Perempuan yang mengenakan jersey badminton bermerek Yonex itu terlihat memegang dadanya. Mungkin tekanan jantungnya berdetak lebih cepat, atau mungkin bunyinya terdengar berbeda. Entahlah.
Ia duduk di samping pria yang ber-jersey sama dengannya. Ada tulisan "S.S.A.P Mandaya" dibelakangnya. Dimana itu merupakan singkatan nama panjang dari calon istrinya : Salma Salsabil Aliyyah Putri Mandaya.
"Kamu kenapa? sakit?,"
Perempuan itu menggeleng.
"Yuk, siap-siap. Mau mulai,"
Sepasang kekasih itu berjalan menuju background putih bersih. Ada beberapa lampu yang menyinarinya. Beberapa kamera yang siap mengabadikan momen dan tim yang sibuk mengarahkan pose.
"Satu...dua...tiga...ya!," Sang kameramen mengaba-aba sambil berhitung dengan jarinya.
"Sekarang Mas Fajar berdiri megang raket, Ka Salma duduk disini,"
"Satu...dua...tiga... cekrek!,"
"Raketnya taruh dulu, sekarang dua-duanya hadap kebelakang, yak satu...dua...tiga.... oke,"
Mereka berdua menurut dengan instruksi yang tim mereka arahkan. Hadap ke depan, hadap ke belakang, serong kanan, serong kiri. Gaya berdiri, gaya jongkok, push up, dan lain sebagainya. Saling membelakangi, pose menatap satu sama lain. Pose tersenyum, pose wajah galak, pose wajah imut, semuanya.
Wajah Salma dirias begitu apiknya. Sudah cantik dari sananya, ditambah make-up jadi tambah cantik.
Salma yang tinggi semampai mengenai jersey bermanset hitam itu terlihat paripurna cantiknya. Ia padukan dengan pashmina hitam kesukaannya. Seperti atlet sungguhan. Auranya aur-auran. Dibelakang jerseynya tertulis nama F Alfian, nama calon suaminya."Ganti gaya, coba tangan Mas Fajar di pinggang Ka Salma. Tangan Ka Salma di dada Ka Fajar,"
Salma terdiam, jantungnya semakin tidak karuan.
"Kenapa?"
Salma tersenyum, menggeleng pelan.
"Katanya mau pose kaya aku sama Jombang. Di foto yang kamu liatin kemarin,"
Salma menggigit bibirnya, ia masih tak bergerak dari posisinya. "Jangan pose itu ya?," katanya pelan.
"Kenapa?,"
"Jantung aku mau copot ini,"
"Astaghfirullah, serius yang. Kamu ngomongnya yang bener," Tangan Fajar memegang kedua siku Salma, memastikan bahwa calon istrinya baik-baik saja.
"Bener, dari tadi aku deg-degan terus. Kamu ganteng banget, Yang "
"Astaghfirullah, aku kira kamu dadanya sakit. Dipegang terus, ternyata lagi deg-degan,"
Tim pemotretan terdiam, mereka asyik mendengarkan obrolan calon manten itu. Rasanya seperti menonton drama Korea in real life.
"Mas, ini mau dilanjut apa mau ngobrol dulu?,"
"Eh, iya lanjut lanjut. Bentar bang,"
Fajar berbisik di telinga Salma, "Ya udah kita nggak usah pose kayak gitu, pose yang biasa aja. Yang buat kamu nyaman aja, oke?"
Salma mengangguk pelan. Sekaligus merasa bahagia, Fajar se-pengertian itu pada dirinya. Fajar tidak pernah memaksanya melakukan sesuatu yang membuatnya tidak nyaman. Fajar adalah Fajar, cowok paling pengertian sejauh ini.
Mereka berdua melanjutkan proses foto prewedding. Berganti pose, berganti properti. Mulai dari raket, kok, sampai net. Untung umpire dan judge line tidak dibawa. Repot yang ada nanti.
Dari siang sampai sore hari, pemotretan untuk prewedding mereka telah selesai. Salma dan Fajar memutuskan untuk makan malam bersama. Sekaligus meeting dengan WO untuk membahas persiapan final pernikahan mereka berdua.
Pukul sembilan malam, sepasang kekasih itu pulang menuju rumah mereka masing-masing. Yang mana ada tetangga statusnya. Salma terlihat lelah dengan segala aktivitas di hari ini. Sedangkan Fajar sibuk menyetir sambil bernyanyi lagu "Cintanya Aku".
"Kau bukan cinta pertamaku. Namun aku berharap. Mulai hari ini atau besok....Kita menikah saja 🎶🎶🎶.,"
"Salah salah salah....,"
"Kamu lemah, nggak berani pose kayak aku sama Jombang," celetuk Fajar bergurau sambil menatap Salma yang menyenderkan kepalanya pada jok mobil.
"Lemah lemah.........., iya aku lemah kenapa hah? kenapa kalau aku lemah???!,"
"Salah sendiri, jadi orang kenapa ganteng banget!,"
"Aku tuh MALUUU sama tim prewedding di sana, diliatin banyak orang. Aku nggak bisa pose kayak gitu, lagian kita belum sah. Jangan dulu deh, nanti habis wedding foto aja lagi. Mau pose koprol, pose lompat harimau, terserah, bebas....."Fajar terdiam, tidak mau memperpanjang perdebatan. Ia sadar, mengajak Salma debat saat ia sedang PMS sama dengan membangunkan macan tidur. Alias beresiko.
Prewedding mereka hanya sebagai formalitas saja. Karena selama menjalin kasih, mereka tidak punya foto berdua yang proper. Sebab sama-sama sibuk waktu itu. Toh, nanti di Swiss juga bakal ada foto baru setelah menikah. Sabar Fajar.... tenang......
KAMU SEDANG MEMBACA
FAJAR
FanfictionKita punya rencana, tapi Tuhan yang berkehendak. [ kelanjutan dari cerita "SALJAY : LAUGH, MIC & RACKET 🎤🏸💙]