20: Calon Mertua

244 23 12
                                    

Salma menghela nafas, lalu bercermin memeriksa keringat yang menetes di dahinya. Hari ini betul-betul luar biasa. Sepertinya satu dunia sedang bekerja sama untuk mempertemukannya dengan berbagai tantangan. Dari mulai gosip yang tersebar, di cium Fajar di bandara, sampai terakhir bertemu wartawan.

"Hebat lo Sal, besok larinya di sirkuit aja lah biar dapet medali, huffttt" ucap Salma dengan nafas tersengal.

Perempuan itu membuka ponselnya, ada notifikasi baru dari calon suami. Ternyata dia mengirim pap di pesawat dengan senyum yang melengkung sempurna. Manis, seperti biasa. Pria itu menambahkan caption "aku berangkat dulu ya, calon istri".

Salma memandangi senyum indah itu lewat ponselnya. Melihat lebih dekat dan mendekap foto itu. Menciumnya.

"Eh!"
"Astaghfirullah...."

°{=}°

Hari pertama bertanding, Fajar/Rian memperoleh kemenangan mutlak 21-13 22-19 atas pasangan ganda putra India. Keberuntungan berada di pihak Fajar/Rian yang berhasil melaju sampai babak final Swiss Open 2026.

Sementara itu, sejak kejadian dikejar-kejar wartawan di bandara, Salma memilih untuk selalu memakai masker dan topi setiap keluar dari Kos-nya. Ia malas kalau harus ditanya lebih jauh soal rencana pernikahannya. Sebab posisi Fajar masih berada di Swiss, dia belum bisa mengurus tentang persiapan pernikahan lebih jauh.

Hari ini ia berkunjung ke rumah barunya bersama Mama Ita dan Papa Demis. Salma harus menyelesaikan beberapa detail untuk barang-barang di dalam rumahnya. Mama dan Papa Salma sudah membawa barang-barang mereka dari Probolinggo untuk pindahan. Mulai hari ini mereka sudah bisa menempati rumah baru milik putrinya.

"Gue mungkin hanya bisa nempatin rumah ini sebentar. Rumah gue bukan rumah ini lagi nantinya, rumah gue adalah rumah Fajar,"

"Bagus deh, kita tetanggaan. Nggakpapa, biar kalo Fajar macem-macem, gue bisa pulang ke Mama. Nggak usah jauh-jauh ke Probolinggo. Tinggal ke sebelah rumah aja udah nyampe,"

Salma meletakkan bingkai foto berukuran sedang di atas meja. Foto keluarganya tahun kemarin. Ada Papa, Mama, Kak Kelvin & Istrinya, serta si bungsu Salma. Mungkin tahun depan akan bertambah lagi personilnya. Mungkin Fajar akan ikut berfoto bersama mereka. Menjadi bagian dari keluarga Salma. Menjadi menantu kesayangan Papa. 

Tinggal menghitung minggu bagi Salma untuk melepas masa lajangnya. Sebentar lagi, sebentar lagi ia akan di persunting pria yang tiga tahun yang lalu ia temui. Pria yang dua tahun lalu ia putuskan secara sepihak. Yang entah dari mana asalnya akhirnya bisa bertemu lagi di tahun ini.

Sore ini Salma harus kembali ke Kos-nya. Memilih barang-barang yang akan dipindahkan ke rumah barunya. Menyatukannya ke dalam kardus besar. Syarla sudah berada di kamar Kos Salma, melepas sahabatnya untuk pindah dari Kos yang tiga tahun ia tempati.

"Congrats ya buat rumah baru lo, Sal. Gue pasti bakal kangen masak bareng sama lo. Curhatan-curhatan bareng. Nangis bareng. Gue sedih lo mau pindah, tapi gue seneng lo udah punya rumah di Jakarta," Syarla menyeka matanya yang tiba-tiba berair padahal hari terang benderang tak turun hujan.

"Jangan nangis, bantuin gue packing, hahaha" Salma memeluk Syarla yang duduk di kursi kamarnya.

"Gue seneng punya sahabat kayak lo, Syar. Makasih buat semuanya ya. Lo sering masakin gue, sering gue repotin, pokoknya kalo lo ada waktu, main aja ke rumah gue,"

Syarla mengangguk, mata coklatnya masih terlihat berkaca-kaca.
"Sal, sebelum lo nikah. Ke Bali, yuk!," ajaknya excited.

"Yuk Sal, please. Sebelum lo jadi istri orang, buat yang terakhir kalinya. Nikmatilah masa-masa lajangmuuu," bujuk Syarla memegang lengan Salma.

FAJAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang