13: Sholehah

233 24 7
                                    

Sepanjang perjalanan, Salma dan Paul saling berdiam diri. Tak ada percakapan. Tak ada sesi bernyanyi bersama di mobil seperti biasanya. Mereka sibuk dengan perasaannya masing-masing. Paul dengan proses penerimaan atas ditolaknya ia oleh sahabatnya sendiri. Sedangkan Salma mencoba berdamai dengan semuanya yang telah terjadi.

Kehilangan.
Pengkhianatan.
Persahabatan.
Rumit.

Tidak ada yang bisa mengubah fakta kalau Salma menganggap Paul sebagai sahabat terbaiknya. Dan seperti dua tahun yang lalu saat Fajar merasa cemburu dengannya, Salma bilang "sometimes besties not end up as a lover". Nggak semua sahabat bisa berakhir menjadi kekasih.

"Gue turun ya Ul, makasih buat semuanya. Sekali lagi gue minta maaf ngga bisa bales perasaan lo," Salma berucap pelan. Membuka pintu mobil dan melambaikan tangan. Paul hanya tersenyum palsu sembari membalas lambaian tangan Salma.

"Ati-ati Ul,"

=°=°°=°=

Tok...tok...tok...

Perempuan manis itu berdiri depan pintu kamar Syarla. Menunggu dibukakan pintu oleh pemiliknya.

"Eh Salma, masuk sini,"
"gimana cerita first date sama mantan?," tanya Syarla sambil mempersilahkan Salma masuk ke kamarnya.

"Not bad lah," Salma meletakkan tasnya di meja kamar Syarla, lalu duduk di ranjang.

"Kenapa mukanya ditekuk gitu? bukannya kemarin lo senyum-senyum sendiri? Fajar ada ulah apa lagi? Biar gue tonjok kalo dia macem-macem,"

"Fajar nggak berulah. Tapi Paul nembak gue,"

"PAUL????,"

Salma mengangguk, merebahkan tubuhnya di ranjang bersprei warna pink milik Syarla. Disusul Syarla yang ikut rebahan disamping Salma.

"Dia bilang dia nyaman sama gue. Bukan sebagai abang adik. Tapi lebih,"

"Terus lo terima?,"

"Mana ada. Gue kehilangan Fajar aja udah sakit banget rasanya, Syar. Gue nggak mau kehilangan Paul, sahabat gue,"

"Tapi bukannya Paul baru putus sama Nabila?,"

"Mereka udah putus setengah tahun yang lalu. Cuma baru masuk media akhir-akhir ini aja,"

"Kenapa nggak lo terima aja, Sal. Dia tulus banget lho. Nemenin lo kemana-mana. Selalu ngelindungin lo dari haters. Gak gengsi buat muji lo di depan medi. Kurang apa coba?,"

"Kurangnya kita beda agama. Yang kedua, gue bukan tipe orang yang mau sama mantannya temen sendiri. Itu pantangan banget bagi gue"

Salma menoleh ke arah Syarla, matanya berkaca-kaca.

"Syar, gue udah kehilangan Fajar. Dan setelah kejadian sore tadi, mungkin gue akan kehilangan Paul juga. Gue nggak mau kehilangan lo, Syar,"

"gue nggak kemana-mana. Gue disini Sal. Lo bisa cerita apapun hal yang pengin lo ceritain. Gue ada disini, kapanpun lo butuh pendengar. Hubungi gue" Syarla tersenyum.

"Thank you, Syar. Malam ini gue boleh tidur bareng lo nggak?,"

"Pake nanya lagi. Ya bolehlah. Tapi lo mandi dulu sana, bauuu!!!"

*****

Pukul sepuluh malam, Syarla sudah menunggu kedatangan Salma ke kamar Kos-nya. Ia rebahan sambil menonton video tiktok yang lewat di berandanya.

"Lama banget mandinya lo, mandi kok dua jam,"

Salma tersenyum, ia bergabung bersama Syarla. Dengan posisi meringkuk, ia mulai membuka aplikasi Instagram diponselnya. Melihat apa ada yang menarik disana. Salma mulai membuka direct message dari followersnya. Ada puluhan pesan baru. Saat hendak membaca dm milik akun Fajaralfian95, Salma tiba-tiba memencet tombol panggilan video. Tak disengaja.

FAJAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang