19: Jaga Hati

274 27 10
                                    

"Gue belum jawab iya anjir!,"
"Kok ini beritanya langsung rame, gimana sih? males banget gue. Padahal belum fix,"

"Itu artinya, media juga setuju. Mereka merestui hubungan lo sama Fajar. Eh, gue balik ke kamar ya. Hari ini gue pemotretan, bye!!!"

Syarla melangkah membuka pintu. Meninggalkan Salma tenggelam dalam kebingungan.

"Thanks infonya, Syar!,"

Salma tak kuasa menahan kekesalannya. Ia langsung menelfon Fajar lewat aplikasi WhatsApp. Nomor Fajar sudah di unblock, sudah bisa dihubungi lagi.

Berdering.
Diangkat.

"Hallo?,"

"Hallo, Jar! maksudnya apa berita tentang kita?," Salma meledak-ledak.

"Berita yang mana?,"

"Berita kita mau nikah?,"

"Gue malah belum tau beritanya, emang narasinya gimana?,"

"Intinya itu katanya kita mau nikah, gimana si lu? jadi rame gini,"

"Bentar Sal, gue mau otw Bandara. Ngomongnya nanti lagi,"

"Wait wait waitttt! Gue mau ngomong!!!!!!!!!,"

"Ketemu di bandara aja ya? gimana?,"

Salma menutup telfonnya, merasa kesal karena sikap Fajar. Paginya diawali dengan misuh-misuh. Ia langsung bergegas ke kamar mandi. Setengah jam kemudian, Salma sudah siap dengan setelan jaket denim kece. Ia melaju ke bandara untuk melanjutkan omelannya yang belum selesai.

"Mana si Fajar? Gue udah sampe bandara juga," ucap Salma bermonolog. Matanya jelalatan mencari keberadaan Fajar.

"Ditelfon nggak diangkat lagi," mukanya kelihatan kesal. Memandangi layar ponselnya, berharap Fajar bisa mengangkat telfonnya.

"Mbak, calon istrinya Fajar ya?," suara pria itu mengejutkan Salma yang tengah berdiri di keramaian suasana bandara ibu kota.

"Hah? iya... saya mau cari Fajar Ka, eh Koh, eh siapa......," Salma salah tingkah menggaruk-garuk kepalanya. Ia tidak mengerti, kok orang-orang bisa-bisanya memanggil dirinya dengan sebutan "calon istri Fajar".

"Fajar disana," laki-laki itu menunjuk ke arah seberang. Disana Tim Bulutangkis Indonesia sedang ramai-ramai berkumpul bersiap-siap hendak terbang. Tapi kok, Fajar tidak kelihatan?

"Ka Jojo, saya boleh minta tolong anterin ketemu Fajar nggak? dia ditelfon nggak aktif soalnya," ucap Salma dengan sopan.

Salma akhirnya berjalan beriringan bersama Jonatan Christie, salah satu teman Fajar di Pelatnas Cipayung. Ketika sampai di kerumunan atlet badminton itu, Salma langsung mengkode Fajar dengan matanya. Mengedip satu kali. Berharap Fajar mengerti dan segera bangkit dari duduknya. Salma ingin bicara dengannya di tempat lain. Karena disini ramai sekali. Mana Salma menjadi pusat perhatian para atlet lagi.

Fajar tidak mengerti kode yang Salma berikan. Ia malah bertanya,

"Ada apa?,"

Salma berkedip lagi. Kali ini lebih keras kedipannya. Sayang, Fajar lagi-lagi tidak paham. Salma mengedipkan matanya tiga kali.

"Mata kamu sakit?," ucap Fajar polos.

"Bentar yuk," Salma menarik tangan Fajar yang masih betah dengan posisi duduknya.

Memang Fajar ini kadang-kadang tidak peka. Tidak mengerti kode-kode an.

Mereka berdua duduk terpisah dari keramaian. Salma terlampaui malu kalau dilihat banyak orang. Walaupun kalau perform di panggung, bisa ditonton ratusan orang bahkan lebih. Tapi ini berbeda, bukan sedang menyanyi. Tapi sedang menjenguk calon suami.

"Kenapa Sal?,"

"Berita kita. Kesebar,"

"Bentar, coba jelasin dulu dari awal. Aku nggak mudeng,"

"Jadi, tadi pagi Syarla kasih tau. Berita rencana pernikahan kita udah ditayangin di tv. Satu Indonesia tau. Nah, tadi pas aku cari kamu, Ka Jojo manggil aku apa? calon istri Fajar. Gila!,"

"Yakan emang calon istri,"

"Kamu nyewa wartawan apa gimana si? kok bisa tayang di tv??,"

"Nggak lah, ngapain juga nyewa wartawan,"

"Ya trus mereka dapet info darimana? ah, salah siapa ngajak nikah di tengah-tengah mall kayak kemarin hah? Salah siapa harus waktu itu juga ngomongnya? Banyak orang disitu Fajar!!!!,"

"Aku udah nggak ada waktu buat ketemu kamu lagi Salma. Ini juga bentar lagi aku mau terbang. Mau tanding ke Swiss. Pulangnya lama. Jadi daripada kelamaan, mending kemarin aku pikir ngomong sekalian aja,"

"Jadi ini salah siapa, Hah? salah aku? salah temen-temen aku?,"

"Kenapa jadi kayak dialognya Cinta di AADC?,"
"Kamu belum kasih jawaban lo, Sal," tutur Fajar menagih janji Salma.

"Iya aku mau,"

"Apa?," Fajar mendekatkan telinganya ke wajah Salma. Berpura-pura tak mendengar kalimat Salma barusan.

"Aku mau jadi istri kamu, Fajar Alfian,"

"Eh, kok jadi aku kamu sekarang manggilnya? kemarin masih gue elo,"

"Terus gue harus manggil apa hah? Paduka Raja? Kakanda? Bapak Negara? Presiden? APA APAA???,"

"Ya dulu kan pas pacaran kita manggilnya Yang, Sayang, Aku, Kamu, Kita, jadi satu. Habis putus kita nggak romantis banget. Kamu manggil aku aja, Jar, Fajar. Nggak pake Ka. Dulu pas pdkt kan manggilnya Ka Fajar,"

"Terserah. Udah sana berangkat," ucap Salma yang masih kesal dengan Fajar.

"Masa kayak gitu ke calon suami,"

"Iya sayangku. Calon suami aku, semangat bertanding. Jangan lupa jaga kesehatan. Jangan lupa jaga makan. Jangan lupa jaga hati disana karena ada aku disini. Calon istri kamu,"

"Nah," Fajar melayangkan satu ciuman di kening Salma. Merasa bangga karena calon istrinya pintar menyemangatinya.

"FAJAR ANJ**NG, BANYAK ORANG. MALUUU,"

Fajar meninggalkan Salma yang sedang mengusap-usap kening bekas ciumannya. Benar-benar jahil pria satu ini. Lima menit lagi, pesawat terbang yang akan membawa Tim Bulutangkis Indonesia itu berangkat. Fajar melambaikan tangan ke arah calon istrinya.

Namun, Salma menatapnya tajam. Masih merasa kesal kenapa Fajar harus mencium keningnya di bandara. Dimana orang-orang bisa melihat mereka berdua. Sebal si, tapi sayang. Begitu kiranya isi hati Salma.

Salma beranjak dari kursi tunggu itu, melangkah keluar dari Bandara.

"Astaga!," Salma terperangah melihat sederet wartawan berseragam stasiun televisi swasta sedang bersiap-siap mewawancarai seorang.

Benar saja, sedetik setelah Salma muncul dari dalam bandara. Wartawan itu berlari mendekat ke arah Salma.

"Ka! Ka Salma,"

"Ka Salma, Apakah benar rencana pernikahan dengan Fajar Alfian akan berlangsung di tahun ini?,"

"Bagaimana tanggapan Kakak terkait Calon suami yang akan bertanding ke Swiss?

"Ka Kunci langgeng dalam hubungan LDR dengan Fajar Alfian itu apa kak?,"

"Ka Salma, apa harapan dan doa untuk Fajar Alfian yang hari ini berangkat ke Swiss?,"

Kepala Salma makin terasa pusing dengan berbagai pertanyaan wartawan yang menyerbunya. Mana dia sendirian lagi. Haduh!

Sudah paginya dibuat kacau dengan berita tentang pernikahannya yang tersebar, lalu soal Fajar yang tidak bisa ditelfon waktu di bandara, dan Fajar yang tiba-tiba mencium keningnya. Eh, di tambah harus bertemu wartawan seperti ini.

"Harapan saya semoga Ka Fajar bisa naik podium tertinggi, membawa pulang kemenangan buat Indonesia. Terima kasih ya, semuanya," Salma berlari menuju mobil, menghindari pertanyaan wartawan yang tak ada habisnya.

"Fajar Anj***"




FAJAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang