31: H-1

250 29 5
                                    

"Gue sayang sama lo, Ma,"

Sayup-sayup angin terdengar, melebur bersama suara Paul yang serak. Lirih mendayu, masih dengan badan yang tak seimbang.

Malam semakin gelap, hampir tengah malam. Semuanya terasa semakin rumit.

"Gue juga, Ul. Gue juga sayang sama lo. Sayang sebagai sahabat,"
"Lo sahabat gue. Gue nggak mau lo mabok deui kayak gini. Plis jangan kayak gini lagi, ya?"
"Gue sedih kalo lo kayak gini, gue sedih. Besok gue mau nikah, Ul. Gue udah dipertemukan dengan laki-laki yang seiman sama gue. Seamin. Gue dan Fajar saling mencintai, Ul. Sebagai pasangan,"

"Gue mau nikah sama lo, Ma. Sama lo!" rengek Paul tak sadarkan diri.

"Nggak bisa. Nggak bisa, Ul."
"Lo jangan kayak gini, Ul. Lo pantas mendapatkan cewek yang lebih baik dari gue. Yang seiman. Gue sahabat lo, selamanya akan jadi sahabat. Plis, jangan minum-minum lagi, ya? plis gue mohon sama lo......," Salma menyatukan kedua tangannya di depan dada, memohon supaya Paul bisa menghentikan kebiasaan buruknya.

Paul terduduk lemas dihadapan Salma, berbataskan gerbang. Kedua sahabat itu diam terpaku.

"Tapi kenapa lo nggak bales satupun pesan gue?,"

"Karena gue menghargai Fajar sebagai pasangan gue. Dia calon suami gue, Ul. Dari dulu gue udah bilang sama lo. Kita emang lebih baik sahabatan aja. Gue udah bilang ke lo, kalo gue anggap lo sebagai sahabat. Sometimes bestfriend not end up as a lover. Nggak setiap sahabat bakal jadi cinta,"

"YA ITU LO, MA. ITU LO. LO NGGAK CINTA. TAPI GUE CINTA!!!,"

Paul berteriak di depan gerbang rumah Salma. Membuat Salma kelabakan khawatir orang-orang dirumahnya mendengar.

"Ul, lo istighfar deh. Astaghfirullah
..... gue lupa lo nonis,"

Beberapa detik kemudian, Mas Kelvin muncul dari pintu rumah Salma. Hendak mengecek ada suara ribut-ribut apa diluar. Setengah berlari menghampiri adiknya yang sudah dulu berada diluar.

"Mas, Paul mabok. Nginep rumah aja apa gimana? dia sendirian. Kalau nyetir nanti bahaya," ucap Salma yang sadar akan kedatangan Kakaknya.

"Ini Paul abis ngapain sampe mabok begini? terus kalian kenapa nggak masuk kedalem, malah ngobrol diluar?,"

"Nanti aja ceritanya, Mas. Ini Paul gimana jadinya?,"

"Ya udah, Gue anterin aja. Ke apartemen dia kan?,"

Salma mengangguk.
"Iya. Suwun mas ku. Mas paling ganteng se-probolinggo,"

Mas Kelvin memapah tubuh Paul kedalam mobil, membiarkannya terus mengoceh tak sadarkan diri. Mobil putih itu melaju meninggalkan rumah Salma.

Didalam mobil, Paul terlelap. Sesekali ia mengigau,

"Ma, Salma...... gue sayang lo Salma.....Nikah sama gue ya?,"
"Gue sayang lo, Salma....."

==°°==

Besok acara akad nikah akan dilaksanakan pukul sepuluh pagi. Salma harus segera pergi tidur agar besok tidak mengantuk.

Fajar?
Lihat, dia masih terjaga.  Sedang menghafalkan kalimat akad untuk besok. Berulang kali, berkali-kali. Ia terus mengulangnya. Berharap besok bisa mengucapkan akad dengan satu tarikan nafas. Tanpa diulang, lancar.

Fajar menyingkapkan gorden kamarnya. Mengintip adakah bintang gemintang yang hadir di langit malam ini. Barangkali ada bintang yang mampu menemaninya menghafal kalimat akad.

"Malam ini..... bintangnya cuma beberapa. Mungkin mereka minder kalau muncul. Soalnya Salma lagi cantik-cantiknya," tutur Fajar bermonolog.

Ia tersenyum sendiri. Tak terasa, seminggu sudah ia tidak melihat senyum manis Salma. Seminggu sudah ia absen mendengar omelan Salma. Sudah genap tujuh hari, akhirnya pingitan itu selesai. Besok, besok akan jadi hari bersejarah untuknya, untuk Salma. Untuk keluarga besarnya yang sudah dari lima tahun lalu menanti kedatangan menantu.

Besok, besok Salma akan resmi menjadi menantu mereka. Besok, semuanya akan terjadi.

Janji suci, sehidup semati.

Besok, ikrar akan terucap. Abadi.
Besok, iya besok.

Fajar merebahkan tubuhnya ke ranjang berukuran besar itu. Ia berusaha memejamkan mata, tapi belum bisa terlelap. Ia palingkan wajah ke sisi kanan, lalu ke kiri. Sama saja, belum bisa tidur juga.

"Bismika allah humma akhya wabismika amut, aamiin,"

Entah berapa kali doa itu dibaca oleh pria 31 tahun itu. Ia masih belum bisa tidur juga.

Kenapa rasanya deg-degan sekali?

Besok, pertama kalinya ia akan mengucapkan janji suci.

Besok, akan secantik apa ya Salma?
Ah, bukankah dia memang selalu cantik?

Semakin ia membayangkan Salma, semakin tak bisa tidur. Padahal ia harus bangun pagi-pagi sekali besok. Tidak lucu kan kalau sampai telat di acara akad?



FAJAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang