februari nanti. Namun agaknya harus diundur. Terpaksa.

"Kayaknya jangan bulan Februari deh, Yang." Ucap Salma didalam mobil selepas makan malam berakhir.

"Kamu tau Kelvin mau tunangan?,"

"Tau, cuma Mas kelvin ngga bilang tanggalnya. Dia pernah bilang mau ngelamar Mbak Putri pertengahan tahun. Sekitar bulan Juni. Kayaknya dimajuin. Aku aja baru tau kalau mereka tunangan awal April. Setelah dipikir-pikir, ngelangkahin Mas Kelvin juga agak gimana gitu rasanya. Mending kita tunda aja acaranya. Toh itu cuma buat formalitas, kamu udah lamar aku tiga bulan yang lalu kan?. Dan aku terima lamaran kamu,"

Fajar mengangguk. Berusaha memahami situasi ini. Padahal ia ingin acara lamarannya bisa digelar sekaligus merayakan ulang tahun Salma yang ke - 22. Biar spesial. Apa daya, manusia hanya bisa berencana.

"Nanti aku hubungi Planner Organizer lagi buat cancel acaranya," ucap Fajar dengan nada kecewa.

Acara pertunangan mereka berdua entah akan jadi dilangsungkan kapan. Sebab saat ini, Fajar sedang sibuk-sibuknya menyiapkan diri untuk turnamen-turnamen penting bulan mendatang. Ya sudah, yang penting Salma sudah yakin pada dirinya.

"Boleh numpang ke kamar mandi nggak, Yang?" tanya Fajar saat mengantar Salma pulang.

Salma mengiyakan, mempersilahkan Fajar memakai kamar mandinya. Lalu duduk di kursi dan melihat ponsel Fajar yang tergeletak di meja kamarnya. Iseng membuka password dan mulai melihat galeri foto di ponsel Fajar. Aman. Tidak ada yang mencurigakan.

Mendengar suara pintu terbuka, Salma langsung meletakkan ponsel itu di meja. Berharap Fajar tidak melihat kalau ia habis memeriksa galeri foto nya.

FAJAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang